Download App

Chapter 377: Eat and seks 1

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini

Setelah makan malam itu mereka duduk berdua di sofa sambil memandangi lampu-lampu diluar jendela. memori Kiran rasanya kembali ke masa dimana dia pertama kali menginjakkan kaki di Australia atau tepat di apartemen Kay. Kiran membalikkan badannya lalu meminum red wine nya. Dia menjatuhkan dagunya diatas sofa. Tangannya menggoyang-goyangkan gelasnya sendiri. Lagi-lagi dia teringat anaknya tapi itu tak membuatnya menangis. Dia yakin anaknya sudah bahagia. Kay yang duduk disampingnya kini mendekati Kiran. Dia duduk sebagaimana istrinya itu duduk. Satu tangannya dia letakkan di pinggang Kiran.

"Ada yang dipikirin?"

"Engga. ga ada."

"Apa harus kita pulang?kamu ga betah?."

"Ga usah..Baru juga sampe."

"Ga papa. Kalo kamu pingin pulang. Kita pulang. Tadi pagi aku ga seurius kok ngelarang kamu pulang."

"Aku belum terbiasa aja."

"Oke. Bilang sama aku kalo kamu ga nyaman." Kay membuat Kiran mengangguk. Kay kini menciumi punuk istrinya yang terlihat lalu menjalar pundaknya. Istrinya hanya tersenyum dan tak lama Kiran membalikkan badannya lagi. Meletakkan gelasnya lalu naik kedalam pangkuan Kay. Kejadian itu berjalan dengan cepat sampai Kay hanya mampu diam tak berkutik.

"Apa kamu pingin?"

"Aku ga maksa." Kay berbicara sambil menaikkan wajahnya keatas untuk memandang Kiran.

"Apa kamu siap untuk hamil lagi Ran?"

"Ga tau." Jawab Kiran singkat.

"Aku bakalan nunggu sampai kamu bilang siap " Kay memegangi pinggang istrinya.

"Aku suka kumis kamu. Tipis bikin gemes." Kiran menyentuh kumis tipis Kiran.

"Ini kepingin kamu kan. Apa aku keliatan tua?"

"Ga selamanya kamu muda." Kiran sambil tertawa kecil.

"Kalo gitu kamu ga sopan panggil aku Kay."

"Apa?kamu pingin dipanggil apa?kakek?"

"Ga mungkin kakek setampan ini." Kay dengan pede membuat Kiran mendengus tak percaya.

"Lalu apa?om?"

"Om?kesannya aku pria hidung belang."

"Memang."

"Engga. Cuman kamu satu-satunya wanita dalam hidup aku."

"Abang?semua orang panggil kamu Abang."

"Jangan. Aku selalu inget kakak kalo ada yang panggil Abang."

"Kenapa?"

"Kakak selalu ledekin aku bilang aku bangkay tikus." Kay membuat Kiran tertawa lagi.

"Lalu apa?"

"Mas. Aku pingin kamu panggil Mas."

"Mas?oke Mas Kay." Panggil Kiran membuat Kay tersenyum. Dia seperti mendengar ibunya memanggil ayahnya Kenan.

"Tapi geli aku dengernya."

"Mas..Mas..Mas...Mas..." Kiran seolah sengaja terus memanggilnya. Kay hanya tersenyum mendengarnya.

"Aku mau olahraga.."

"Tumben.."

"Mau bakar semua lemak aku. "

"Ayo aku bantuin."

"Dikamar?" Kiran membuat Kay menaikan alisnya sebelah. Kini dia tahu maksud kata 'olahraga'.

"Disini pun bisa."

"Ayo ke kamar." Kiran turun dari pangkuan Kay dan mengulurkan tangannya. Kini mereka berjalan menaiki anak tangga sambil bergandengan. Dibukanya pintu dengan perlahan lalu ditutup kembali dengan cukup rapat. Setelah benar-benar tertutup Kiran langsung menyerbu Kay dengan ciumannya. Kedua tangan Kiran berada dilehernya menarik-narik seakan jangan sampai terlepas sementara Kay memegangi pinggang istrinya sambil berjalan maju menuntun ke arah tempat tidur mereka. Setelah sampai diujung ranjang Kiran tak langsung berbaring, dia masih betah berdiri dan menciumi suaminya. Tangannya kini membuka perlahan kancing kemeja Kay. Dari atas sampai bawah, setelah itu menurunkan kemejanya hingga terlepas. Kini dapat Kiran rasakan dada bidang suaminya yang polos. Kiran melepaskan ciumannya lalu duduk. Tangannya secara otomatis membuka pengait celana yang ada didepannya termasuk resleting yang membuat celana jins Kay kini melonggar. Dalam satu tarikan Kiran menurunkan semua celana yang melekat di tubuh Kay hingga melihat milik suaminya itu. Sesuatu menegang dan keras itu kini menyembul keluar. Sudah lama dia tak melakukannya. Perlahan tangan Kiran memegangi benda pusaka sang suami. Memainkannya disana lalu memasukkan sendiri kedalam mulut. Kay jelas tak bisa lagi berkomentar selain mendesah-desah nikmat. Hari ini dia seperti kembali lagi hidup. Gerakan maju mundur mulut Kiran mampu membuatnya meremang. Setelah merasa cukup Kay menarik wajah Kiran kearahnya. Mereka kini saling bertatapan. Dengan manis Kay mengusap pelan bibir merah Kiran seolah menghapus sisa-sisa lumatannya tadi.

