Download App
Falling into You Falling into You original

Falling into You

Author:

© WebNovel

Chapter 1: PROLOG

“Menurut kalian, apakah umur kita terlalu muda untuk melakukan penikahan sekarang?” gumam salah seorang pria yang sedang membawa gelas vodka dengan gaya duduknya yang menyiratkan seorang pengusaha berkarisma.

“Memang kenapa, Art? Apa kau tidak ingin menikah?” Tanya seorang pria bernama Dennis. Lelaki itu menatap Arthur, lawan bicaranya, dengan jahil.

Arthur meletakkan gelas vodkanya, kemudian menyenderkan tubuhnya sambil menatap langit-langit ruangan dan berpikir.

“Entahlah. Aku sudah tidak mengerti lagi tentang wanita.” jawab Arthur sambil menghela napasnya.

Saat ini, mereka sedang berada di salah satu ruangan VIP club ternama. Mereka biasa berkumpul disini pada malam hari, dengan jadwal tertentu. Biasanya, hanya untuk berbincang, atau jika mereka sedang bosan.

Tiba-tiba, pintu tergeser dan menampakkan Felix dengan setelan baju casualnya. Ia langsung menghampiri teman-temannya di sofa dan duduk di sebelah Edric, yang sedang digelayuti oleh seorang wanita, kemudian mengambil gelas vodkanya yang sudah tersedia di atas meja.

“What did I miss?” Tanya Felix santai, kemudian menenggak habis satu gelas vodkanya.

“Terlambat. Kau selalu begitu, Jullian. Kau dan kebiasaan burukmu itu.” jawab Dennis berdecak.

Felix hanya mengedikkan bahunya. Hari ini ia begitu lelah, namun masih menyempatkan waktunya untuk memenuhi ajakan teman-temannya malam ini. Pagi tadi, ibunya memintanya untuk menemaninya ke supermarket, dan alhasil ia harus mengerjakan pekerjaannya saat ibunya selesai belanja, tepatnya, saat matahari mulai terbenam.

“Mungkin kau harus menanyakan hal itu juga pada Jullian.” kata Justin tiba-tiba, melirik Dennis.

“Ah! Akhirnya, kau bersuara juga, Tuan Justin Leonard yang agung.” sela Arthur yang langsung membuat semuanya tertawa.

Justin memang tergolong pria yang sangat irit bicara, bahkan ia juga irit senyum. Wajahnya memang tampan dan terlihat berwibawa. Namun, sikap dinginnya menutupi aura ketampanannya, begitulah yang teman-temannya deskripsikan.

Justin tidak menggubrisnya dan memutar bola matanya jengah.

“Memang ‘hal itu’ hal apa?” Tanya Felix mengerutkan alisnya.

Edric mengedikkan bahu tidak mengerti. Sejak tadi, ia hanya bermanja-manja dengan seorang wanita yang menggelayutinya. Ah, ralat. Mungkin, wanita itu yang bermanja dengannya, sehingga, dengan terpaksa ia harus meladeninya.

“Ah, itu. Masalah pernikahan, percintaan, dan segala macamnya, Jullian. Mungkin kau tidak tertarik dengan hal semacam itu.” jawab Dennis acuh.

“Say, Mr. Jullian. How do you think about marriage thing?” Tanya Arthur meletakkan gelas vodkanya dan menatap Felix di seberang sofa yang ia duduki.

“You know me, Mr. Dale. So far, belum ada yang bisa memberikan ketulusan cinta lebih padaku selain orang tuaku. Well, aku juga tidak berniat mencari wanita untuk pendampingku.” Jawab Felix santai.

Semua bersorak, kecuali Justin tentu saja. Ia hanya menggelengkan kepalanya melihat teman-temannya yang suka sekali membahas masalah percintaan.

“But, one day you’ll marry someone, Dude. You’ll get her heart. after all, which woman who will refuse your look.” kata Dennis dengan tawa renyahnya. Benar, itu bukan sebuah pertanyaan, melainkan pernyataan.

“Wait. Who knows, someday, there will be a beautiful and sweet woman who will reject him and his pride will be like, ouch…..!”

Tiba-tiba sebuah bantal sudah mendarat dengan mulusnya di muka Arthur yang sedang berbicara. Siapa lagi kalau bukan Felix yang melakukannya. Ia sedikit terhina masalah ‘wanita yang akan menolak’ tampangnya itu. Well, ia jadi menyetujui apa yang Dennis katakan sebelum Arthur berbicara.

Dennis dan Edric yang melihatnya terbahak-bahak melihat Arthur yang terkena lemparan bantal itu. Sementara Justin hanya menggelengkan kepalanya, lagi, sambil tersenyum simpul. Ia sudah terbiasa melihat teman-temannya seperti ini. Jujur saja, ini merupakan salah satu hiburan yang ia sukai saat bersama mereka.

