Download App

Chapter 20: GANGGUAN ADIK SEPUPU

Keinginan Andres agar bisa tidur siang dengan nyaman kembali terganggu. Dia baru saja memulai mimpinya ketika terjaga oleh bunyi dering handphone.

"Ariel," ucap Bella memberitahu.

Mendengar nama itu tangannya seperti mati rasa. Dengan malas dia mengusap layar dan mendekatkannya pada telinga.

"A'AAAAAKKK!!!!!" Suara teriakan seorang gadis menghantam keras gendang telinganya.

"¡¡MIERDA!! ANAK NAKAL! SUDAH BERAPA KALI AKU BILANG! JANGAN TERIAK-TERIAK KALAU NELPON!!!" Umpatnya marah sambil mengarahkan mulutnya ke ujung handphonenya. Dia sampai tidak sadar telah terduduk dan Bella menatapnya ketakutan dengan punggung yang menempel ke sandaran kasur.

Suara tawa gadis yang menelponnya terdengar. Tangannya melepaskan handphonenya begitu saja.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Andres dengan suara pelan pada Bella dengan detak jantung yang tak beraturan karena kaget luar biasa.

Bella mengangguk-angguk kecil. Andres mengulurkan tangannya dan menyentuh pangkal lengan gadis itu.

"Anak bodoh!" Umpatnya pada Ariel dengan suara tertahan sambil memeluk tubuh Bella.

Gelombang suara gadis itu masih terdengar dari handphonenya yang tergeletak di atas kasur.

"Kamu tidak mau menjawabnya?"

"Biarkan saja. Nanti juga mati sendiri."

Beberapa detik yang kembali sunyi hanya lamat-lamat hembusan napas mereka yang beradu, lalu suara dering handphonenya menggema lagi.

"Kamu tidak mau mengangkatnya?" Tanya Bella lagi.

Andres tidak menjawab. Anak nakal itu selalu membuat masalah. Dia menyesal- Dios! [Ya Tuhan!] Mengapa aku mengijinkannya magang di perusahaanku? Andres menyesal mengabulkan permintaan, lebih tepatnya paksaan dari adik sepupu perempuannya itu. Anak manja. Anak nakal. Anak keras kepala. Andres bertanya dengan penuh keputusasaan mengapa dia terlahir sebagai sepupu laki-laki tertua gadis itu.

"Jawab saja! Kasian." Ucap Bella setelah mendengar panggilan yang entah ke berapa.

Andres melepas kepalanya dari pundak gadis itu dan menoleh untuk mencari handphonenya. Andres tidak langsung meletakkannya di telinga. Dia menunggu suara sepupunya lebih tenang.

"Ada apa lagi?" Tanyanya enggan. "Jangan berteriak!" Dia mengingatkan bahkan sebelum sepupunya mengucapkan sepenggal kata. Andres memeluk Bella lebih erat.

Sepupunya bergumam tidak jelas lalu bertanya, "tempat tinggalku sudah beres? Aku mau tinggal di lantai yang paling tinggi."

"Sudah penuh. Hanya ada yang kosong di lantai dua puluh." Dia lupa dua puluh berapa.

"Ah payah! Masa tidak ada yang kosong? Apartemen yang baru bagaimana? Aku dengar akan ada yang dilauncing bulan depan. Berarti sudah bisa ditempati kan? Pasti masih banyak yang kosong. Aku mau di sana saja."

"Kamu mau naik tangga ke lantai 50?"

"Kan ada lift?"

"Belum beroperasi full, bodoh!"

"Dasar pelit! Bilang saja tidak mau rugi. Apa sulitnya menyisakan satu buat adik sepupumu? Nanti kalau aku selesai magang kan bisa dijual juga? Aku tidak minta kok, cuma mau menempati beberapa bulan saja."

Andres mengerang.

"Niatmu apa ke Surabaya?" Tanya Andres.

"Magang." Jawabnya. "Tapi, tentu aku punya niatan lain. Kalau cuma magang, aku ya bisa magang di sini atau di Bandung."

"Apa?"

"Itu rahasia."

"Paling, tidak akan jauh dari mencari pacar. Turunkan standarmu. Kamu bisa menjomblo seumur hidup kalau menginginkan CEO muda yang tampan."

"Huh. Aku yakin ada. Buktinya aa' masih jomblo sampai sekarang."

Andres hampir saja akan bilang 'aku tidak akan menikahi adik sepupuku sendiri' kalau saja dia tidak ingat sedang memeluk Bella saat ini lalu 'aku sudah tidak jomblo lagi' jika tidak ingat sepupunya itu bisa berteriak histeris di rumahnya dan memberitahu tantenya, lalu dia akan mengabari semua sepupunya satu persatu lalu orang yang lebih tua. Andres menghela napas memikirkannya.

