Download App

Chapter 12: Chapter 12

Sontak saja Aluna kaget, tangannya spontan memegang perut Farel tubuh hangatnya menempel erat di punggung. Hampir saja ia terjatuh kalau tak segera memegangi tubuh Farel.

"Ih bisa bawa motor gak sih, bahaya tau?"

"Nah gitu kan lebih baik , hehe" tawanya girang setelah berhasil meraih kesempatan dalam kekesalan Aluna. Ia melirik ke belakang, nampak jelas wajah cantiknya mendarat di bahu. Terasa hangat di leher bila Aluna berbicara.

"Apa lihat-lihat?"

"Enggak, cuman mau pastiin aja posisi duduk kamu sudah benar atau belum."

"Ah, alasan"

"Eh jangan galak-galak dong, nanti bisa cepat tua loh'' godanya.

"Ih apaan sih, mulai deh. Udah jangan aneh-aneh. Mending fokus bawa motornya"

"Ih geli tau, heuu" menggidikkan lehernya.

Aluna mulai tersenyum melihat tingkahnya. Ia sengaja meniup samping leher Farel.

"Hahhh..!!"

"Dih malah di sengajain, tapi gak apa-apalah. Ser-seran gimana gitu."

"Tambah modus aja nih, kak Farel. Awas ya aku bilangin kak Nathan, hihi"

"E e eehh, jangan dong bisa berabe nanti urusannya"

"Hihi, lucu tau''

Tak terasa sebentar lagi mereka sampai di pinggir pagar sekolah.

"Deg deg deg deg" motor melambat.

Aluna turun membuka helm.

Sebelum beranjak meninggalkan Farel, Farel memanggilnya.

"Aluna!!"

"Apa?!!"

"Mmmuuaacchh nya mana?" Memonyongkan bibirnya.

"Ya udah merem, hitung ya. Hihi"

Asik dapet surprise nih, menang banyak gue hari ini.

"Satu dua tiga empat lima dst." Farel mulai menghitung.

Namun ciuman tak kunjung mendarat di wajahnya yang telah siap. Yang ada Aluna telah jauh dari jangkauannya.

Ah sial , gue di kerjain. Tak apalah kayaknya ini lampu hijau. Doi udah mau gue ajak bercanda, yes yes yes.

..

Aluna melangkah menuju ruang kelas dengan pakaian hitam putih, membawa tas yang ia buat sendiri semalaman menggunakan bahan plastik bekas.

Ia tidak mau mengundang permasalahan lagi. Boneka beruang kesayangan ia simpan di kamarnya.

Ia perhatikan sekitar ada beberapa murid yang memperhatikan. dengan cibiran atas dirinya yang mereka bicarakan.

"Eh liat tuh, liat !!

Itukan yang tempo hari bikin ulah, sampai-sampai pacarnya datang lalu memukuli kak Bastian."

Ia tidak terlalu menggubris omongan orang di sekitar.

"Benar-benar orang tak tahu malu, cuek aja kayak gak punya salah"

"Apalagi tadi di depan dia datang sama cowok lain,"

"Wah, jangan-jangan cewek gak bener nih"

"Iya begitulah, sok kecantikan jadinya murahan. Gaet sana gaet sini. Ihhh najis gue mah."

Sejenak langkahnya terhenti, memejamkan mata. Menarik nafas.

"Fyyiuuhh..."

Sabar Aluna sabar, mencoba menahan diri agar tak terprovokasi.

Langkahnya semakin cepat menuju kelasnya.

Sampai ia di ambang pintu kelas.

Nampak Andi, sahabatnya memegang ember berisi air comberan.

"Byyyuuurr" Andi dengan teganya menyiramkan air bau tersebut ke seluruh tubuh sahabatnya.

Lalu berlari keluar,

"Andi kenapa kamu menyiramku?!!"

"Maafkan aku Aluna" sembari kabur dari hadapannya.

Matanya kembali terpejam sesaat, ada apalagi sekarang.

Kak Manda datang menghampiri dirinya sembari tepuk tangan.

"Bagus, bagus Andi kerjamu bagus"

Oh tidak, tak bisakah aku mendapatkan kedamaian di sekolah ini? Aku hanya ingin sekedar belajar di sekolah ini.

"Ini adalah peringatan buat si pembuat ulah, liat sekarang keadaan Bastian. Dia sampai terluka parah akibat ulah mu."

Diam sembari berusaha membersihkan bajunya.

