Download App

Chapter 2: PART 2 - AKU MENJADI VANI

Jaff adalah mahasiswa populer di kampus ku. Ia amat terkenal. Bukan karena prestasinya tapi karena ketampanannya. Puluhan wanita atau bahkan ratusan begitu mudahnya terpikat olehnya. Namun, semua selalu berakhir sama. Hanya dijadikan pelampiasan waktu kosong. Jaff memang tidak pernah serius menjalin hubungan dengan seseorang. Ia dengan mudahnya mempermainkan perasaan seseorang. Bahkan pernah suatu ketika dia memutuskan hubungan dengan seorang wanita di depan umum. Wanita itu lalu menangis, tapi Jaff seakan tidak peduli. Fisiknya memang nampak begitu menawan, tapi hatinya seakan telah dirasuki oleh iblis dari neraka jahanam.

Aku tidak terlalu mengenal Jaff, meski sebenarya kita dulu satu sekolah. Namun, aku memang tidak terlalu dekat dengan tipikal manusia seperti Jaff. Menyebalkan, tidak berperasaan dan selalu tebar pesona kepada setiap wanita. Namun, saat dia berhasil mendapatkan wanita tersebut, ia justru melepaskannya begitu saja. Ahh, andai saja aku bisa memukulnya.

Ta..Ta…Tapi, ku rasa tidak mungkin….

Selain memiliki tampan yang rupawan dan terkenal, Jaff juga memiliki tubuh yang atletis dan memiliki banyak teman. Jika aku berhadapan dengannya pasti aku akan kalah. Tapi, bagaimana caranya aku membalas kepedihan Tania. Aku tidak bisa hanya diam saja melihat adik ku dibuat menangis olehnya.

…....

Keesokan harinya aku mencoba memantau Jaff dari kejauhan. Nampak tak ada yang aneh dengan gerak – geriknya. Ia terlihat seperti pria pada umumnya. Namun, dengan sedikit dicampur popularitas. Aku terus mengikutinya. Mamantaunya. Hingga aku memberanikan diri menyapanya saat di perpusatakaan.

"Ja,Ja,Jaff." Ujar ku dengan agak terbata – bata. Ia lalu berdiri. Manatap ku. Mendekati ku.

"Aku tak pernah melihat mu, siapa kau?"

Apa, dia tak pernah melihat ku. Padahal kita dulu satu sekolah dan sekarang satu kampus. Aku lalu menarik nafas.

"Kau mungkin tidak mengenal ku. Tapi pasti kamu mengenal wanita ini" kata ku sembari menunjukan foto Tania kepadanya.

Ia hanya terdiam. Lalu tersenyum sinis. "Tidak" jawabnya dengan datar. Lalu, ia pergi begitu saja. Aku mencoba meraih tangannya. "Jaff, tunggu". Ia memberhentikan langkahnya. Lalu menolehkan wajahnya ke arah ku. Lagi dan lagi, ia menatap dengan sangat tajam. Bahkan lebih tajam dari sebuah pisau.

"Aku tidak akan berbicara dengan orang asing" ujarnya sembari melepas genggaman ku.

Itulah pertemuan pertama ku dengannya. Jaff, si manusia paling menyebalkan di dunia ini. Andai saja tidak karena Tania, aku tak akan pernah mau untuk menyapanya bahkan menilisik kehidupannya. Awas kau Jaff.

.....

Hari demi hari semakin membuat ku tak kuasa melihat Tania. Ia begitu bersedih karena hanya dijadikan permainan oleh Jaff. Bahkan sudah beberapa hari ini Tania tidak kuliah dan hanya mengurung diri di kamar. Aku mengetuk pintu kamarnya. Namun Tania seakan diam seribu bahasa. Apa yang harus aku lakukan. Berhadapan langsung dengan Jaff bukanlah pilihan terbaik. Andai saja aku memiliki cara yang lain.

Aku pun mencoba puluhan cara untuk membalaskan sakit hati Tania kepada Jaff. Namun, semuanya gagal total. Aku menyerah. Aku rasa, aku tak akan bisa mengalahkan Jaff secara langsung. Ia terlalu tangguh. Beberapa kali cara yang aku lakukan pun dapat diatasinya dengan baik.

....

"Tan, Tania ayo makan dulu" kata ku sembari mengetuk pintu kamarnya. Dengan rawut wajah yang amat lesu Tania membuka pintu kamarnya. Ia hanya mengangguk sembari berjalan perlahan – lahan.