"Ayolah a' kenalkan aku dengan salah satu temanmu!" Gadis itu mulai merengek. Sifat manjanya keluar.

"Teman-temanku pada tua. Kamu lebih cocok jadi istri cucunya."

"Kenalkan aku dengan cucunya kalau begitu! Dia yang mewarisi perusahaan kakeknya. The next CEO!" Gadis itu tertawa.

"Kamu harus berhenti membaca novel di aplikasi itu! Pikiranmu penuh dengan fantasi bodoh."

Andres melepas pelukannya dan menuntun Bella berbaring.

"Aa'," panggil sepupunya.

"Apa?" jawab Andres sambil menaruh kepalanya di dada Bella. Dia suka daging empuk ini.

"Mau aku bawakan apa?"

"Tidak usah."

"Hmm, aa' mau apa gitu, nanti aku belikan."

"Tidak usah."

"Baiklah." Diam sejenak lalu gadis itu memanggilnya lagi, "aa'?"

"Iya?" Andres mulai merasa matanya berat.

"Aku mau tinggal bareng aa' saja."

"Tidak boleh!"

"Ah. Mengapa tidak boleh? Katanya rumah aa' besar. Aku hanya butuh satu kamar tidur saja."

"Pokoknya tidak boleh."

"Aa' pelit! Tega! Jahat! Kalau aku tidak tinggal sama aa', terus nanti aku ke kantor naik apa?"

Andres sudah bisa menebak alasannya meminta tinggal bersamanya, salah satu alasannya selain mendapat makan gratis. Andres menjawab, "ada taksi, ada taksi online, ada angkutan umum. Kamu bisa pakai mobilku juga."

"Aku tidak bisa menyetir!"

"Itu salahmu sendiri. Disuruh belajar tidak mau."

"Aku takut menabrak!"

Andres tertawa, "tidak mungkin langsung tiba-tiba menabrak."

"Ah, bodoh! Bagaimana ini? Bagaimana nanti aku ke kantor?!"

"Kan sudah kubilang, sudah kujawab."

"Aa' mau menjemputku?"

"Tidak!" Langsung ditolak mentah-mentah oleh Andres.

"Sopirmu yang menjemputku." Itu lebih terdengar seperti perintah. Gadis itu memang suka mengatur hidup orang semaunya.

"Dia harus standby untukku."

"Bagaimana dengan sopir kantor?"

"Aku tidak suka mencampur urusan kantor dengan keluarga."

"Kalau begitu carikan aku supir pribadi saja?"

"Kamu bayar sendiri."

"Aku tidak punya uang! Aku belum bekerja."

"Minta papamu yang menggaji."

"Tidak. Tidak. Papah pasti mengambilnya dari uang sakuku."

"Ya, sudah terima saja nasibmu."

"Aa' jahat!"

"Hey. Kalau aku jahat, aku tidak akan mengijinkanmu magang di perusahaanku, bodoh! Aku juga memberimu tempat tinggal. Kurang baik apa coba?"

Gadis itu diam lagi lalu mendesah.

"Tapi aa' akan menjemputku di bandara kan?" Tanyanya kemudian.

"Iya. Tenang saja kalau itu."

"Oke."

Andres mendengar tawa gadis itu.

"Aa', tumben mau telponan lama? Ini sudah lewat jam satu."

"Aku di rumah." Andres memberitahu.

"Loh, kenapa?"

"Aku sedang ambil cuti."

Suara tawanya kembali terdengar. "Aku tidak salah dengar?"

"Tidak."

"Mengapa tiba-tiba ambil cuti?"

"Bukan urusanmu!"

"Oke. Oke. Um, aku mau ngomong apa lagi ya?"

"Mana aku tahu." Jawab Andres sambil tersenyum. "Telpon nanti malam saja, aku mau tidur siang."

"Oke. Dah, aa'! Aku mencintaimu!"

Andres membalas ucapan selamat tinggal itu dengan spontan karena sudah terbiasa melakukannya, "iya, aku juga mencintaimu."

"Adik sepupuku." Katanya langsung pada Bella.

Bella menjawab sambil tersenyum, "iya."

"Aku tidak mau kamu cemburu." Akunya sambil merangsek ke atas, mensejajarkan kepalanya dengan wajahnya.

"Aku tidak akan cemburu." Jawabnya terdengar percaya diri di telinga Andres.

"Kamu mencintaiku, kamu pasti cemburu melihatku dekat dengan gadis lain." Andres memberitahunya lalu menciumnya.


CREATORS' THOUGHTS
Giralda_Blanca Giralda_Blanca

Please, lempari aku dengan batu kuasa (power stone)!!!

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C20
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login