Download App
Dia yang Terlupa Dia yang Terlupa original

Dia yang Terlupa

Author: Aya_dsmith

© WebNovel

Chapter 1: Bagai burung dalam sangkar

Gadis mungil itu bernama Amora Blenda anak pertama yang lahir dari rahim seorang ibu bernama Syina dan memiliki adik bernama Arumi Blenda. Memiliki saudara sepupu bernama Azalea Blenda dan Andara Blenda.

4 bersaudara, itu lah kami. Saudara sepupu yang ingin selalu bersama, walau adanya masalah. Sebisa mungkin kami saling menguatkan. Jarak, tak menjadi masalah untuk kami saling melengkapi dan menyayangi. 

***

"Aku udah bilang sama mas, jangan pernah buat hidup aku seperti burung yang selalu berada di dalam sangkar." suara emosi memaki Romi, Syina sudah tidak sanggup lagi berada di dalam rumah yang terlihat megah namun seperti penjara bagi kehidupannya.

"Kamu bilang apa?" tanya Romi yang ikut terpancing dengan suara meninggi juga.

"Aku butuh kebebasan Mas, aku manusia. Bukan tahanan." bentaknya yang sudah tidak tahan dengan pengekangan yang dilakukan Romi terhadap dirinya.

"Plakkkk....." suara tamparan terdengar nyaring di telinga Syina. Membuat sang empu meringis kesakitan sambil memegangi pipinya yang begitu merah. Bagaimana tidak, pipi mulus dan terawat itu di tampar oleh suami yang sedang emosi. Sakit bukan? Itu pasti sangat sakit dan perih. Meninggalkan bekas tamparan tangan Romi di wajah Istri yang selama 9 tahun ini membina mahligai kehidupan berumah tangga bersama yang sudah memberikan dua keturunan untuk Romi. Anak-anak yang cantik dan pintar.

Setelah kejadian itu, Romi pergi keluar dari kamar dan mengunci kembali pintu kamar itu, yang masih meninggalkan Syina di dalam ruangan yang menjadi tempat peristirahatan Romi dan Syina selama 9 tahun ini.

Beruntungnya, kedua anak mereka saat ini masih berada di sekolah, mereka tak perlu tahu apa yang sedang terjadi di antara kedua orang tua mereka.

Syina menangis sesenggukan, memegangi pipinya yang merah dan terasa begitu perih. Ingin mengompresnya, tapi tak bisa membuka pintu yang telah di kunci oleh suami yang begitu egois. Diambilnya tisu basah, di tempelkan nya pada pipi yang sakit. Syina duduk di depan cermin sambil melihat pipi yang memerah akibat tamparan tadi.

Meringis sakit, dada terasa begitu sesak. Tak ada seorang yang bisa di ajak berbagi kesedihan untuk sekedar bercerita, menghilangkan sesak di dada.

Ingin lari, terlalu sulit. Pintu kamar ditutup bahkan dikunci. Mengakhiri hidup saat ini mungkin pilihan yang bisa Syina lakukan. Kembali pikirannya mengingat semua kenangan bersama kedua putrinya, Amora dan Arumi. Ia tak ingin anak-anaknya kehilangan sosok ibu dan menjadi trauma akan kepergiannya, jika ia mengakhiri hidupnya.

Memiliki suami yang begitu menyayangi bahkan mencintainya dengan tulus adalah anugerah untuk setiap istri. Tetapi, jika suami yang ia idamkan menjadi pengekang, mengatur semua akses kehidupannya. Bahkan untuk bertemu dengan keluarga saja sulit.

Romi begitu mencintainya dan takut kehilangannya. Sehingga membuat hidup Syina bagai burung di dalam sangkar. Syina yang semasa gadis memiliki banyak teman dan pergaulan yang luas. Harus terkurung dan kehilangan semua kebebasannya setelah ia resmi menjadi istri dari seorang Romi Pratama Blenda. 

Menangis, meratapi dirinya di depan cermin, Syina benar-benar kehilangan sosok dirinya. Tak pernah terbayang di benaknya harus menikah dengan lelaki yang egois. Hanya mementingkan dirinya sendiri. Tak pernah sedikitpun memberikan ruang untuk Syina sekedar menghirup udara segar di luar tanpa Romi di sampingnya.

