Download App

Chapter 1: Bab 1 ~ Hadiah

Sesampainya di sekolah, mereka segera berlari menuju lapangan dalam untuk mengikuti lomba sains yang diadakan oleh sekolah mereka.

"Arsa, Lintang, jangan lari-lari nanti jatuh," ucap seorang guru kimia sekolah itu.

"Iya, Bu Friska," Ucap Lintang dan Arsa bersamaan.

"Kalian mau ke lapangan dalam kan?"

"Iya, Bu," Ucap Arsa. "Ibu juga mau ke lapangan?"

"Enggak, Ibu mau ke kepala sekolah dulu." Ucap Bu Friska. "Kalian cepetan ke lapangan, takutnya nanti telat."

"Baik,Bu," ucap Lintang dan Arsa.

"Ayo, Sa," ucap Lintang sambil menarik tas Arsa.

"A-ayo."

Sesampainya dilapangan dalam Winston School, mereka dan seluruh peserta lain diberikan arahan oleh kepala sekolah mengenai perlombaan itu dan diberikan selebaran yang berisikan peraturan - peraturan dalam perlombaan itu.

~~~

ᴘᴇʀᴀᴛᴜʀᴀɴ-ᴘᴇʀᴀᴛᴜʀᴀɴ ʏᴀɴɢ ʙᴇʀʟᴀᴋᴜ ᴅᴀʟᴀᴍ ᴘᴇʀʟᴏᴍʙᴀᴀɴ ɪɴɪ sᴇʙᴀɢᴀɪ ʙᴇʀɪᴋᴜᴛ:

𝟷. ᴅɪʟᴀʀᴀɴɢ ʙᴇʀᴍᴀɪɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴀʟᴀᴛ ᴀᴛᴀᴜ ʙᴀʜᴀɴ ʏᴀɴɢ sᴜᴅᴀʜ ᴅɪsᴇᴅɪᴀᴋᴀɴ ᴘᴇsᴇʀᴛᴀ

𝟸. ᴍᴇɴᴊᴀɢᴀ ᴋᴇʙᴇʀsɪʜᴀɴ ʟᴀᴘᴀɴɢᴀɴ sᴇᴋᴏʟᴀʜ

𝟹. ᴍᴇᴍʙᴜᴀɴɢ sᴀᴍᴘᴀʜ ʀᴀᴅɪᴏᴀᴋᴛɪғ ᴘᴀᴅᴀ ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ sᴀᴍᴘᴀʜ ᴋʜᴜsᴜs ʏᴀɴɢ sᴜᴅᴀʜ ᴅɪsᴇᴅɪᴀᴋᴀɴ

𝟺. ᴊɪᴋᴀ ᴛᴇʀᴊᴀᴅɪ ᴋᴇᴄᴇʟᴀᴋᴀᴀɴ ᴘᴀᴅᴀ ᴘʀᴏʏᴇᴋ, ᴅɪʜᴀʀᴀᴘᴋᴀɴ sᴇɢᴇʀᴀ ᴍᴇᴍʙᴇʀɪᴛᴀʜᴜ ᴋᴇᴘᴀᴅᴀ ɢᴜʀᴜ ᴀᴛᴀᴜ ᴘᴀɴɪᴛɪᴀ ᴛᴇʀᴅᴇᴋᴀᴛ

𝟻. ᴛɪᴅᴀᴋ ʙᴏʟᴇʜ ʙᴇʀᴅɪsᴋᴜsɪ ᴀᴛᴀᴜ ᴍᴇʟᴀᴋᴜᴋᴀɴ ᴋᴇʀᴊᴀ sᴀᴍᴀ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴛɪᴍ ʟᴀɪɴ

ᴛᴛᴅ

ᴋᴇᴘᴀʟᴀ sᴇᴋᴏʟᴀʜ ᴡɪɴsᴛᴏɴ sᴄʜᴏᴏʟ

~~~

Setelah arahan selesai diberikan, para peserta bergegas keluar untuk menuju meja kerja mereka masing-masing yang berada di lapangan luar sekolah itu.

