Download App

Chapter 25: Surat Kesepakatan.

Happy Reading

+++++++++++++++

Guntur menendang tiang listrik karena rasa capek plus kesal diakibatkan belum berhasil memperoleh pekerjaan, seharian cowok ganteng ini telah hijrah dari satu perusahaan ke perusahaan lain dengan bermodal ijazah SMP miliknya.

Hasilnya nihil.

Alasan perusahaan rata-rata tak ada posisi untuk lulusan SMP bahkan untuk posisi OB saja harus mengantungi ijazah SMA.

Ternyata penampilan menarik disertai muka ganteng juga pinter menjawab saat sesi interview tak menjamin Guntur bisa memperoleh pekerjaan dengan mudah selama ijazahnya mamakai ijazah SMP.

Guntur duduk dihalte sambil menunggu ojol pesenannya.

Saat sedang asyik membalas chat grup tiba-tiba ada sebuah mobil bagus dan mewah berhenti didepannya.

Tak lama kemudian pintu mobil terbuka muncullah seorang wanita cantik, berpenampilan seksi tersenyum pada Guntur.

Berjalan kearah Guntur.

"Permisi, Kamu tahu alamat nih nggak?" Tanya wanita cantik berwajah glowing tersebut dengan nada ramah.

Jujur secara penampilan wanita itu kemungkinan berumur 30 tahunan tapi masih terlihat menarik.

Guntur mengambil secarik kertas dari tangan si wanita itu, Ternyata alamatnya dekat rusunnya.

Cowok keren ini tersenyum, Mukanya berubah ceria.

'Lumayan sekalian numpamg pulang,Free.'

Pikir Guntur dalam hati, Sudah 10 menit lebih menunggu ojol masih belum datang bikin cowok itu semakin emosi.

"Tahu, Mau saya anter sekalian?." Tawar Guntur, Mengembalikan kertas pada pemiliknya.

Si cewek seksi itu tersenyum, Mengambil kertas miliknya. "Boleh, kalo kamu nggak keberatan."

"Nggak kok, kebetulan alamatnya searah dengan tempat tinggal saya."

Mendengar penjelasan Guntur wanita cantik itu mengerti, mempersilakan Guntur masuk ke dalam mobil sport wanita itu. Sebelum masuk mobil dia men-cancel ojol.

Kemudian masuk ke dalam mobil.

Dengan gaya santai Guntur mengarahkan si wanita itu menuju tempat tujuan.

Meskipun mamakai kemeja tapi tonjolan kedua payudara wanita itu berhasil membuat kedua mata Guntur beberapa saat membayangkan hal tidak-tidak, Untung dia segera menyingkirkan pikiran mesumnya.

Wanita cantik itu membuka obrolan.

"Nama kamu siapa?"

"Guntur, Tante siapa namanya?"

Tiba-tiba mimik muka si wanita cantik cemberut.

"Don't calling me like that,Ok.Panggil aja Miss.Hebe."

kamu masih sekolah ya? Kelas berapa?" sambung Hebe.

"Kelas 12." balas Guntur singkat.

" What is it? " Hebe melirik map coklat di tangan Guntur.

"Lamaran kerja, hari ini saya lagi nyari kerja tapi gara-gara ijazah cuma sampai SMP ditolak sana-sini.

Hebe sedikit terkejut, menoleh sekilas ke arah Guntur lalu kembali fokus ke depan jalan." Kamu lagi nyari kerja toh."

Guntur menganggukkan kepala dengan lemas.

Hebe tersenyum manis.

Membetulkan posisi duduk agar semakin nyaman.

"Kerja jadi asisten saya aja, Gimana?Saya baru di Jakarta. Saya ini orang singapura dan baru saja dipindah tugaskan atasan ke jakarta, baru kemarin sampai di Jakarta."

Jujur Guntur terkejut karena ternyata Hebe bukan orang indonesia melainkan singapura tapi hebatnya dia dapat lancar berbicara Indonesia.

Bahkan tidak ada logak melayu saat berbicara.

"Tapi kok anda bisa lancar bicara bahasa indonesia? "

Dan Hebe terlihat santai saja dinegara asing."Saya punya banyak kenalan, teman, patner kerja bahkan mantan pacar terakhir saya orang indonesia jadi lancar deh."

Sekarang Guntur mengerti dan tak merasa heran atau bingung

"Jadi gimana? mau nggak kerja sama saya?Gun." Nada bicara Hebe terlihat elegan.

Tanpa banyak berfikir Guntur menyetujui untuk bekerja sebagai asisten pribadi wanita cantik yang dikenal ini.

Tak ada keraguan atau bimbang dalam hati Guntur.

"Tapi saya baru bisa bekerja setelah sepulang sekolah. Nggak masalah?"

Tawa kecil menghiasi bibir Hebe sekarang. "Its okay."

Guntur merasa lega. "Thank, Bos."

Wanita cantik ini membalas perkataan Guntur dengan kedipan mata, membetulkan rambut lalu tersenyum ke arah Guntur.