Manda dengan pandangan penuh kebencian, mendorong punggung basah Aluna hingga ke tengah kelas tepatnya di depan papan tulis.

Seluruh penghuni kelas itu menghujani dengan lemparan-lemparan telur mentah kearahnya.

"Plok plok plok"

Beberapa diantaranya mengenai wajah, ia hanya menunduk sadar akan kesalahannya dan ia merasa pantas menerima perlakuan ini.

Rambut halus hitam mewangi kini di penuhi cairan lengket telur yang menempel. Sesekali menyeka cairan yang menghalangi pandangannya.

Ia berusaha tetap tegar, berdiri kokoh menerima lemparan telur mentah yang tak kunjung berhenti.

Dan terakhir, si gendut teman sebangkunya dengan berurai air mata melemparkan tepung tepat mengenai wajahnya, menyebar hingga ke seluruh badan.

"Uhuk uhuk uhuk, uhuk uhuk" ia tersedak terbatuk-batuk oleh tepung yang menempel di wajahnya.

Kini baju putih dan celana hitam yang di kenakannya, berbau tidak sedap bercampur putih tepung di sekujur tubuh. Badannya ambruk terduduk lesu sesekali terbatuk-batuk. Pandangan matanya agak kabur akibat tepung yang masuk ke matanya.

Manda merasa puas dengan apa yang telah di lakukannya. ia hendak Menjambak ujung rambut Aluna.

"Dasar wanita kotor, menjijikkan, seharusnya kau malu masih ada di sekolah ini" jambakkannya ia lepaskan sembari mendorongnya kasar.

Ia pun berlalu meninggalkan Aluna.

Aluna kini duduk terpaku di depan kelas, menahan sakit hatinya.

Maya yang duduk di bangku tak bisa berbuat apa-apa, padahal iya sangat ingin menolong sahabatnya yang menderita.

Untunglah ada Reno yang tak sengaja lewat di depan kelasnya.

Ia menoleh ke dalam kelas yang sedang ramai riuh tak karuan.

"Astaga, ada masalah apa lagi ini?"

Ia segera masuk, menoleh Aluna yang sebentar lagi akan pingsan tak tahan lagi atas apa yang di deritanya.

Reno meraih tubuh kotor Aluna, mengangkatnya perlahan di gendongan kedua tangan kuatnya.

Seluruh penghuni isi kelas terdiam menyaksikan bak pangeran sedang menyelamatkan tuan putri yang hampir sekarat.

Di bawanya tubuh yang tak berdaya di pangkuannya.

Ia sudah jatuh pingsan.

Bergegas membawa sang putri ke ruang UKS.

Membersihkan paras Aluna terlebih dulu. Sapu tangan miliknya yang ia keluarkan dari saku celana di usap-usap di wajahnya.

Ia lalu mencelupkan sapu tangan itu kedalam air hangat dalam wadah.

Mengusapkan kembali ke wajah hingga benar-benar bersih.

Paras cantik Aluna kini seolah nampak kembali bersinar.

Ia menoleh ke bagian atas tubuh Aluna yang masih berlumuran telur mentah bercampur tepung. Bila di biarkan dia akan kedinginan.

Tapi Aluna masih tampak belum sadar dari pingsannya.

Ah dengan sangat terpaksa, Reno memberanikan diri membuka kancing baju putih yang masih melekat di badan.

Dengan sangat hati-hati ia membuka kancing baju itu satu persatu.

Pemandangan langka yang jarang terjadi kini di alaminya.

Ia mendapati tubuh bagian atas Aluna menampilkan dua gundukan bukit putih ranum nan kenyal. Buah kemolekan tubuh dari seorang gadis perawan, masih tertutup oleh BH putih yang membatasi penglihatannya. Garis tengah di antara dua bukit menonjol itu membelah sisi kiri dan kanannya.

Gerak nafas kembang kempis di dadanya membangkitkan gairah setiap mata yang beruntung bisa menikmati keindahannya.

Tapi tidak, sekali lagi tidak. Reno bukanlah pria cabul yang di beri kesempatan lalu memanfaatkannya. Dia adalah pria baik hati yang ingin menolong orang yang sedang kesusahan. Ia berusaha keras membuang pikiran kotor itu jauh-jauh. Meski tangannya gemetaran menyaksikan keindahan di depan matanya.

. .

.

.

Cilincing 29-06-2022 03:48 am


CREATORS' THOUGHTS
TitikCahaya03 TitikCahaya03

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C12
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login