Download App

Chapter 9: Nyonya Mo, Jadwalku Kosong Hari Ini

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Pada pukul delapan pagi keesokan harinya, Ye Banxia pergi ke Jinyuan untuk mengambil kartu keluarganya. Ia tidak tahu perasaan seperti apa yang sedang ia rasakan. Ia bahkan tidak memberitahu Ye Hanyuan dan hanya sembarangan mencari alasan dengan mengatakan bahwa ia membutuhkan kartu keluarga itu untuk bekerja. Namun, orang-orang di Jinyuan adalah satu keluarga. Selain hanya ia dan kakaknya Ye Hanyan, ada juga orang lain.

Setelah kembali ke Clear Bay Water, dari kejauhan ia melihat Bentley hitam diparkir di tepi jalan. Ye Banxia mengangkat tangannya dan melihat jam tangannya yang baru menunjukkan pukul setengah sembilan. Masih ada setengah jam lagi dari waktu yang disepakati, pikirnya. Muncul sedikit rasa yang tidak dapat dimengerti di hatinya.

Ye Banxia mempercepat langkahnya dan berjalan ke arah Mo Chenyan. Ia mengulurkan tangan dan mengetuk jendela mobil yang tertutup, lalu kaca jendela mobil itu perlahan bergerak turun hingga menampakkan wajah tampan tanpa sedikitpun cela. "Bukankah kau bilang jam sepuluh? Kenapa kau datang sepagi ini?" tanya Ye Banxia.

Mo Chenyan menatap Ye Banxia yang berdiri di jendela. Rambutnya yang panjang dikepang dan menggantung di bahu kirinya. Wajah putihnya menyunggingkan senyum yang sangat ringan. Akhirnya, ia tidak lagi tampak menderita seperti yang Mo Chenyan lihat beberapa hari kemarin. Mata cantiknya jernih dan bersih. Tiba-tiba, ia merasa seperti hendak menculik seorang murid untuk dinikahi. Tatapan Mo Chenyan pun menjadi agak dalam. "Kebetulan hari ini tidak ada urusan, jadi aku langsung datang," jawabnya.

"Oke. Kalau begitu, kau tunggu di sini. Aku akan naik untuk mengambil barang dulu, baru turun lagi."

"Baiklah."

Ye Banxia naik ke lantai atas dan segera turun kembali ke bawah secepat mungkin. Ia telah berganti pakaian dengan pakaian formal dan rambutnya diikat ke atas. Meskipun mulanya pernikahan ini bukanlah kemauannya, sekarang ia telah memantapkan keputusannya. Ketika pintu samping pengemudi terbuka, Mo Chenyan sejenak mengamati penampilan Ye Banxia dengan tatapan yang sangat dalam.

Setelah Ye Banxia masuk ke mobil, mobil itu perlahan-lahan melaju keluar Clear Bay Water. Ye Banxia terus-menerus memandangi sungai di luar jendela karena ia merasa sangat gugup. Ia telah mengalami banyak hal hanya dalam beberapa hari dan bahkan sekarang ia akan segera menikah. Mo Chenyan melirik Ye Banxia santai dengan matanya yang sedikit bercahaya, lalu bertanya, "Apakah kau menyesal?"

Ye Banxia tertegun sejenak, lalu menoleh dan menjawab, "Karena sudah diputuskan, aku tidak akan menyesalinya." Kemudian, ia tertawa sendiri dan menambahkan, "Selain itu, tidak ada yang perlu disesali."

Awalnya Ye Banxia merasa bahwa ia kenal dengan Mo Chenyan dan ia hendak menjadikan pernikahan ini sebagai barter sehingga hatinya merasa sedikit menderita. Namun, jika dipikirkan lebih jelas, ini bukan masalah siapa yang tidak ingin menikah. Ye Banxia menginginkan uang Mo Chenyan untuk menyelamatkan nyawa Ye Hanyan dan Mo Chenyan juga sepertinya membutuhkan seorang Nyonya Mo, sehingga mereka saling mendapatkan apa yang mereka masing-masing butuhkan.

Tak lama kemudian, mereka berdua sampai di kantor catatan sipil dan segera keluar dari mobil. Ye Banxia mengikuti pria di sebelahnya dan perlahan berjalan masuk. Tak bisa dipungkiri bahwa Ye Banxia merasa sangat gugup. Kegugupan itu semakin terlihat jelas ketika mereka sampai di tempat foto untuk buku nikah. Ye Banxia bahkan bisa merasakan tangannya sendiri mengeluarkan keringat. Mo Chenyan pun melihat ke arahnya dan bertanya, "Apa yang membuatmu gugup?"

Ye Banxia mengangkat kepalanya dengan canggung dan kedua tangannya memegang ujung bajunya. Pelan-pelan, ia menjawab, "Ini pertama kali aku..."

Mo Chenyan terdiam, lalu menyahut, "...Ini juga pertama kalinya untukku." Kemudian, ia sedikit mengangkat bibirnya. Senyum itu bukanlah senyum yang sangat jelas, tapi bibirnya yang indah menampakkan garis tipis. Fitur-fitur wajahnya yang tampan semakin terlihat jelas dalam tiga dimensi, namun ekspresi itu memberikan kesan lembut pada wajahnya.

Ye Banxia jarang melihat Mo Chenyan tertawa dan setidaknya ia hanya melihatnya tertawa sekali dalam dua hari terakhir. Waktu Ye Banxia berakting di depan Li Hanchuan, ia selalu merasa bahwa pria ini mungkin memiliki saraf wajah yang kurang berkembang karena tidak ekspresif. Namun, kini Ye Banxia sangat malu di hadapan Mo Chenyan sehingga ia lupa hendak berkata apa. Padahal, sebenarnya ia ingin berkata bahwa ini adalah pertama kalinya ia berfoto dengan seorang laki-laki selain kakeknya.

