Download App
14.28% DEAR ME
DEAR ME DEAR ME original

DEAR ME

Author: Bigskyer

© WebNovel

Chapter 1: Tempat Baru

Angin malam datang berhembus mengenai rambutku membuat beberapa helai rambutku ikut bergoyang mengikuti arah angin, aku tetap terdiam berdiri di balkon kamarku menikmati terangnya bulan malam ini.

"Apakah aku bisa melaluinya?" Gumamku sendiri sembari tetap mengunci pandanganku pada bulan yang terus berada di atasku. Dengan nafas berat aku menghela dan kembali masuk ke dalam kamarku, menutup pintu dan juga tiraiku.

Aku membaringkan tubuhku di atas ranjang, memejamkan mataku sembari terus menggumam kalau semua akan baik-baik saja.

***

Matahari pagi masuk melalui kaca yang ada di sisi kirinya, membuat gadis itu mengerjap dan mau tidak mau membuka matanya dan terbangun dari tidurnya. Dengan langkah gontai, ia berjalan memasuki kamar mandi membersihkan diri dan juga bersiap untuk pergi ke sekolah.

Ia berjalan menuruni tangga menuju ruang makan, menghampiri seorang pria yang tengah mengoleskan garlic butter ke atas roti gandum sebelum akhirnya di akhiri dengan memberikan satu slice keju di atasnya.

"Morning sweet heart." Sapa pria itu ketika ia menyadari kehadiran gadis itu di depannya. Pria itu menyodorkan satu piring berisi satu roti lapis yang ia buat tadi. "Ini hari pertamamu, jangan sampai kau mengacaukan hari ini." Nasihat pria itu, sedangkan gadis itu mengunyah roti itu dan mengangguk pelan.

"Aku tidak selera makan." Gumamnya meletakkan roti tadi, pria itu tidak merespon tapi hanya tersenyum dan menghentikan kegiatannya.

"Mau berangkat? Aku antar." Gadis itu mengangguk lagi dan mengambil tas yang berada di sampingnya tadi sembari merapikan seragamnya.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil yang sama dan berhenti pada gerbang sebuah sekolah besar. Pria itu merogoh sesuatu di tas ranselnya dan mengeluarkan sebuah dompet kartu dan menyodorkannya pada gadis itu.

"Aku tidak tahu apa yang menjadi kebutuhanmu, tapi kau bisa menggunakan itu untuk membeli sesuatu yang kau inginkan." Tanpa permisi, ia menyisipkan dompet kartu itu di tas bagian depan gadis itu. Gadis itu tak acuh dan kemudian keluar dari mobil lalu segera berjalan memasuki area sekolah.

Langkahnya berhenti pada sebuah ruangan denga tag ruang guru dan masuk ke dalamnya, mengedarkan pandangannya dan menemui seorang guru yang ia yakini adalah wali kelasnya disini.

"Baik, akan saya antar ke kelas." Gadis itu mengangguk, lalu menoleh ke arah samping kirinya melihat ada seseorang melihatnya dengan intens dan terseyum padanya.

"Orang aneh." Gumamnya pelan kemudian berjalan berlalu begitu saja mengikuti guru tadi.

Ia masuk ke dalam kelas, mengamati wajah teman kelasnya satu persatu berusaha mengingat mereka semua. Ia ingat kalau ini hari pertama dan tidak boleh ada kekacauan.

"Anak baru, silahkan perkenalkan dirimu."

"Selamat pagi perkenalkan nama saya Elainne Deandra Liu panggil saja Elainne, saya berasal dari sekolah Hwa Chong Institution Singapura, jangan kawatir untuk berbicara dengan saya karena saya bisa berbahasa Indonesia, salam kenal semuanya." Jelasnya singkat, ia memandang malas semua mata yang melihatnya seolah takjub.

"Baiklah, silahkan duduk di sebelah sana." Guru itu menunjuk sebuah tempat kosong di tengah-tengah kelas dan Elainne menurutinya.

"Hai, salam kenal namaku Chloe." Sapa seorang perempuan yang ia tahu adalah teman sebangkunya. Gadis itu menyapa Elainne dengan hangat dan hanya dibalas sebuah senyuman singkat dengan Elainne.

"Salam kenal."

Selama pembelajaran berlangsung, Chloe tak jarang melirik ke arah Elainne yang sedang sibuk menulis dan memberi stabilo buku yang ia pegang.

