Download App

Chapter 10: Chapter 10

Deru bisingnya motor-motor besar yang kehabisan lahan parkir di sebuah rumah sakit terdengar hingga masuk ke sebuah ruangan rawat inap. Nathan yang sudah sadarkan diri sejak tadi menjelang magrib tengah di temani ibu dan adiknya.

Hampir sekujur tubuhnya di balut perban.

Aluna terbersit dalam pikirannya tentang lawan yang berkelahi dengan sang kakak. Ia berinisiatif untuk menjenguk seniornya yang ada di ruangan lain.

meminta izin kepada ibunya untuk pergi ke ruangan sebelah,

"Mah, aku mau ke ruang sebelah ya, pengen tau keadaan kak Bastian"

"Yakin kamu mau ke sebelah?"

"Iya mah"

"Ya sudah pergi aja"

Aluna berjalan menelusuri koridor, mencari ruangan tempat di rawat seniornya.

Ia berdiri di kamar 027, perlahan membuka pintu.

Klek,

Pintu terbuka, namun aluna heran ruangan itu sudah kosong tak ada pasien yang di rawat. Tentunya orang yang ia cari tidak ada di tempat. Ia pun segera kembali ke ruangan sang kakak dan ibunya yang tengah berada.

"Mah, kok ruangan sebelah sudah kosong?"

"Mungkin mereka telah pergi duluan nak"

"Tapi apa secepat itu mereka perginya"

"Ya, mungkin orang kaya mah bebas" sahut mamanya.

"Mama tau dari mana dia anak orang kaya?"

"Tadi sebelum mama masuk kesini, mama liat ada pelayan dan bodyguardnya yang berjaga"

"Giliran hal semacam itu, rupanya mamaku ini sangat peka" ejek luna di barengi tawa kecil.

"Eh kamu, ada ada saja" balas mamanya sambil tersenyum.

Tiba-tiba pintu terbuka nampak dua orang pria seumuran Nathan masuk.

"Permisi,

Semuanya Menoleh ke arah pintu,

"Oh silahkan masuk " sambut ibu.

"Iya tan,"

"Ayo sini masuk, lama ya gak ketemu. Kamu datang sama siapa "

"Ini tan ada farel, temen kita juga. Sama temen yang lainnnya masih di luar."

Ah tidak ,temen-temen gangster nya datang, sebenarnya Nathan tak mau ibunya sampai tau bahwa iya termasuk dalam gangster apalagi ia adalah ketuanya.

"Banyak ya temen-temen kamu than, Mama baru tau."

"Di luar masih ada tan, bukan cuman kami saja."

"Oh begitu, cukup familiar juga ya anak tante"

"Pastilah tan, Nathan kan ketua..."

Belum sempat farel berbicara, Nathan yang sedari tadi hanya diam mendengarkan celotehan mama dan adiknya, memaksakan diri untuk memotong pembicaraan dan mengalihkan topik.

"Uhuk uhuk uhuk, ketua kelas pas dulu di sekolah mah uhuk uhuk..!!"

Mengisyaratkan pandangan pada kedua rekannya agar tak membahas gangster di depan keluarganya.

Pandangan tertuju pada Nathan.

"Nathan, kamu gak usah banyak gerak dulu"

"Mah, sepertinya Mama sama Aluna harus istirahat. Lebih baik mama pulang. Kasian Aluna juga harus istirahat dia kan baru sembuh."

"Tapi nak mama khawatir, siapa yang jagain kamu."

"Tenang tante, biar Bagas sama teman-teman lainnya jaga bergantian"

"Iya tan, Serahkan saja pada kami "

Ibunya memandangi kedua teman-teman Nathan.

"Apa gak ngerepotin?

"Enggak kok tante, malah kami senang bisa membantu" jawab farel yang bicara pada sang ibu, tapi matanya mengarah pada adiknya Nathan.

"Baiklah, kalau begitu tante titip Nathan ya"

"Iya kak, tolong jagain kak Nathan " timpal Aluna yang sedari tadi duduk di samping kakaknya.

"Siap cantik, tenang saja kakakmu pasti aman"

"Makasih kak, maaf ya ngerepotin" pungkasnya sembari mengecup kening sang kakak yang berbalut perban.

"Enak ya bisa di cium sama gadis cantik tiap hari?" Celetuk farel memamerkan moncong bibirnya sembari menggeleng -geleng kepala.

Mencairkan suasana di ruangan itu.

