Alan dan Luci masih saling berciuman di ruangan pesta itu, sebab nyatanya tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini Sia masih mematung dengan tangan mengepal penuh amarah.
Wanita kurus berkulit eksotis itu masih belum mau percaya bahwa Alan sudah benar-benar berpaling darinya.
Sia masih meyakini bahwa Alan sebentar lagi akan kembali padanya.
Sia sangat yakin walaupun mata Alan menyukai lekuk tubuh milik Luci, akan tetapi Alan tidak akan bisa membohongi kebutuhan batiniahnya sendiri.
Sia tau Alan begitu menyukai permainan Sia di ranjang. Dan Sia tau bahwa Alan tidak akan pernah terpuaskan kecuali dengan dirinya.
Alan adalah tipikal lelaki yang tak pernah terpuaskan hanya dengan tubuh sintal dan seksi. Lelaki itu harus mendapatkan perlakuan lain yang mana hanya Sia yang tau.
Oleh karenanya Sia sangat yakin bahwa pacar yang selalu dia panggil dengan sebutan Rabbit itu pasti sebentar lagi akan menoleh untuk kembali padanya, itulah kenapa dia masih menunggu dan memandang dari jauh.
Namun apa yang diperkirakan Sia tidak pernah terjadi. Justru permainan tangan Alan semakin 'keterlaluan' di tubuh Luci.
Lelaki itu saat ini bahkan sudah menarik rambut curly milik Luci agar membuat gadis itu mendongak. Sementara wajahnya sudah tenggelam dengan rasa sayang pada leher jenjang Luci.
Lalu tangan lelaki itu juga ikut turun ke leher milik Luci, mengusap dan memberikan sentuhan lembut.
Di lipatan leher itu jemari Alan menari tanpa henti, pun juga dengan bibirnya yang masih menciumi bagian tersebut dengan kekuatan kasih sayang. Alan berakting dengan baik.
Permainan tidak hanya berhenti di situ sebab nyatanya sekarang ini tangan Alan sudah mulai turun untuk menuju bagian sensitif lain milik Luci. Seperti sebuah tarian damai yang menentramkan.
Luci pun mengeluarkan suara yang menggoda dengan hebat saat itu, meskipun sebenarnya itu hanya akting karena dia tidak merasakan sentuhan Alan sama sekali.
Dan saat tangan pengusaha itu mulai menari lebih jauh dan lebih dalam, hingga menyentuh pada titik-titik terindah seorang wanita kaya, Sia pun menghentikan matanya untuk melihat pemandangan paling menjijikkan di sepanjang hidupnya itu.
Dengan marah dan rasa malu yang tak terkira Sia pun beranjak dengan geram. Wanita itu berjalan dengan menerjang orang-orang yang berada di depannya.
Kelotak sepatu hak tinggi miliknya sudah hilang setelah punggungnya yang kurus itu benar-benar keluar dari pintu ruangan ini.
Luci dan Alan melirik dan mengawasi kepergian Sia. Di dalam hatinya, Luci sangat bersyukur sebab dengan kepergian pacar Alan tersebut telah menandakan bahwa misinya sebentar lagi akan segera berakhir malam ini.
Itu juga berarti bahwa sebentar lagi Luci akan mendapatkan bayarannya. Luci sudah tidak sabar untuk itu.
Namun sandiwara ini tidak serta merta bisa diakhiri begitu saja sebab di hadapan orang-orang yang berada di dalam ruangan ini, mereka tetap harus bersikap sebagai sepasang kekasih. Oleh sebab itu baik Alan maupun Luci masih harus melanjutkan akting masing-masing.
Sekarang ini salah satu tangan Alan yang menari lebih jauh itu terus melanjutkan misinya. Pada malam yang dingin di bawah suhu AC itu, Alan telah menampakkan diri sebagai hewan liar yang menginginkan Luci. Gerakannya kuat dan seolah mampu menerobos apa pun.
Tarian tangan Alan melambung lagi ke langit, pada tiang-tiang yang kokoh untuk menuju sebuah sanggul dari dunia yang sedang menangkap matanya dengan lekat. Alan tak ingin berhenti walaupun orang-orang sudah menelan ludah karena merasa iri bahwa Alan bisa menyentuh kekasihnya dengan bebas.
Luci pun pura-pura menikmatinya, "Bunny bawa aku pergi, Sayang! Aku tidak tahan lagi."
Demi menguatkan perannya sebagai wanita yang jatuh cinta dan 'tergugah' di sini, Luci pun menunjukkan wajah sensualnya.
Gadis itu menunjukkan ekspresi seolah-olah ia sedang menahan gairahnya pada Alan setengah mati. Tak lupa Luci memajukan tubuhnya dengan kelenturan seperti busur panah. Lalu pada ujung panah telah ia tempelkan pada medan target di depannya.
Itu adalah sebuah tanda bahwa sekarang saatnya mereka berdua mundur dari panggung pertunjukan.