Akhirnya sampai juga tempat tujuan, Hebe mengucapkan terima sekaligus mengajak bertukar nomer sebelum mereka berpisah.

Hebe tak lupa memberikan tip pada Guntur.

Dengan senang hati cowok itu menerima kenyataan tip tersebut dan pergi.

-

-

-

Mendengar Guntur telah mendapatkan pekerjaan Shabi merasa senang, artinya dia juga harus segera mendapatkan pekerjaan.

"Jadi kapan mulai kerja?"

"Senin depan, Gue bakal sering balik malam nggak apa-apa kan?"

"Kok kerja sampe malem si? "

"Iya, soalnya si bos baru selesai kegiatan kerja setelah diatas jam 10 malam setiap harinya. Dia sibuk banget."

Jujur Shabi agak aneh tapi dia berusaha untuk mengerti.

Shabi tersenyum. "Yaudah, lo kerja yang benar biar nggak dipecat."

"Pastilah, Lo sendiri udah dapet kerja?

Dengan cepat kembali Shabi menggeleng kepala. "Tapi gue pasti bakal dapet."

Cowok ganteng itu menarik Shabi agar duduk dipangkuannya, mengecup bibir Shabi. "Mau gue bantuin nyari loker ke Miss. Hebe?" Tawar Guntur bersemangat.

Dengan cepat cewek ini kembali menggelengkan kepala.

"Nanti ja, Soalnya lo juga pegawai baru kalo udah kerja beberapa bulan kan enak minta lokernya lagian gue yakin gue bisa dapet kerjaan sendiri kok ."

"Btw, Miss. Hebe cantik dan seksi lho."

"Terus? Lo bakal tergoda?" balas Shabi jutek lalu melotot.

Guntur menggaruk kepada, memasang mimik bingung. "Ya, Semoga aja nggak."

"Kok jawabnya gitu? artinya lo sendiri nggak yakin dong!!"

Dengan perasaan dongkol Shabi memukul dada Guntur dengan kepalan tangan, Bertolak pinggang.

Mimik cewek cantik ini tampak sangat BT.

Melihat pacar tersayangnya ini naik pitam, Guntur malah senang.

Artinya Shabi juga merasakan takut kehilangan sama seperti dirinya..

Beberapa saat cowok keren ini menenggelamkan muka diantara dada Shabi.

Menggigit-gigit gemas kaos Shabi tepat

dibagian kedua puting Shabi yang masih tertutup bra,tersenyum nakal

Dengan nada santai Guntur mencoba memberikan pengertian.

Berharap Shabi mengerti.

"Dengarin... Gue ini cowok normal, Bohong kalo gue bilang nggak bakal tergoda tapi percaya deh paling cuma jadi bahan pencuci mata doang nggak lebih."

Tak lama kemudian I-phone Guntur ada chat masuk.

Ternyata dari Hebe.

~~Miss. Hebe :

Guntur besok ketemuan jam 10 pagi di lobi PIN.

Guntur mengirimkan balesan.

~~Guntur~~

See you in PIN, Bos.

Entah mengapa setelah membaca chat Hebe bikin Shabi tak senang,

"Bukannya lo baru mulai kerja hari senin? Besok kan sabtu?Ngapain ngajak lo ketemuan?"

Masih dengan gaya santai Guntur menghardik bahu. "Mungkin dia mau ketemuan buat tanda tangan kontrak kerja plus bahas masalah income."

"Lo ikut ja sekalian gue kenalin sama Miss. Hebe selesai meeting kita bisa kencan plus malmingan kan."

"Memangnya nggak apa-apa gue ikut? " Cewek itu tampak senang sekaligus khawatir.

"Nggak apa-apa lagian besok kan paling cuma ketemuan biasa. Masa iya gue dipecat gara-gara bawa pacar. Konyol si benaran kalo gue dipecat gara-gara itu doang.

Tapi nggak masalah gue lebih milih putus kerja daripada putus dari lo hehehe."

Shabi memeluk Guntur, Mengecup bibir Guntur beberapa detik lalu melepaskan.

"Besok malam sekalian ngambil seragam lo di apartemen Leax."

Benar Guntur memang meminta bantuan Leax untuk mengambil koper2 berisi seragam plus atribut sekolah miliknya dirumah.

Kemudian Guntur akan mengambil barang-barangnya di apartemen sahabatnya tersebut.

"Oh iya, Hampir gue lupa." cowok itu memukul jidat.

Memasang mimik lega.

"Makanya jangan kebanyakan nonton b*kep." ledek Shabi menjitak kepala Guntur gemas.

"Enak aja siapa yang suka nonton gituan, Ngapain nonton kalo lebih enak pratekin."

Pluk...

Satu jitakan kembali mendarat diubun-ubun Guntur.

Kali ini reaksi Guntur malah terlihat berbeda.

"Sha." panggil cowok itu lembut.

Mendadak nada suara Guntur berubah merayu.