"Berhenti melirik ke arahku, aku masih lurus." Gumam Elainne sembari tetap fokus membaca buku itu. Chloe merasa ia mendapatkan respon yang bagus dari Elainne.

"Setelah ini jam pulang, kau mau langsung pulang atau mau ku antar keliling sekolah?" Tawar Chloe pada gadis itu, sedangkan gadis ber name-tag Elainne itu hanya merespon singkat.

"Aku ada urusan, mungkin besok saja."

Aku berhasil melalui hari pertamaku dengan baik dan aku tidak membuat kekacauan apapun, meskipun sebenarnya aku tidak pernah melakukan kekacauan. Aku berjalan melewati lorong loby dan menunggu hingga kak Hansel datang menjemputku.

"Bagaimana sekolah ini?" Tanya kak Hansel sembari terus memfokuskan pandanganya ke depan.

"Well, not bad lah." Jawabku ala kadarnya, lalu keheningan menyelimuti atmosfer di dalam mobil ini, kami berdua sama-sama terdiam. Kak Hansel sibuk fokus dengan mengemudi sembari sesekali menerima telefon dari sekretarisnya dan sedangkan aku hanya terdiam membuka handphone ku, memeriksa e-mail yang masuk.

Aku menoleh ke arah kak Hansel dan sedikit mendengarkan pembicaraan kak Hansel dengan sekretarisnya. Dari pembicaraan mereka, aku bisa mengambil kesimpulan kalau setelah mengantarku pulang, kak Hansel harus kembali ke kantor mengurus berkas penting yang baru dikirimkan oleh rekan kerjanya.

Ini sudah menjadi makananku sehari-hari, sendirian di rumah, mengurus diriku sendiri. Aku perlahan sudah terbiasa sejak kami berdua tinggal di Singapura, demi mengurus kepindahan kami, Kak Hansel juga harus kerja ekstra agar punya waktu untuk membantuku mendaftarkan sekolahku dan mencarikan rumah untuk kami huni.

Dia memang sering meninggalkanku untuk mengurus pekerjaannya, tapi ia masih bertanggung jawab dengan mengawasiku dari jauh, memastikan aku baik-baik saja. Diam-diam aku setiap malam mendengar Kak Hansel masuk ke dalam kamarku, memperbaiki selimutku dan mengecup keningku.

Setidaknya ia tidak benar-benar meninggalkanku.

Dari parkiran rumah aku melihat ada sebuah mobil asing yang terparkir rapi di depan rumah, reflek aku melemparkan pandanganku pada Kak Hansel seolah bertanya melalui tatapanku ini, siapa tamu yang datang.

Kak Hansel tidak merepon, ia mengajakku untuk keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah seolah tidak terjadi apa-apa atau bahkan tidak ada tamu di rumah ini. Ketika pintu terbuka lebar, aku melihat dengan jelas pria paruh baya itu sedang asik menyeruput teh di ruang tamu berlagak seperti ia tuan rumah disini.

"Untuk apa anda disini?" Tanyaku dingin, aku bisa merasakan Kak Hansel segera meraih tanganku dengan memberikan sedikit remasan di tanganku, ia sedang menahanku agar aku tidak merespon terlalu jauh.

"Melihat kedua anakku dengan rumah barunya. Kau sepeti tidak senang jika papa ada disini." Jawabnya santai, aku turut membalas remasan tangan Kak Hansel dan nafasku sudah mulai memberat. Suaraku tertahan di tenggorokan membuat sedikit agak nyeri, aku mati-matian menahan nada bicaraku agar aku tidak sempat mengeluarkan nada tinggi pada pria tua depanku ini.

"Jika sudah jelas, kenapa harus bertanya lagi?" Jawabku lagi. Aku segera pergi meninggalkan ruang tamu dan masuk ke dalam lift rumahku, berharap aku bisa segera masuk dan mengunci diri di kamarku. Aku bisa mendengar Kak Hansel beberapa kali memanggilku agar aku menghentikan langkahku tapi itu semua percuma.

Karena aku terlalu muak dengan keluarga ini terlebih pria tua itu karena melihatnya saja sudah membuatku menahan mualku. Jika dikatakan kalau aku membencinya, tentu aku sangat membenci dirinya, sangking bencinya sampai aku tidak sadar kalau setiap hari aku melakukan hal yang sama dalam hatiku. Seperti mesin yang bergerak otomatis, begitulah isi pikiranku ketika melihat pria tua ini jika berdiri di hadapanku, muak, kecewa, marah sudah teraduk dengan sempurna di dalam sanubari.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login