Semua kebutuhan hidup terpenuhi, bahkan jika Syina meminta di belikan sebuah mall, pasti Romi akan berusaha memenuhinya. Tapi, tidak untuk kebebasan. Mungkin bagi Romi, keluar tanpa dirinya akan membuat Syina kembali lemasa remaja. Yang bebas berteman dan bergaul dengan pria mana pun. Sikap Syina yang supel dan gampang berbaur membuat Romi gelap mata. Sehingga menghancurkan mental istrinya sendiri. Yang saat ini belum ia sadari.

Mata sembab dan berkantung akibat tangisan yang tidak hentinya. Rambut acak-acakan, Riasan yang telah hancur membuat Syina seperti orang gila yang tak terurus. Jika tak mengingat kedua putrinya, mungkin Syina sudah lama mengakhiri hidupnya.

"Assalamualaikum." suara salam dari Amora dan Arumi yang kini sudah pulang dari sekolah.

Mencari keberadaan maminya di semua sudut ruangan. Tetapi tak sedikitpun amoran dan Arumi melihat batang hidung Syina sama sekali dirumah megah itu.

"Pi, Mami kemana?" tanya Amora.

"Mami kurang enak badan sayang. Jadi, mami sedang istirahat di kamar. Kalian ganti baju dan makan siang ya." jawab Romi dengan begitu lembut sembari memberikan pengertian kepada kedua anaknya.

"Dan ingat, jangan ganggu mami ya. Biar mami cepat pulih." mencoba memberi peringatan agar Amora dan Arumi tidak mengganggu Syina yang sedang kalut.

"Ia Pi." balas Amora dan Arumi berbarengan.

Keduanya pun menuruti perintah Romi, pergi ke kamar mereka dan berganti pakaian setelahnya menuju ruang makan. Sedangkan Romi, kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya.

***

"Dara, tunggui kakak dong." ujar Azalea yang terus berlari mengejar adiknya.

"Ayo kak, kejar aku."

"Kamu larinya cepat banget. Kakak gak kuat kejar kamu." ucap Azalea yang sudah kelelahan.

"Kakak kenapa?" tanya Andara yang sudah berhenti berlari dan mendekati Azalea

"Kakak capek banget." ucap Razeta dengan nafas yang tersengal.

"Ya udah. Kakak istirahat disini dulu ya. Aku ambil minum dulu." perintah Andara dan ia pun kemudian pergi mengambil air untuk Azalea.

"Maafi aku ya kak. Aku tau kakak gampang capek, tapi malah aku ajak main kejar-kejaran." sesalnya saat kembali dengan membawa segelas air Azalea.

"Ia, makasih ya dek." balas Azalea yang kini sudah meneguk air tersebut.

Azalea dan Andara adalah anak dari Zidan Dwi Blenda yang merupakan adik kandung dari Romi Pratama Blenda. Zidan menikah dengan Bella dan di karunia dua putri yang begitu cantik. Namun Azalea anak pertama mereka begitu lemah, tidak bisa kelelahan. Karena Azalea terlahir prematur. Saat itu, entah mengapa Bella mengalami pecah ketuban dini. Saat usia kandungannya baru 7 bulan. Sedangkan berat badan Azalea masih kurang. Beruntung Azalea lahir dengan selamat melalui proses lahiran Cesar. Azalea memiliki bobot tubuh 1,9 kg dan sempat terminum air ketuban. Beruntung, dokter dengan cepat menangani proses kelahiran Azalea. Azalea harus masuk inkubator. Guna menyelamatkan dirinya agar bisa bertahan. Segala cara di lakukan oleh Zidan. Sementara saat itu kondisi Bella juga sangat lemah dan belum sadarkan diri. Yang juga harus mendapatkan penanganan yang serius. 

Zidan begitu prustasi dengan keadaan dimana kedua orang yang sangat ia sayangi harus berjuang dan bertahan agar tetap hidup. Di satu sisi, Zidan bahagia karena telah menjadi seorang ayah dengan kehadiran Azalea dalam hidupnya. Putri cantik yang begitu ia nantikan kehadirannya. Walau dengan kondisi kesehatan yang begitu lemah.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login