"Kamu pingin aku di dalem atau diluar?aku ga ada pengaman sayang." Tanya Kay dengan kabut gairah yang sudah merajai dirinya.

"Aku ga masalah kalo kamu pingin di dalem." Jawab Kiran menggoda. Kay kini menarik pakaian Kiran. melepaskan penyangga payudaranya yang membuat dua bukti kembar itu terlihat jelas. Kay melumatnya sebentar. Sudah lama dia tak menyentuh bagian favoritnya. Selesai dengan dua buah benda kenyal itu dia melepaskan semua celana Kiran dengan perlahan dan meminta dia duduk. Kali ini Kay berjongkok dan membuka lebar paha Kiran. Tanpa aba-aba dia langsung menenggelamkan wajahnya disana. mencium, menyentuh, mencari-cari area paling sensitif itu. Kiran meletakkan kedua tangannya kebelakang saat menahan beratnya sambil mengangkat satu kakinya agar berada di bahu sang suami. Ini benar-benar nikmat. Sudah lama sekali Kiran tak merasakan hal ini. Ini percintaan pertama mereka setelah kematian dua buah cintanya. Selesai dengan pemanasannya Kay mengangkat wajahnya dan melihat bekas jaitan disana. Dia menciumnya sebentar sebagai tanda sayang dan terima kasih pada Kiran. Setelah itu dia mendorong Kiran ketepi ranjang. Mempersiapkan diri untuk pertempuran yang akan dimulai. Kay mencium bibi Kiran lagi dengan tangan yang memegangi payudaranya. Kemudian dia mulai merasuki Kiran dengan miliknya.

"Ahhh....pelan sayang.." Kiran segera mendorong badan Kay. Rasanya sedikit perih. Kay mengerti. Kini mereka berciuman lagi sementara Kay perlahan-lahan mendorong miliknya lagi. Ini serasa malam pertamanya. Dalam beberapa detik kemudian miliknya benar-benar masuk dan tenggelam di dalam. Gerakan yang membuat kenikmatan pun dia lakukan. Kiran mendesah-desah lagi begitupun Kay yang dibuat mabuk kepayang dengan rasanya. Kay mengangkat wajahnya menatap wajah Kiran yang juga sama memandangnya. Terlihat bibir Kiran yang terlihat bengkak gara-gara ciumannya sementara wajahnya menahan sensasi kenikmatan yang ada. Kay tersenyum begitu pun Kiran. Tangannya kini menarik leher Kay dan mencium bibirnya lagi. Kay terbawa kesamping saat dengan mudah Kiran membalikkan keadaan. Dia sekarang ada diatasnya. Mencoba menjadi yang dominan. Rambutnya yang panjang menutup sebagian buah dadanya dan dengan secepat kilat Kay mengibaskan itu. Dia tak suka bagian favoritnya tertutup. Kedua tangan Kiran sesekali menahan diperut sixpack suaminya seakan mengapit kedua bulatan itu dihadapan Kay. Suaminya itu kini terduduk mulai menghisap payudara istrinya. Tadi itu benar-benar menggoda. Sangat menggoda. Kiran hanya mendekap suaminya sambil mencoba terus bergerak.

"Aku sayang kamu..." Bisik Kay pelan dan menjalar ke area lehernya. Menghujaninya dengan kecupan-kecupan kecil disana.

"Ayo kita coba macem-macem gaya.." Kiran membuat Kay ingin tertawa. Dia langsung memandang istrinya lagi dengan alis yang dinaikan seolah bertanya, serius?. Kiran langsung mencubit puting suaminya.

"Ahhh...sakit." Protes Kay sambil mengusap pelan dadanya.

"Sakit kok ahh yang ada aww..."

"Ya..sekaligus enak." Kay senyum-senyum lalu mendekap Kiran lebih dekat sampai dadanya itu tertekan.

"Ayo kita cobain semua sampai pagi." Kay seolah menjawab ucapan Kiran tadi. Ucapannya kini disambut ciuman lagi oleh istrinya.

***To Be Continue


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C377
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login