Sesampainya di lapangan luar, Arsa dan Lintang mempersiapkan alat dan bahan untuk membuat proyek yang sudah mereka rencanakan sedari tadi.

Di perlombaan itu, diperbolehkan untuk menggunakan bahan - bahan atau alat apapun walaupun bahan itu berbahaya, asalkan bahan - bahan atau alat harus di perlihatkan kepada dewan juri atau panitia terlebih dahulu. Jika dirasa aman, benda atau alat itu dapat digunakan dan jika dirasa tidak aman, benda itu akan di buang ke tempat - tempat khusus yang sudah disediakan.

Beberapa saat kemudian....

Seorang peserta dari salah satu tim lomba sains tidak sengaja membuat senyawa asam yang dapat menyebabkan iritasi berat pada kulit. Melihat itu, Bu Friska selaku salah satu dari empat dewan juri segera menegur dan memberi pengertian kepada anak itu — mendiskualifikasi secara halus — menyisahkan satu peserta dalam tim itu yang harus berjuang sendirian.

Melihat kelalaian salah satu peserta, kepala sekolah Winstone School, Ibu Lunaria atau yang biasa dipanggil Bu Lunar, kembali mengingatkan kepada peserta yang lain agar tetap fokus dan berhati-hati dengan proyeknya masing-masing serta jika melakukan kesalahan atau mengalami kesulitan segera memanggil panitia atau juri yang sedang mengawas.

Beberapa jam kemudian....

Belum ada peserta yang mengumpulkan proyek mereka kepada juri, sementara waktu yang tersisa tinggal sedikit. Melihat itu, Kepala Sekolah kembali mengingatkan mereka untuk sedikit lebih cepat tetapi tetap fokus dan jika sudah selesai, peserta diharapkan segera mengantre di depan juri untuk mengumpulkan proyek mereka.

Setelah semua peserta selesai, para peserta lomba segera berlari menuju antrian itu untuk mengumpulkan proyek-proyek mereka, tidak terkecuali Arsa dan Lintang. Di tengah kerumunan peserta yang sedang mengantre, salah satu peserta tidak sengaja menyenggol beberapa tabung reaksi hingga jatuh dan menyebabkan beberapa cairan dalam tabung reaksi itu bereaksi. Reaksi itu menyebabkan kebakaran kecil yang langsung dipadamkan oleh panitia - panitia lomba itu. Sementara panitia lomba itu memadamkan api, para juri melanjutkan penilaian terhadap proyek – proyek para peserta lomba untuk menghemat waktu.

Setelah menilai, para juri langsung mengumumkan pemenang pada lomba sains tahun itu dan meminta kepada peserta yang memenangkan lomba itu baik juara satu, ataupun juara dua, untuk tetap berada di lapangan setelah acara selesai.

Selamat pagi para juri, panita, dan para peserta lomba yang saya hormati, Ucap Bu Lunar sebagai pemimpin acara lomba sains Winstone School, Sebelum saya mengumumkan para pemenang, saya hanya ingin mengingatkan kepada para peserta menang ataupun kalah, kalian sudah melakukan yang terbaik dan sejatinya kalian sudah menjadi pemenang.

"Selamat pagi, Bu," Ucap para peserta dan panitia loma secara serempak.

"Juara dua dalam lomba ini diraih oleh ARSA DAN LINTANG!"

Suara tepuk tangan dan sorakan para peserta lain langsung membuat suasana lomba itu yang awalnya menegangkan berubah menjadi suasana yang sangat meriah.

"Juara dua, Tang!" Teriak Arsa.

"Iya, Sa, aku gak nyangka kita bisa menang," ucap Lintang terharu.

"Sama aku juga nggak nyangka, padahal aku kira ide kamu ini kacau dan berbahaya"

"Ide Lintang mana pernah berbahaya,"

"Sering, contohnya wakt...."

"Ssssst, Lupakanlah yang sudah berlalu." ucap Lintang menyela.

"Wih tumben kamu bijak, eh iya, aku penasaran siapa yang jadi juara satu,"

"Ayo, kita dengerin," ucap Lintang

Dan juara satu diraih oleh LIORA DAN ALLYRA! Selamat kepada para pemenang, kembali diingatkan kepada para pemenang untuk tetap berkumpul di lapangan setelah acara selesai. Ucap Bu Lunar seraya bertepuk tangan.