Farel baru kali ini bisa bertemu Aluna, karena dia baru dua bulan masuk sebagai bagian dari anggota "Shanks" .

Aluna beserta ibunya keluar dari ruangan, setelah mempercayakan putra sulungnya pada teman-temannya.

Namun,

alangkah kagetnya ketika sang ibu melihat sudah banyak duduk menunggu di koridor. Ditambah lagi orang-orang di koridor itu menyapa mereka secara serentak.

"Malam Tante,"

"Astaga, banyak sekali, kalian siapa?"

"Kami teman Nathan juga tante"

Benar-benar tak di sangka Nathan mempunyai teman sebanyak itu, kurang lebih sekitar sepuluh orang yang ada di koridor.

Itu belum semuanya, karena di luar rupanya masih banyak teman-teman lainnya.

Benar saja, ketika mereka menginjakkan kaki di luar rumah sakit. Ada sekitar kurang lebih seribu orang yang datang untuk menjenguk.

Mereka datang seperti hendak memblokade rumah sakit karena saking banyak jumlahnya.

Langkah mereka terhenti sesaat begitu sampai luar,

Melihat lebih dari seribu orang berdiri dan serentak memberi salam secara bersamaan.

"Selamat malam Tante" riuh bergemuruh.

"Ma.. malam kalian semua." Tangan di  angkat memberikan isyarat say hello.

Agak gemetar dan gugup nampaknya melihat jumlah orang yang hadir untuk menjenguk.

"Ka.. kalian semua mau jenguk Nathan?"

Serempak menjawab,

"Iya tante, bagaimana Kondisinya?"

"Ba..  baik.  Baik kok kondisi anak saya baik, terimakasih sudah datang"

Ini orang yang jenguk seperti orang yang ngajak tawuran saja, baru kali ini ia melihat kerumunan orang sebanyak itu.

"Ka, kalau gitu tante pamit dulu.. a ada bagas sama, (siapa tadi yang satunya , bertanya ke Luna, Farel bisiknya) fa.. farel iya farel ada juga di dalam, he emm iya" ucapnya terbata-bata tak tahan saking panik.

"Iya tante, hati-hati di jalan "

Kerumunan itu seperti terbelah untuk memberikan jalan kepada dua wanita yang melintas.

...

Mobil putih sang ibu melaju dengan kecepatan sedang.

Menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.

"Fyyiuuhh" membuang kegugupan yang sejenak menempel di lidah.

Sang ibu berkonsentrasi dengan setir di genggaman kedua tangannya.

Aluna yang duduk di sebelah nya tengah memasang sabuk pengaman di tubuhnya.

Sembari melewati jalanan, sang ibu mengajak berbincang-bincang namun tetap konsen pada setir kemudinya.

"Ibu jadi heran sama kakak kamu nak,"

"Heran kenapa mah?"

"Kok bisa sih kakak kamu di jenguk sama orang sebanyak itu "

"Emm mamah iri sama kakak punya banyak teman?''

"Bukan nak, bukan gitu. Mamah takut kakak kamu bergaul dengan pergaulan yang tidak baik"

"Maksud mamah?,"

"Maksud mamah, kakak kamu masuk ke dalam dunia gangster."

"Masa iya sih mah kakak jadi gangster,?"

"Lah itu buktinya, banyak banget orang yang datang sampai penuh tuh rumah sakit "

Aluna sebenarnya tahu akan hal itu, tapi ia diminta sang kakak untuk menyembunyikan soal gangster dari ibunya.

Ia berpura-pura tidur karena tak ingin membicarakan lebih jauh tentang kakaknya,

"Apa sebenarnya kamu sudah tahu ya akan hal ini, terus sembunyiin dari mamah, Aluna?!!"

Tak terdengar respon dari lawan bicaranya.

Ya ampun aku berbicara sendiri rupanya.

pantesan tak terdengar suara lagi yang menyahut obrolanku.

Di pegang kening anaknya yang pura-pura tertidur pulas, sudah tak panas lagi, hangat normal seperti biasanya.

"Syukurlah kau sudah sehat"

Ia meluruskan pandangannya kembali ke depan menuju rumah tempat melepaskan penat dan lelahnya. Serta melupakan obrolan tentang anak sulungnya.

..

.

.

..

Cilincing 28-06-2022.  02:58 am


CREATORS' THOUGHTS
TitikCahaya03 TitikCahaya03

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C10
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login