Meski kelihatannya kedua orang itu tengah bermain dan menikmatinya, sebenarnya mereka berdua sudah mengatur setiap gerakan dengan rinci. Jadi apa pun yang Alan dan Luci lakukan malam itu telah melewati sebuah diskusi panjang sebelumnya.
Alan pun mengangguk dengan antusias, di samping memang dia paham kode apa yang diberikan oleh Luci.
Lalu lelaki itu menggendong Luci dengan gaya bridal style demi menggotong Luci untuk menuju suatu tempat. Saat pengusaha itu berjalan sembari menggendong gadis itu, jemarinya pun mencubit lekuk tubuh Luci beberapa kali. Luci terkikik pelan.
Demi mengesankan bahwa mereka memang sedang dimabuk oleh asmara Luci pun menjerit dengan sangat nyaring sekali saat cubitan Alan mendera tubuhnya.
"Bunny, kau sangat nakal!!!" erang Luci dengan suara yang menggelora hebat dan dibuat sekeras mungkin.
Suara Luci itu bahkan telah memenuhi seluruh ruangan pesta yang luas itu. Namun tetap saja semua itu hanya sandiwara belaka.
Para tamu undangan ternganga melihat si pemilik pesta yang tak lain adalah Alan sudah pergi menuju suatu tempat dan meninggalkan mereka begitu saja di ruangan itu.
Bersama-sama mereka memandang tubuh tambun Alan yang sudah menjauh dan menjadi kecil dari tempat masing-masing mereka berdiri saat ini.
Sebagai informasi saja pesta yang diselenggarakan malam itu merupakan sebuah acara syukuran yang diadakan oleh Alan sebab pengusaha itu telah mampu menaikkan kesuksesannya satu tingkat lebih tinggi daripada tahun lalu.
Oleh karenanya pengusaha tersebut mengadakan event 'kecil-kecilan' ini, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Pesta akan dilakukan jika ternyata Alan bisa mengembangkan usahanya lebih baik dari tahun sebelumnya.
Semua orang pun tahu tentang kebiasaan pesta dan syukuran yang sering Alan adakan.
Dan mereka pikir acara tersebut tidak akan jauh berbeda dari pesta-pesta sebelumnya yakni mereka hanya perlu berkumpul bersama di dalam gedung yang sudah dipersiapkan Alan.
Lalu mereka sebagai para tamu hanya perlu bercengkerama dan menikmati hidangan maupun hiburan pada panggung yang sudah dipersiapkan pula. Intinya mereka hanya perlu datang untuk melihat kesuksesan Alan seraya memberi doa untuk kemajuan usaha dan bisnis lelaki itu.
Dan siapa yang menyangka bahwa pesta malam ini akan terasa berbeda sebab ternayata Alan yang sudah menjalin hubungan dengan Sia selama dua tahun itu telah mempersiapkan pacar barunya yang akan dia pamerkan di dalam pesta itu.
Kejadian tersebut tentu bukan satu-satunya hal yang mengejutkan. Selain memang proses putus antara Alan dan Sia yang berjalan dengan tidak baik, kemewahan dan keelitan Luci adalah hal yang paling mengejutkan dan menarik perhatian di ruangan itu.
Alan sudah kaya dan memiliki bisnis dan berkembang. Dan sekarang lelaki itu memiliki pacar yang sangat seksi dan kaya raya. Bukankah Alan itu terlalu banyak diliputi keberuntungan? Hal itu pun diutarakan oleh salah satu peserta di pesta tersebut.
"Aku heran kenapa Alan selalu mendapat keberuntungan. Yang pertama tentang bisnisnya yang selalu berkembang itu.
"Dan sekarang tentang asmaranya. Dia bisa lepas dari Sia si pengerat itu. Begitu saja sudah keberuntungan sebenarnya. Tapi sekarang dia bahkan bisa mendapatkan pacar baru yang kaya raya dan sangat seksi," ujar salah satu tamu undangan tak habis pikir.
Sementara itu di dalam ruangan yang lain Alan masih menggendong Luci dengan gaya bridal style. Tangan gempal lelaki itu dengan kokoh memegangi tubuh sintal gadis itu.
Di sepanjang perjalanan Alan masih saja mencubiti tubuh Luci, terlebih jika ada seseorang yang lewat dan berpapasan dengan mereka.
Luci pun tak kalah hebohnya. Sebab dia begitu terkikik dan menyukai sandiwara ini. Alhasil dia menjerit dengan getaran suara yang panjang dan meyakinkan.
Sandiwara itu sempat berlangsung beberapa menit. Sepanjang Alan masih berjalan, maka lelaki itu akan terus mencubiti tubuh Luci.
Lalu setelah selesai melewati koridor panjang, Alan pun baru berhenti untuk memasuki sebuah ruangan yang lain. Di dalam ruangan itu Luci diturunkan dengan hati-hati.
***