Setelah acara selesai, Arsa, Lintang, Liora, dan Allyra segera kembali kelapangan untuk bertemu Bu Lunar dan para juri. Ternyata Bu Lunar dan para juri sudah berada di lapangan sambil mempersiapkan piagam. Di bawah meja juri, terdapat semacam kotak yang sangat menarik perhatian dari Arsa.

Setelah acara selesai, Arsa, Lintang, Liora, dan Allyra segera kembali kelapangan untuk bertemu Bu Lunar dan para juri. Ternyata Bu Lunar dan para juri sudah berada di lapangan sambil mempersiapkan piagam. Di bawah meja juri, terdapat semacam kotak yang sangat menarik perhatian dari Arsa. Arsa memberitahu kepada Lintang tentang kotak itu.

Mendengar itu, rasa penasaraan Lintang pun naik dan Lintang berniat untuk "memeriksa" kotak itu. Kemudian, Lintang mengajak Arsa untuk menemaninya "memeriksa" kotak itu. Arsa sebenarnya tidak berniat dan tidak mau untuk "memeriksa" kotak itu. Tetapi, karena ajakan Lintang dan rasa penasarannya yang tinggi, Arsa pun mau "memeriksa" kotak itu.

Ketika baru saja menyentuh kotak itu mereka mendengar suara jam yang berdetak, mereka tidak lari, mereka menganggap suara itu hanya suara jam dinding di sekolah mereka. Kepanikan terasa dalam diri Arsa dan Lintang. Tidak lama kemudian terdengar lagi suara robot yang menghitung mundur.

5...

4...

3...

2...

1....

Duarrr.

"Ara! Matiin tuh soundnya!" ucap Arsa yang melihat Ara bersembunyi di balik salah satu pilar di sekolah itu.

Ketika Ara merasa bahwa Arsa sudah melihat dirinya, Ia pun mendekati Arsa dan Lintang sambil tertawa dengan sangat puas.

"Sabar, jangan marah dulu, gw masih ngakak," ucap Liora yang biasa dipanggil Ara, "Lagian kalian ngapain sih, serius amat."

Arsa menjelaskan bahwa mereka tidak tahu mengapa sangat penasaran terhadap isi dari kotak yang berada di bawah meja juri di karenakan bentuk dari kotak itu yang sangat menarik.

"Bukannya itu merusak privasi orang ya? Lagian itu kotak punya Bu Lunar loh, kalo Bu Lunar tau, habis kalian." Tanya Ara

Arsa dan Lintang seketika terdiam dan berfikir mengenai perbuatan mereka.

"Benar kan?" Tanya Ara Kembali

"I-iya juga sih," ucap Arsa

"I-iya juga, T-tapi jangan laporin ke Bu Lunar," ucap Lintang

"Yaudah, oh iya, Arsa, di cariin tuh sama Bu Lunar,"

"Ada apa?" ucap Arsa

"Gw juga gak tau, oh iya kalian liat Allyra?" Tanya Ara

"Enggak, bukan nya dari pagi kalian berdua terus kayak sendal," Jawab Lintang

"Sembarangan yaudah deh, gw mau cari Allyra dulu, oh iya jangan lupa ambil piagam di meja di depan kalian," ucap Liora.

"Iya," ucap Arsa dan Lintang serentak

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Arsa segera menuju kantor kepala sekolah untuk menemui Ibu Lunar. Sementara itu, Lintang memilih untuk pergi ke kantin sekolah untuk membeli makanan ringan terlebih dahulu sebelum menunggu Arsa di depan kantor kepala sekolah.

Sesampainya di dalam kantor kepala sekolah, Arsa bertemu dengan Allyra yang juga dipanggil oleh kepala sekolah.

Setelah mengetahui bahwa Arsa dan Allyra telah di ruangannya, Bu Lunar menyuruh Arsa dan Allyra untuk menunggunya sebentar di ruangan itu, lalu keluar untuk mengambil kotak di bawah meja juri yang memang sudah dipersiapkannya sedari tadi. Beberapa lama kemudian, ia kembali masuk ke ruangannya sambil membawa kotak itu menggunakan kedua tangannya.

