Download App

Chapter 2: Pagi yang baru

Arya mencoba membuka matanya yang terasa sangat berat pada pagi hari ini. Setelah berhasil membuka matanya, dia melihat ke sekelilingnya. Pemandangan yang sama seperti yang dia lihat saat bangun tidur di pagi hari, yaitu pemandangan kamar sederhananya.

Hanya ada kasur dan lemari baju di kamarnya. Arya tidak dapat membeli meja belajar dan funitur lainnya dengan keadaan keuangannya keluarganya yang memang serba pas-pasan. Arya setidaknya masih bersyukur mempunyai kasur sebagai alas dirinya saat tidur.

Arya mencoba bangun dari tidurnya sambil memegangi kepalanya yang pusing. Dia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi pada malam sebelum dia ke tempat tidur. Ingatannya tidak terlalu jelas, tapi dia ingat bahwa dirinya sedang dalam bahaya tadi malam.

Setelah memaksa otaknya untuk mengingat kembali kejadian semalam, Arya akhirnya mengingat adegan dimana dirinya berkubang di kubangan darahnya sendiri. Arya segera memeriksa bagian perutnya.

Saat dirinya melihat ke arah perutnya, dia akhirnya menyadari bahwa dia tidak mengenakan atasan apapun. Ini aneh, karena Arya tidak memiliki kebiasaan tidur dengan tanpa baju. Apa yang lebih anehnya lagi adalah luka yang seharusnya ada di perutnya sudah menghilang.

"Apakah lukaku sudah sembuh?!"

Arya menatap tak percaya ke arah perutnya yang tidak memiliki luka apapun. Setelah mengamati lebih lanjut, Arya menyadari bahwa tubuhnya lebih berotot dari pada yang dia ingat. Tidak mungkin dirinya tiba-tiba mendapatkan tubuh berotot dalam semalam, kecuali dirinya berada di dalam film superhero.

"Sebetulnya apa yang terjadi?"

Tanya Arya dengan bingung. Dirinya bisa menganggap bahwa kejadian kemarin hanya mimpi buruk, jika dia tidak melihat perubahan pada ototnya, tapi jika ada perubahan otot seperti ini, maka Arya tidak yakin apa yang terjadi.

Arya memeriksa bagian bawah tubuhnya. Dia hanya mengenakan celana boxer yang menjadi celana dalamnya tadi malam. Kalau dia hanya mengenakan celana dalamnya, berarti ada seseorang yang mengambil pakaiannya tanpa membuatnya telanjang bulat.

Arya kemudian mengingat sosok wanita yang dia temui tadi malam saat dirinya tengah sekarat. Dia tidak yakin apa yang wanita itu lakukan, tapi sepertinya dia menghajar habis-habisan mahluk yang menyerang Arya, lalu menyembuhkan lukanya dan kemudian membuang pakaiannya yang berlumuran darah dan hanya menyisahkan celana boxernya, karena dia tidak ingin melihat tubuh Arya secara telanjang bulat.

Kalau memang itulah yang terjadi maka hal itu menjelaskan kenapa dia bisa tidur tanpa mengenakan apapun, selain celana boxernya. Meski Arya tidak tahu cara wanita itu menyembuhkannya, tapi sepertinya wanita yang dia temui semalam memiliki semacam kemampuan khusus.

Arya adalah orang yang selalu berpikiran logis, jadi sulit baginya menerima apa yang terjadi padanya tadi malam dan bagaimana bisa lukanya sembuh dalam waktu semalam. Atau mungkin, dia tidak tidur semalam, tapi selama beberapa hari.

Arya segera mencari smartphone-nya. Dia menemukannya di dalam tasnya yang berada di dekat kasurnya.

Meski samar, Arya dapat mencium bau darah dari tasnya dan setelah memperhatikannya dengan seksama, dia bisa melihat bekas darah pada tasnya, meski tidak begitu jelas. Arya tidak yakin apakah wanita itu yang membersihkan tasnya hingga hanya tersisa sedikit bekas darah atau memang tasnya tidak terkena banyak darah sejak awal, tapi Arya yakin sekarang bahwa kejadian semalam bukanlah mimpi.

Arya dengan perlahan menekan tombol power untuk menghidupkan smartphone. Entah mengapa Arya merasa takut, jika dia menggunakan terlalu banyak kekuatan, maka smartphone-nya mungkin akan rusak.

Arya melihat tanggal yang tertera pada smartphone-nya. Tanggalnya hanya lewat satu hari dari tanggal kemarin, jadi dia memang hanya tertidur selama satu malam. Entah mengapa perasaan buruk mulai menghampiri seluruh tubuh Arya dan membuatnya merasa ketakutan.

"Apakah kau tetap ingin hidup di dunia ini, meskipun kau sudah bukan menjadi dirimu sendiri?"

Arya teringat kembali dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu, sebelum kesadarannya menghilang.

"Aku bukan menjadi diriku lagi!?"

Arya mulai bertanya-tanya, apa maksudnya dengan bukan menjadi dirinya lagi? Apakah saat ini dia sudah menjadi mahluk lain? Arya menjawabnya tanpa banyak berpikir, karena dia takut kehilangan nyawanya waktu itu, tapi saat ini dia berpikir. 'Apakah pilihannya adalah pilihan yang tepat?!'

Apakah lebih baik dia kehilangan nyawanya pada waktu itu dari pada hidup sebagai mahluk yang lain? Tapi jika dia kehilangan nyawanya, apa yang akan terjadi pada Ibunya? Arya tidak ingin membayangkan Ibunya harus tinggal sendirian seumur hidupnya.