“Jangan menghina tampangku ini, Arthur. Lagipula, sudah ada buktinya disini, selain Edric, para wanita juga selalu menggodaku.” Felix mengatakan dengan penuh percaya diri sambil melirik Edric.

“Itu karena dia memang seorang ahlinya dalam masalah player, Dude. Dan lagipula kita juga sering melihatnya menggandeng banyak wanita untuk makan malam atau dibawa ke apartmentnya. Sedangkan kau? Menggandeng pun tidak. Rayuanmu itu tidak akan bertahan lama, Mr. Jullian.” jelas Justin panjang lebar. Masalah fakta, Justin akan selalu berbicara lebih dahulu dari yang lainnya.

Semua tercengang mendengar penjelasan panjang lebar Justin itu.

“WOW! Itu adalah kalimat ejekan terpanjang yang pernah kudengar langsung dari mulutmu, Justin. So proud!” seru Dennis sambil berdiri dan bertepuk tangan dengan keras.

“I admit it, it was. Before I kick your ass.” sarkas Justin yang langsung membuat semuanya tertawa, kecuali Dennis. Ia langsung kembali duduk dan hanya tertawa renyah.

“Guys, seharusnya kita menyelesaikan pembahasan topik utama kita.” decak Arthur.

“Hey, sudahlah. Inti dari pembahasan ini, pada akhirnya kita semua akan menikah. Aku tidak akan bohong kalau aku juga ingin menikah. Sayangnya, aku belum menemukan gadis yang tepat. Itu saja.” jawab Edric melepaskan lengan wanita di sampingnya.

“Gadis yang bisa memuaskanmu, mungkin itu yang kau maksud, Mr. Bastard.” jawab Felix, membenarkan ucapan Edric.

“Well, it’s also included. Trust me, everyone…..” Edric belum menyelesaikan ucapannya ketika semua temannya melanjutkan apa yang akan dikatakan Edric, seperti biasa.

“Everyone needs ‘that’, Edric. Yeah, we know.” seru mereka dengan menyensor bagian ‘that’ yang tidak ingin mereka sebutkan. Hal itu membuat Edric tertawa lepas.

“Ehm, mungkin salah satu dari kita akan memikirkan masalah pernikahan ini dengan serius.” sindir Arthur.

Semua lantas melirik pada seorang pria yang duduk di pojok sofa dan menatapnya lama. Sementara pria itu mengangkat kedua alisnya.

“Ada apa?” Tanya Justin yang merasa sedang ditatap oleh teman-temannya.

“Berikan pernyataanmu, Justin sayang.” jawab Dennis dengan panggilan sayangnya dan langsung mendapatkan tatapan tajam Justin.

“Entahlah. Mungkin iya, mungkin tidak. Untuk saat ini, tentu saja tidak.” jawab Justin sekenanya sambil mengedikkan bahu.

Semuanya tercengang dengan jawaban yang diberikan Justin. Jadi, apa maksud Justin? Yang mana yang benar?

Semuanya terdiam cukup lama dengan pikiran mereka masing-masing. Tentu saja, tentang masalah pernikahan ini. Semua menjadi pemikir yang keras, tak terkecuali si Pangeran Dingin nan Tampan, Justin Leonardo.

“Ya, mungkin benar. Kita memang harus menikah nanti. Aku tidak ingin orang tuaku menjodohkanku secara tiba-tiba dengan anak kenalannya atau siapapun itu. Itu agak…. menjijikkan dan menjatuhkan harga diriku sebagai pria yang seharusnya mencari cinta sejatinya sendiri.” jelas Edric bergidik ngeri membayangkan perjodohan yang ia maksud dan semuanya menganggukkan kepala setuju, kecuali Justin yang hanya menaikkan alisnya.

“Tapi, siapa yang tahu bukan. Kita tidak akan tahu takdir apa yang akan kita alami.” Jelas Justin.

“Benar juga. Yang terpenting, kita akan menikah. Kalau kupikirkan lagi, rasanya sungguh tidak sabar. Ah, bagaimana tampang calon wanitaku ini, ya?” kata Dennis sambil menatap langit-langit ruangan dan tersenyum.

“Kira-kira, dari kita berlima, siapa yang akan menikah duluan?” Felix menerawang ke udara, sedangkan pertanyaan itu mampu membuat teman-temannya berpikir keras.

Tidak ada satupun yang mengira jika masa depan mereka nantinya akan mengubah kepribadian mereka sebagai pria sejati yang seharusnya. Tidak ada satupun dari mereka yang bisa menebak akan seperti apa kehidupan mereka setelah menikah nanti. Tapi, kembali memikirkan pertanyaan Felix sebelumnya. Siapa dari mereka yang akan menikah terlebih dahulu? Mengingat, mereka harus menikah karena itu adalah sebuah fakta yang tidak bisa dihindari sebagai pria yang sudah matang. Entah mereka saling mencintai atau tidak, mereka harus menikah.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C1
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login