Melihat kotak yang dibawa oleh Ibu Lunar, Arsa menjadi gugup dan sedikit takut jika Ibu Lunar tahu bahwa ia dan Lintang berniat untuk membuka kotak itu. Allyra sudah mengetahui bahwa Arsa dan Lintang berniat membuka kotak milik Ibu Lunar dan berniat untuk menjahilinya.

"Sa, kenapa lu gugup?" Tanya Allyra

"Takut ketauan ya?" Tanya Allyra kembali

"I-iya, G-Gimana lu tau?" Ucap Arsa gugup

"Si Ara, bilang ke gue," Jawab Allyra sambil menahan tawanya, "hayoloo, dimarahi Ibu Lunar loh"

"Yaudahlah, itu juga kesalahan gua, mau gimana lagi?" Jawab Arsa

"Wih, Bijak banget Arsa, ha ha ha ha," ucap Allyra yang sudah tak sanggup menahan tawanya.

"Lagi ngomongin apa kalian?" Tanya Ibu Lunar yang sambil berusaha menghubungi seseorang lewat handphone nya

"T-tidak, Bu" Ucap Arsa yang semakin gugup.

"Tapi kok kamu sepertinya gugup banget, Sa? ada masalah apa?"

"T-tidak, Bu," Jawab Arsa kembali

"Kamu takut Ibu marahi karena mau membuka kotak ini?"

"B-bagaimana Ibu tau?" Tanya Arsa

"Kebetulan Ibu sedang melihat - lihat CCTV tadi," Jawab Ibu Lunar

"Iya, Bu, Maaf Bu," ucap Arsa

"Iya tidak apa-apa, lain kali jangan begitu lagi, tidak sopan,"

"Iya Bu,"

"Yaudah, ayo sini kalian mendekat," ucap Ibu Lunar

Sementara, Ibu Lunar menyuruh Arsa dan Allyra untuk mendekat, Ibu Lunar membuka kotak itu menggunakan wajahnya yang di pindai oleh semacam sinar berwarna biru langit. Ketika dibuka, Arsa dan Allyra bingung mengapa Bu Lunar memanggil mereka hanya untuk melihat dua buah gelang yang seperti terbuat dari kayu. Melihat Arsa dan Allyra kebingungan, Bu Lunar menjelaskan bahwa gelang itu adalah gelang yang menurutnya adalah gelang tercanggih pada saat itu.

Gelang itu terbuat dari bahan yang sangat langka dan tidak murni. Bahan dari gelang tersebut dapat dibuat dengan mencampurkan wolfram atau yang bisa dikenal dengan tungsten dengan dua bahan lainnya, serta harus dipanaskan pada titik 3.422 derajat celcius atau 3.695,15 derajat kelvin lalu bahan-bahan itu dipadatkan.

Gelang itu dapat memiliki berbagai kemampuan tergantung dari jenis gelangnya. Dua gelang ini adalah gelang generasi ke dua dengan kemampuan yang sedikit lebih kuat serta teknologi yang lebih canggih daripada gelang generasi pertama. Gelang generasi kedua menggunakan corak kayu untuk membedakan gelang generasi kedua dengan gelang generasi pertama yang hanya berwarna perak logam biasa.

Merekapun mengambil gelang itu, tetapi mereka tidak langsung memakainya, mereka lalu menyimpannya di tas mereka masing-masing.

"Lalu, apa kemampuan dari kedua gelang ini,Bu?" Tanya Allyra yang biasa dipanggil Ira.

"Nah, Ibu mau kalian yang mencari sendiri kemampuan gelang itu," Jawab Bu Lunar

"Maaf Bu, gelang untuk Lintang dan Liora?" Tanya Allyra lagi

"Oh iya, sebentar Ibu ambil," Ucap Ibu Lunar sambil bergegas keluar untuk mengambil kotak yang secaraa kebetulan sudah di antarkan oleh seseorang yang sudah Ibu Lunar hubungi tadi.