Jelas sekali Shabi tahu apa mau pacarnya ini.

Mengelus paha Shabi lembut.

"Gue lagi dapet." bisik Shabi.

Berhasil bikin Guntur mendadak lemes.

Memasang mimik BT.

"Sejak kapan?"

"Sore tadi"

"Jadi gue puasa lagi?" Sahut Guntur dengan perasaan kacau.

Setiap bulan dalam seminggu cowok ganteng ini memang harus "Berpuasa" selama seminggu.

Sebenarnya untuk Guntur terasa tersiksa bukan kenapa-kenapa bukan perkara mudah menekan hasrat yang tengah diubun-ubun.

Apalagi yang bisa dilakukan Guntur selain pasrah.

Shabi dengan santai beranjak dari pangkuan pacarnya ini, Berbisik. "Selamat berpuasa dan olahraga tangan."

Cewek itupun pergi tidur...

Meninggalkan Guntur yang tengah tersiksa.

Tak ada piliha lain selain "Olahraga tangan."

-

-

-

Hebe terlihat kecewa juga tak suka ternyata Guntur membawa pacarnya, meskipun demikian wanita cantik dan seksi ini jago menyembunyikan perasaannya sehingga terlihat biasa saja.

"Senang bertemu kamu, Shabi." sapa Hebe ramah.

Mengulurkan tangan, tersenyum.

Shabi menerima uluran tangan bos Guntur ini.

"Senang juga bertemu dengan Tante Hebe."

"Call me Miss.Hebe, ok." dengan cepat Hebe membetulkan panggilan untuk dirinya sendiri.

"Oke,Miss.Hebe."

Hebe terlihat senang. "Good, Sebenarnya saya ngajak ketemuan Guntur mau beliin beberapa steal pakaian kemeja, celana, sepatu plus dasi juga jas. Soalannya sebagai asisten direktur utama harus berpenampilan good looking and interesting,right."

Shabi menganguk.

Hebe kembali tersenyum."Oke, dan let's go."

Hebe dan Guntur terlibat akrab, bahkan Shabi merasa menjadi kambing conge.

Mereka berdua terlihat asik mengobrol hanya sesekali melibatkan Shabi dalam obrolan.

Hebe memilah-memilih semua yang diperlukan Guntur sesuai seleranya.

Semua outfit yang dipilih Hebe selalu cocok dikenakan oleh Guntur, keduanya bahkan sering tertawa disela-sela obrolan mereka.

Mereka kembali bersikap cuek dan acuh pada Shabi seolah dia makhluk kasat mata.

Meski dongkol tapi Shabi berusaha untuk tak ambil pusing.

#Restoran

Setelah puas berbelanja mereka makan.

"Nih kontrak kerja, kamu pelajari dengan baik dan wajib tanda tangan kalo nggak awas ya hehe. "

Hebe menyerahkan amplop coklat berisi lembaran kertas diatas meja.

Guntur mengambil amplop.

"Diancam ceritanya nih, terus konsekuensinya kalo nolak?"

"Konsekuensinya aku bakal pusing karena harus nyari orang lagi plus kamu bakal kembali nganggur hehehe."

Guntur tertawa.

Membaca kontrak kerja setelah itu meminta Shabi membaca konrak juga.

"Gaji 10 juta/bulan, Apa nggak salah?" Tanya Shabi.

"Nggak, Secara Guntur jago beberapa bahasa asing juga saya yakin Guntur pasti cerdas jadi uang segitu panteslah."

Shabi kembali membaca kontrak kerja dan kembali terkejut.

"selalu Stand by"

Hebe menganguk. "Karena sebagai asisten memang begitukan seharusnya."

Shabi melanjutkan baca kontrak, cukup terbelalak yaitu.

(Wajib menemani kemanapun diminta tanpa penolakan kecuali sakit berat atau urusan genting. Mengutamakan kepentingan bos diatas urusan pribadi, melakukan apapun perintah/keinginan bos dengan baik dan patuh.)

Entah mengapa pasal tersebut terasa bermakna "Lain" untuk Shabi.

Dalam lubuk hati Shabi sebenarnya tak mau Guntur bekerja dengan Miss. Hebe tapi disisi lain jika Guntur tak bekerja itu sama saja mereka akan sengsara.

Mereka butuh uang, Gajih yang didapat oleh Guntur cukup besar.

Dengan baik -baik Shabi mempertimbangkan mengenai persoalan ini.

"Tanda tangan nggak?" Guntur membelai sayang rambut Shabi menyandarkan lamunan cewek cantik yang duduknya disampingnya tersebut.

Guntur menyerahkan 100% keputusan pada Shabi, Apapun pilihan pacarnya maka itulah adalah keputusan Guntur juga.

Shabi menghembuskan nafas lalu dengan berat hati akhirnya menganguk.

Guntur pun menanda menanda tangani kontrak kerja.

Hebe terlihat sangat puas, Tersenyum penuh arti.

Tbc


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C25
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login