"Arya, apa kau sudah bangun?!"

Suara Ibunya memanggil nama Arya dari luar kamar. Suara Ibunya berhasil membawa kembali Arya ke dunia nyata.

"Ya, Bu... Arya sedang ganti baju!"

Arya segera menjawab Ibunya. Tidak ada gunanya memikirkan hal yang sudah terjadi. Saat ini dia masih hidup, jadi dia hanya perlu mensyukuri keadaannya saat ini. Dia tidak perlu memikirkan apakah dirinya adalah manusia ataupun mahluk lain. Selama dia memiliki tubuh dan wajah lamanya, maka Ibunya tidak akan tahu apakah dia masih manusia atau bukan.

Arya membuka lemari pakaiannya, tentunya dengan perlahan. Arya bisa merasakan bahwa tenaganya memang lebih besar dari pada biasanya. Lalu dia mengambil pakaian dari tumpukan paling atas dan segera memakainya.

Setelah memastikan tidak ada yang aneh dengan pakaian dan wajahnya dengan bantuan dari cermin kecil yang dia miliki, Arya segera keluar dari kamarnya.

Saat keluar dari kamarnya, Arya dapat melihat Ibunya telah menyiapkan sarapan berupa telur mata sapi dan nasi di meja kecil. Makanan yang biasanya disantap oleh keluarga mereka saat sedang sarapan.

Arya segera duduk bersila di depan meja kecil dan menghadap ke piring yang telah tersaji. Gaji Ibunya tidaklah cukup untuk membeli sebuah meja makan dan kursi agar Ibunya dan Arya dapat makan dengan nyaman, jadi Ibunya memutuskan untuk membeli meja kecil murah agar mereka dapat tetap makan dengan nyaman.

Arya biasanya tidak akan mengeluh tentang makanan apa yang tersaji di hadapannya, tapi kali ini dia tidak merasa nafsu saat melihat piring di hadapannya. Dia masih bisa merasakan nafsu makan saat melihat telur, tapi tidak dengan nasinya.

Entah kenapa dia merasa mual saat melihat nasi di piringnya. Arya kembali teringat dengan kejadian kemarin malam. Apakah ini juga adalah efek samping dari "penyembuhan" yang dilakukan oleh wanita itu padanya.

'Apakah Aku tidak akan bisa makan nasi lagi?'

Pikir Arya saat menatap nasi putih di hadapannya.

"Ada apa, Arya? Apakah kau tidak ingin makan?"

Ibunya menatapnya dengan tatapan khawatir dan sedih. Arya tahu bahwa Ibunya merasa bersalah padanya, karena hanya bisa menyajikan makanan sederhana setiap harinya di rumah kecil mereka. Arya segera menggelengkan kepalanya agar Ibunya berhenti menatapnya dengan sedih.

"Arya akan makan, kok!"

Dia segera mengambil piring di hadapannya dan segera menyantap nasi di piringnya hingga habis. Arya merasa mual saat butiran putih nasi masuk ke perutnya, tapi Arya menahannya. Dia tidak bisa menunjukan wajah tidak senang di hadapan Ibunya atau dia akan membuat Ibunya sedih dan membebaninya.

Setelah selesai makan, Arya segera membawa piringnya ke dapur dan mencucinya, lalu meletakannya kembali ke rak piring.

Sementara Ibunya sedang makan sarapannya dengan tenang, Arya segera kembali ke kamarnya untuk mengambil tasnya. Meskipun hal aneh telah terjadi tadi malam, tapi dia masih memiliki jam kuliah untuk hari ini.

"Arya pergi kuliah dulu, ya.. bu!"

Setelah pamit dengan Ibunya, Arya segera melangkahkan kakinya menuju tempat kampusnya. Akan tetapi, tidak begitu jauh dari rumahnya, Arya segera mencari tempat sampah, lalu membuang isi perutnya ke dalam tempat sampah itu.

Perutnya benar-benar terasa sangat sakit. Meskipun dia bisa menahannya di hadapan Ibunya, tapi dia tetap saja tidak bisa menahan nasi yang tadi dia makan untuk tetap berada di perutnya sampai tercerna.

Jika keadaan perutnya terus seperti ini, kira-kira berapa lama dirinya bisa menutupi perubahan tubuhnya pada Ibunya. Arya tentu saja tidak bisa mengatakan bahwa dirinya sudah bukan manusia lagi.

Meskipun Arya tidak yakin harus menyebut apa dirinya saat ini, tapi dia tahu bahwa dia tidak mungkin bisa menyebut dirinya manusia lagi. Jadi mulai sekarang setiap kali dia mengatakan bahwa dirinya adalah manusia, maka itu artinya dia sedang berbohong.

Setelah merasa perutnya tidak terlalu sakit lagi, Arya kembali melanjutkan perjalannya. Meskipun ada beberapa orang yang lalu lalang saat dia sedang muntah tadi, tapi tidak ada satupun dari mereka yang peduli padanya. Arya bersyukur mereka tidak mengganggunya, tapi dia juga merasa sedikit sedih saat menyadari bahwa tidak ada orang yang benar-benar khawatir padanya di lingkungan tempat tinggalnya, selain Ibunya sendiri.

"Kuharap ini hanya efek sementara..."

Sambil mengatakan doa yang dia ragukan akan terkabul, Arya terus melangkahkan kakinya.

Dan begitulah akhir dari pagi pertama Arya, setelah dirinya berhenti menjadi manusia.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login