Arsa dan Allyra kemudian berbincang singkat mengenai gelang yang mereka dapatkan dan apa kekuatan dari gelang itu sambil menunggu Ibu Lunar kembali.

Setelah Ibu Lunar kembali, Ia memberikan dua buah gelang lagi untuk Lintang dan Liora kepada Arsa dan Allyra.

"ini gelangnya, oh iya, jangan lupa kalian berikan kepada mereka dan jelaskan sedikit kepada mereka penjelasan yang sudah ibu jelaskan tadi," Jawab Bu Lunar sembari memberikan dua gelang lagi untuk Lintang dan Liora.

"Baik, Terima kasih, Bu", ucap Arsa dan Allyra bersamaan

"Iya," ucap Bu Lunar, "oh iya, jangan lupa besok kalian masuk ke sekolah walaupun sekolah sedang libur."

"Baik, memangnya ada apa ya, Bu?" Tanya Arsa

"Ibu akan menjemput kalian di sekolah, lalu Ibu ingin mengajak kalian ke suatu tempat,"

"Kita mau kemana, Bu?" Tanya Allyra

"Lihat aja besok," Jawab Bu Lunar seraya meninggalkan ruangan itu.

Merekapun keluar dari ruangan itu dan memberikan gelang yang di berikan Bu Lunar kepada Lintang dan Liora. Lintang dan Liora kebingungan, untuk apa mereka di berikan gelang logam dan bercorak kayu. Arsa pun menjelaskan kepada Lintang dan Liora mengenai hal-hal yang sudah di sampaikan Bu Lunar kepadanya dan Allyra dengan sangat jelas dan spesifik. Setelah itu, mereka berniat untuk mencari restoran cepat saji sebelum pulang kerumah,

Sepulangnya dari restoran cepat saji, Ibu Arsa menanyakan mengenai gelang yang ia genggam itu. Arsa hanya menjelaskan ke ibunya bahwa ia telah memenangkan pertandingan sains di sekolahnya dan Ibu Lunar memberikannya dan ketiga temannya gelang yang berteknologi canggih dan memiliki teknologi yang sangat canggih dan memiliki kemampuan yang belum ia ketahui. Mendengar penjelasan anaknya itu, ibunya sedikit tersenyum dan menganggap bahwa Arsa sedang kelelahan sehabis lomba. Ia menyuruh Arsa untuk segera membersihkan diri lalu beristirahat.

Keesokan harinya, sekitar jam enam pagi, Arsa, Lintang, Allyra, dan Liora sudah berkumpul di depan gerbang sekolah untuk menunggu Bu Lunar. Seperti biasa, karena rasa penasaran mereka yang sangat tinggi, mereka kembali bertanya-tanya tentang teknologi apa yang terdapat dalam gelang - gelang mereka.

Sesampainya Ibu Lunar di depan gerbang sekolah, ia mempersilakan Arsa, Lintang, Allyra, dan Liora untuk masuk ke dalam mobilnya untuk dibawa ke suatu tempat. Ibu Lunar menyuruh mereka untuk memakai sabuk pengaman dan menikmati pejalanan yang panjang itu. Perjalanan itu menghabiskan waktu hingga tiga jam dari sekolah mereka.

Sesampainya di lokasi, mereka dibukakan pintu oleh seorang penjaga labolatorium itu dan penjaga itu mengantarkan mereka masuk ke lobby labolatorium lalu pamit untuk kembali bertugas. Penjaga itu memakai seragam serba hitam dan memegang sebuah senjata seperti rifle atau senapan serbu serta di seragam itu terdapat tanda pengenal yang berisi nama, foto, dan semacam kode pekerja.

Di Lobby labolatorium, Arsa dan teman-temannya diantarkan oleh Ibu Lunar ke ruang tunggu utama. Arsa, dan teman-temannya tentu saja tidak berdiam diri di sana, mereka berempat berkeliling labolatorium itu untuk melihat-lihat. Setelah berkeliling, mereka menyadari bahwa Ibu Lunar adalah salah satu wakil kepala penelitian di tempat itu dan dipimpin oleh Ibu Alina.

