Download App

Chapter 2: 2

Nadia bersama teman-temannya menemani Ara di UKS. Syukurlah Ara segera siuman. Nadia memberikan minuman handalan sejuta umat ketika sakit, yaitu teh hangat. Dan untungnya bel istirahat berbunyi, jadi detik itu hukuman mereka selesai.

“Ara kamu belum sarapan ya?” Nadia mengusap rambut Ara. Ara hanya menjawab dengan anggukan.

“Gue mau ke kantin, ada yang nitip gak?” Tanya Affa.

“Beliin roti aja buat gue sama Ara. Berani kan ke kantin sendiri?” Balas Nadia.

“Ya elah berani lah, lagian Ibas, Roni sama Iwan udah di kantin” Sahut Affa sembari mengelus rambutnya. Affa pergi meninggalkan Nadia dan Ara menuju ke kantin.

“Kamu kenapa gak ikut ke kantin?” Tanya Ara kepada Nadia dengan nada yang lirih.

“Ya masa aku tega ninggalin kamu sendiri” Nadia berkata dengan lembut. Ara tersenyum membuat Nadia merasakan getaran aneh di tubuhnya. Nadia merasa sudah seperti bertahun-tahun kenal dengan Ara. Beberapa menit kemudian Affa beserta yang lainnya masuk ke dalam UKS. Menanyakan kondisi Ara apakah sudah baikan atau belum. Ara memakan sepotong roti yang dibelikan Affa.

“Eh, Ra kalau lu mau kasusin senior belagu itu bisa banget loh” Ujar Affa tiba-tiba.

“Bener Ra, kalau ortu kamu kesini terus protes ga terima, pasti si senior blegug itu kena masalah atuh” Iwan menimpali dengan logat khas sundanya.

Sorot mata Ara berubah. Nadia merasakan bahwa senyum Ara berubah menjadi kecut. Nadia mencium bau-bau ada yang tidak beres disini. Sepertinya Ara kurang suka dengan topik tersebut. Nadia mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Eh, bikin grup chat yuk” Ajak Nadia.

“Boleh…” Sahut mereka semua

“Oke nanti gue invite. Eh balik lagi yuk ke lapangan. Udah mau masuk lagi ini. Ara kalau masih sakit disini aja, nanti kita yang ngomong ke mereka” Bujuk Nadia agar Ara tetap beristirahat.

“Gak, aku udah enakan. Tadi udah makan roti juga. Masih pengen war nih sama senior tadi” Ucap Ara sambal menyengir kuda, sontak semua orang yang ada disana cekikikan.

Nadia tidak terpikirkan bahwa masa orientasi siswa benar-benar melelahkan. Tidak seperti FTV-FTV yang sering dia tonton. Datang, pacaran, makan, hahahihi seperti itulah kegiatan yang dia tonton. Namun hari ini dia senang, mendapatkan teman-teman baru yang dekat. Bahkan sudah memiliki grup chat berenam. Tiba-tiba Nadia kepikiran untuk menelpon Ara, hanya sekedar menanyakan bagaimana kondisi Ara.

“Hallo…” Sapa Ara diseberang sana.

“Hallo ra, anu gimana kabarmu” Ucap Nadia ragu-ragu.

“Hah? Maksudnya?” Tanya Ara keheranan.

“Eh.. Anu maksudnya gimana kondisimu? Udah sehat kan?” Tanya Nadia penuh perhatian. Ara tersenyum, ia mendapatkan teman baru yang sangat perhatian.

“Udah baikan kok Nad, kirain ada apa” Ara tersenyum.

“Eh maaf, aku ganggu ya?” Tanya Nadia kikuk

“Anu, bukan gitu Nad, aku seneng kok. Akhirnya ada yang perhatian dengan aku. Terimakasih ya, sampai ketemu besok Nad” Jawab Ara penuh kelembutan. Nadia tersenyum, akhirnya dia tau rasanya memiliki sahabat yang lemah lembut. Tidak seperti Affa yang centil ataupun dirinya yang bar-bar.

Nadia membayangkan bagaimana rasanya ya berpacaran dengan kakak kelas yang tampan, mengerjakan tugas bersama-sama, kemudian membayangkan makan bersama di kantin. Rasanya hal itu tidak mungkin. Bagaimana jika ayahnya tau jika ia berpacaran. Ayahnya akan marah besar. Ayahnya begitu kolot sekali tidak seperti orang tua teman-temannya. Lagi-lagi ia hanya bisa mendesah pasrah.

Nadia mulai merebahkan badannya dan menggerak-gerakkan bagian tubuhnya, untuk mengurangi rasa pegal di badannya. Ia menarik selimut, kemudian memejamkan mata. Tanpa sadar Nadia mengucapkan selamat malam untuk Devara Ayunda.

“Nadia, bangun” Nadia melirik jam di ponselnya. Gawat, waktu sudah mepet. Nadia memutuskan tidak mandi dan buru-buru berangkat sekolah. Kalau tidak, Affa akan mengomelinya karena telat.

“Fa, minta parfum” Pinta Nadia.

“Lah tumben amat pake parfum gue, kesambet lu? Gak pusing lagi?” Nadia tidak terlalu suka bau parfum yang menyengat.

“Udah mana, sekalian pinjem sisir” Affa memberikan sisir dan parfumnya. Nadia merapikan rambutnya dikuncir kuda.