———

Ketika mereka berjalan keluar dari kantor catatan sipil dengan memegang buku merah kecil, matahari sudah sangat terik hingga Ye Banxia tidak bisa membuka matanya. Ia sudah menikah. Ia mencatat dalam hati bahwa pada tanggal 18 Mei, ia sudah menikah. Ye Banxia perlahan berjalan ke Bentley hitam, lalu masuk dan duduk. Hal pertama yang ia lakukan adalah membuka buku merah itu. Di foto itu, tubuh kedua orang itu sangat dekat karena perintah fotografer. Mo Chenyan terlihat sangat tampan dan terhormat, sedangkan ia... masih terlihat… ya, ia terlihat masih menyesuaikan dengan pria itu.

Ye Banxia masih melihat sejenak buku nikahnya. Mo Chenyan berbalik dan meliriknya, tapi ia terlalu fokus sehingga tidak menyadari lirikan pria itu. Setelah beberapa saat, ia menoleh dan menatap Mo Chenyan yang duduk di kursi pengemudi dan bertanya, "Mo... Chen Yan, bisakah aku memanggilmu begitu?"

Mata Mo Chenyan sedikit bergerak dan tangannya yang memegang kemudi sedikit menegang, seakan ia merasa tidak percaya. Namun, Ye Banxia yang duduk di sebelahnya dan menatap wajahnya bisa melihat gerakan Mo Chenyan. "Kau bukannya sudah memanggil seperti itu?" Mo Chenyan bertanya balik.

Ye Banxia hanya bisa terdiam dan segera mengalihkan tatapannya. Tiba-tiba ia merasa suaminya menjadi agak dingin dan sepertinya berhubungan dengan pria ini tidaklah mudah. "Tanggal pernikahan akan ditentukan setelah periode pemakaman kakekmu. Tanggal pastinya nanti akan aku diskusikan denganmu di kemudian hari," kata Mo Chenyan ringan.

Suara Mo Chenyan yang dalam terdengar sampai ke telinga Ye Banxia dan membuatnya membeku sesaat, seolah-olah ada arus hangat yang tiba-tiba melewati jantungnya dan perlahan menyebar. Sebenarnya ia sangat khawatir tentang masalah ini karena periode pemakaman biasanya berlangsung sampai 49 sembilan hari dan ia tidak tahu apakah Mo Chenyan bersedia menunggunya. Awalnya ia ingin mencari kesempatan untuk berdiskusi baik-baik dengan Mo Chenyan. Tapi, tanpa disangka ternyata Mo Chenyan sudah membicarakannya lebih awal. Ye Banxia semakin merasa bahwa suaminya begitu dingin.

"Terima kasih…" jawab Ye Banxia sambil tersenyum, "Sekarang kita pergi ke mana?"

"Rumah Sakit."

Ketika Bentley hitam perlahan berhenti di pintu rumah sakit, Ye Banxia membuka pintu dan hendak mengatakan, 'Hati-hati di jalan,' pada Mo Chenyan. Namun, pria itu telah lebih dahulu berkata, "Aku akan pergi ke tempat parkir. Kau duluan saja."

Ye Banxia tertegun. "Apakah kau tidak akan kembali bekerja?" tanyanya.

Mo Chenyan memandang Ye Banxia dengan santai dan menjawab, "Nyonya Mo, jadwalku kosong hari ini."

Wajah Ye Banxia langsung memerah.

———

Ye Banxia naik lift untuk langsung menuju ke ruangan Ye Hanyan. Saat ia membuka pintu ruangan itu, ia mendapati Ling Nian yang sedang duduk di kursi di samping ranjang. Ia memandang Ling Nian yang berbalik badan karena terkejut. "Niannian? Apakah kau tidak pergi bekerja?" tanyanya.

Ling Nian samar-samar melihat ke belakang. "Hanyan akan dioperasi hari ini. Bagaimana bisa aku yakin untuk membiarkanmu menunggu sendirian?" ujarnya. Ling Nian tadi pagi sengaja mengatakan bahwa ia telah pergi bekerja hanya karena ia tidak ingin mendengar ocehan Ye Banxia. Ye Banxia sangat sedikit berbicara, tapi terkadang ocehannya sama seperti ibunya.

Ye Banxia mengerutkan bibirnya, lalu perlahan masuk ke dalam ruangan dan menatap Ling Nian dengan mata yang berkaca-kaca, "Terima kasih banyak, Niannian."

"Apa-apaan ini?" Ling Nian melirik Ye Banxia, "Hanyan juga temanku. Apakah kau ingin berterima kasih padanya?"

Ye Banxia sama sekali tidak kesal dan tersenyum pada Ling Nian. "Ya, aku tahu. Karena Hanyan belum bangun, aku mewakilinya untuk berterima kasih padamu. Tunggu Hanyan sadar nanti. Aku akan memberitahu Hanyan dan memintanya berterima kasih sendiri padamu."

Entah mengapa, mata Ling Nian jadi sedikit buram. Ia pun berkata, "Tenang, Hanyan akan segera bangun."

Setelah itu, tidak ada lagi yang berbicara. Mereka hanya terdiam di samping ranjang dan tampaknya suasana menjadi sunyi dengan sedikit kesedihan. Setelah sekitar lima belas menit, Ling Nian tiba-tiba memecah kesunyian, "Oh, iya. Kemarilah. Apakah kau sudah makan?"

Sebelum Ye Banxia sempat membuka mulutnya untuk menjawab, seseorang tiba-tiba membuka pintu ruangan itu.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C9
    Fail to post. Please try again
    • Translation Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login