Melihat mereka, salah satu professor di sana mendatangi mereka dan menawarkan bantuannya. Arsa dan teman-temannya menjelaskan kepada professor itu bahwa mereka hanya berkeliling untuk melihat-lihat saja. Setelah lelah berkeliling, mereka memutuskan untuk kembali ke ruang tunggu utama agar tidak dimarahi oleh Ibu Lunar. Ibu Lunar yang lebih dulu sampai di ruang tunggu, tidak melihat keberadaan mereka dan ia memutuskan untuk menunggu Arsa dan teman-teman di sana. Tidak lama kemudian, merekapun akhirnya sampai ke ruang tunggu dan melihat Ibu Lunar yang menatap mereka dengan tatapan sedikit kesal. Arsa dan teman-temannyapun segera meminta maaf kepada Ibu Lunar.

Setelah mereka semua berkumpul, Ibu Lunar mengajak mereka ke suatu ruangan bawah tanah labolatorium itu. Ruangan bawah tanah itu terlihat sangat futuristik dan terdapat berbagai macam teknologi yang sangat canggih. Di tempat itu, Arsa dan teman-temannya di perlihatkan gelang logam yaitu gelang generasi pertama yang di buat oleh labolatorium itu. Gelang itu di lindungi oleh beberapa alat yang sangat canggih sehingga membuatnya hampir mustahil untuk di rampas oleh orang luar.Di ruangan itu juga terdapat penjagaan yang sangat ketat. Mulai dari penjaga yang siap dua puluh empat jam sehari, sensor suhu, kamera infrared, fingerprint, dan lain-lain yang semakin memperbesar tingkat keamanan tempat itu.

Kemudian, Ibu Lunar kembali mengajak mereka untuk melihat-lihat sekeliling ruangan itu. Di ruangan itu terdapat berbagai macam senjata dan armor yang sangat canggih dan terbuat dari campuran logam Tungsten dan satu bahan rahasia lainnya. Arsa yang masih penasaran mengapa ia dan teman – temannya diperbolehkan untuk mengelilingi lab ini sepenuhnya dan gelang kayu yang sangat canggih itu, padahal pemenang dan runner up tahun lalu tidak mendapatkan kesempatan itu.

Ibu Lunar kemudian menjelaskan kepada Arsa bahwa sejak Arsa dan teman-temannya masuk ke Winstone School, Mereka sudah memiliki nilai yang cukup tinggi. Arsa pun kembali bertanya kepada Bu Lunar bahwa masih banyak anak murid sekolah Winstone yang lebih tinggi nilainya daripada dirinya. Ibu Lunar membenarkan pernyataan Arsa itu, tetapi sikap, tingkat kedewasaan, dan kekompakan mereka itu juga merupakan faktor Arsa dan teman-temannya bisa berada di sana, serta gelang kayu itu baru selesai di uji coba tahun ini. Arsa pun lega karena rasa penasaran dan rasa curiganya sudah hilang.

Setelah selesai berkeliling ruangan itu, mereka dibawa oleh Ibu Lunar ke tempat pelatihan untuk mengembangkan dan memperlihatkan kepada mereka kemampuan dasar gelang-gelang kayu mereka. Di sana mereka masuk ke ruangan pelatihan itu satu-satu sementara yang lainnya harus menunggu di luar ruangan itu. Orang yang pertama masuk adalah Arsa, pertama-tama Arsa di haruskan memberikan gelangnya untuk di scan dan di teliti data-data yang ada pada gelang itu.

Kemudian Arsa masuk ke dalam suatu ruangan simulator yang sangat canggih dan tanpa memerlukan kacamata virtual untuk dapat bekerja. Di dalam ruangan itu, Arsa tidak diperbolehkan untuk memakai gelang kayu itu dan di haruskan untuk mengalahkan banyak sekali robot dengan kempuannya sendiri. Robot-robot itu di kendalikan oleh Professor Revan sebagai wakil kepala penelitian dari luar ruangan simulator.

Di dalam ruangan, Arsa sangat bersusah payah dalam melawan robot – robot itu sampai Arsa terkapar lemas dan dikelilingi robot - robot yang sangat banyak


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login