“Lu kenapa Nad? Tumben-tumbenan dandan di mobil” Beberapa detik kemudian, mobil sudah sampai di depan pintu gerbang sekolah.

“Gue kesiangan tadi ga mandi. Cuman cuci muka hehe” Nadia nyengir.

“Jorok lu anjir” Affa mengibas-ibaskan tangannya, gerakan seperti mengusir bau.

“Lebay lu, padahal gak bau kan. Tadi juga ga kebauan sebelum pake parfum” Ujar Nadia.

“Gue kira tadi ada truk sampah lewat gitu, jadi ga nyadar itu elu. Bau lu tu kayak kelabang anjir” Protes Affa yang tak digubris oleh Nadia.

Nadia dan Affa berlari ke halaman sekolah. Disana teman-temannya sudah berkumpul. Memang kebetulan atau entah takdir. Ternyata mereka satu gugus. Tiba-tiba ada suara kentut yang sangat menggelegar.

“Suara siapa ini? Ngaku” Teriak salah satu Komdis. Namun tidak ada yang menjawab.

“Saya hitung sampai 10 kalau tidak ada yang mengaku, kalian semua dihukum” Komdis mulai menghitung mundur dari 10. Ketika hitungan sampai 1, baru ada anak yang mengaku.

“Semuanya saya hukum push up. Kalian semua lelet” Teriaknya.

“Lah yang salah dia, kenapa kita semua dihukum? Ini kan bukan negara sosialis, kenapa yang salah satu orang, semuanya yang harus di hukum?” Teriak Affa

“Jadi, kalian tidak menjunjung tinggi kebersamaan?” Tanya salah satu senior dengan nada tinggi.

“Bukan begitu, bukankah dia sudah belajar untuk tanggung jawab?” Teriak Nadia.

“Lagian kenapa sih kentut aja dipermasalahin, dia juga gak mau kali kentut sembarangan” Timpal Roni.

“Terus juga hukuman apasih itu, gak mendidik sekali. Emangnya kita lagi diklat tentara apa ya, salah dikit hukuman fisik” Timpal Ibas.

“Oh nantang, oke khusus untuk kalian para pahlawan kebetulan, cari materi mengenai sejarah peradaban Indonesia, besok dikumpulkan” Ujar Senior yang lainnya. Mereka hanya bisa pasrah. Lagi-lagi mereka serba salah. Melawan salah, diam tertindas.

Dua hari ini, mereka berenam menjadi topik pembicaraan di sekolah. Bagaimana lagi, anak baru namun sudah pembangkang. Namun bagi teman seangkatannya, mereka bak pahlawan. Hanya mereka yang berani menghadapi penindasan.

“pegel tangan gue” Keluh Affa saat mencicil hukuman merangkum.

“Sama, mau copot ini jari” Nadia melemaskan jari-jarinya.

“Gak bisa dibiarin ini, kita harus buktiin ke mereka nih” Ujar Roni

“Iya nih, kita harus ngapain tapi?” Tanya Iwan

“Gimana kalau kita pentas aja nanti pas perjusa?” Ajak Ara

“Setuju, nampilin aja Nadia kan mirip topeng monyet” Affa cekikikan.

“Yeu, lu aja kali kan dandanan situ mirip ondel-ondel” Balas Nadia membuat semua orang ikut tertawa.

Mereka masih sibuk dengan gelak tawa masing-masing. Waktu istirahat mereka pergunakan untuk mengerjakan tugas hukuman. Beberapa menit kemudian, ada perempuan yang statusnya dua tingkat diatas mereka mendatanginya. Dia adalah perempuan terkenal di sekolah ini. Namanya Ratu Lisa Mahadewi. Bak namanya, dia bagaikan mahadewi bagi cowok-cowok di sekolah. Namun, dia tidak suka apabila ada yang menyainginya. Maka ia tidak akan segan-segan melabraknya.

“Oh ini anak baru yang songong itu? Lu sekolah apa mau mangkal pake make up menor gitu” Ratu menunjuk muka Affa , ia geram dibuatnya. Padahal Affa hanya memakai bedak, dan olesan tipis ala-ala Korea.

“Lah, duit-duit gue ngapa lu yang sewot? Ga ada kerjaan banget lu ya ngurusin make up orang. Kalau mau ngurusin kehidupan orang jangan nanggung-nanggung bayarin SPP sekalian. Makan juga ga minta elu kenapa gue harus nurut” Ujar Affa membuat Ratu Lisa meradang.

“Lu tau siapa gue?” Tanya Ratu Lisa.

“Tau itu nama lu ada di nametag dada. Ratu Lisa Mahadewi” Jawab Affa.

“Gue cewek terkenal disini. Jangan macem-macem. Baru juga masuk sudah dandan seperti itu, mau gebet kakak kelas lu?”

“Eh gini ya Ratu Lisa, yang kelakukannya kek dajjal. Sama-sama numpang di bumi aja tingkah lu kayak yang punya sertifikat bumi. Emang ada larangan make up? Ga ada deh. Lu kalo iri bilang bos. Takut kalah saing ya?” Jawab Affa secara blak-blakan. Memang gadis ini bar-bar, tidak punya rasa takut.

“Gue tandai lu ya?” Ratu Lisa menunjuk muka Affa kemudian pergi meninggalkan mereka.

“Gue tau kita harus nampilin apa” Ucap Affa kepada teman-temannya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login