…..

Setelah menyatap makan malam, aku menyempatkan menatap bintang – bintang di langit. Entah karena kebetulan atau memang pikiran ku sedang jernih, tiba – tiba terlintas sebuah ide yang menarik agar aku bisa menjatuhkan Jaff.

Aku membuat akun Instagram palsu dengan foto profile wanita. Lalu aku mem-follow Instagram Jaff. Untung sebelumnya aku mencari tahu lebih dulu kriteria wanita seperti apa yang Jaff inginkan. Benar saja, tak lama setelah aku mem-follownya ia mem-Follback.

Lalu sebuah DM masuk ke Instagram fake yang aku buat. Sebuah salam hangat dari seorang Jaff. Aku pun membalas pesan tersebut. Kami pun saling membalas pesan satu sama lain.

.....

Hari demi hari aku lewati dengan membalas pesan dari Jaff, sampai tak terasa pada akhirnya kami mulai dekat. Ia lalu mengirimkan sebuah pesan untuk mengajak ketemu. Jari – jemari ku tiba – tiba terhenti. Mata ku melotot melihat pesan itu.

Astaga apa yang harus aku lakukan. Aku tidak mungkin menyuruh wanita lain untuk menemui Jaff, karena jika nyatanya itu berbeda dengan seperti di foto pasti dia akan sangat marah dan rencana ku akan gagal. Ah, tapi bagaimana ini. Bagaimana cara ku mengiyakan keinginannya.

...

Beberapa hari ini aku sengaja membiarkan pesan Jaff. Pikiran ku masih belum menemukan sebuah jawaban. Aku lalu menatap langit malam yang penuh dengan bintang – bintang.

Andai saja aku bisa menjadi wanita seperti di foto ini, pasti akan sangat menyenangkan.

...…

"Tolong. Tolong" Aku beteriak sembari berlari sekencang mungkin

"Hay. Mau kabur kemana kau" ujarnya.

"Tolong jangan sakiti aku mas peri" pintaku.

"Hay. Jangan kurang ngajar ya. Gue ibu peri. Sembarangan loh"

"Ouh, maaf – maaf. Soalnya ada jakunnya" kata ku.

Ia lalu mendekati ku. Menyentuh wajah ku seakan aku adalah hidangan yang siap disantap. Aku memejamkan mata. Ia menyentuh leher ku, menulusuri setiap lekuk tubuh ku. Ah, aku mulai jijik..

"Kau bilang, kau mau menjadi wanita kan. Dengan sekali ciuman dari ibu peri maka keinginan itu aku terkabul" katanya dengan nada menggoda.

Ia lalu mendekatkan bibirnya kepadaku. Aku mulai katakutan.

"Ahhhhhhhhhhhhhh"….

Aku pun terbangun dari mimpi buruk itu. Syukurlah, ternyata itu semua hanya mimpi.

.....

"Tan. Tania. Ayo keluar Tan, mau sampai kapan seperti ini" ujar ku.

Aku memang bodoh, padahal rencana ku sudah hampir berhasil. Tetapi semua itu musnah seketika. Apakah di dunia ini benar – benar tidak ada keajaiban, pikir ku.

Ah, lebih baik mandi dulu saja, agar pikiran ku sedikit jernih. Saat sedang mandi aku merasa ada yang aneh dengan diri ku. Saat aku memegang dadaku, aku merasakan sesuatu yang tak pernah aku rasakan. Aku membuka mata perlahan – lahan.

"Ahhhhhhhhhhh"...….

.....

Sejak saat itulah Alpa menjadi seorang wanita. Mimpi yang ia alami beberapa hari lalu ternyata bukan sekedar mimpi. Itu justru menjadi sebuah kenyataan. Tapi, mimpi itu bukan tanpa syarat. Alpa hanya bisa berwujud wanita saat Mentari tenggelam dan kembali normal sesaat Mentari terbit. Dan ada satu syarat yang tidak boleh dilanggar oleh Alpa yaitu Jatuh Cinta Kepada Jaff..

Kini, Alpha terjebak dalam raga Vani. Apakah ia mampu membalaskan dendam adiknya dan membuat Jaff sakit atau, atau justru hal sebaliknya terjadi. Alpha… Dua raga satu cinta

Bersambung….


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login