Download App

Chapter 2: Kelas 10-1

5 tahun kemudian

Sekarang aku sudah berhasil menjadi seorang guru tetap di mantan sekolahku dulu. Tak perlu waktu lama bagiku untuk menyelesaikan studi kuliah ku, Aku berhasil lulus sebagai predikat cumlaude (lulusan terbaik) dan langsung melamar menjadi guru di SMA ku dulu yaitu SMA 12. Jujur saja aku tidak terkejut dengan kemampuan otak ku ini, malahan yang membuat ku terkejut adalah bahwa aku tidak butuh waktu lama untuk menjadi guru tetap dan dijadikan wali kelas di SMA ini.

Hanya butuh waktu sekitar 1,5 tahun bagiku untuk menjadi seorang guru tetap.

Semuanya bermula ketika aku dijadikan seorang wali kelas menggantikan salah satu guru dikarenakan telah resign (mengundurkan diri) di tengah-tengah semester. Setiap kali aku menanyakan alasan guru tersebut resign, semua orang hanya diam dan pasti langsung mengubah topik pembicaraan kami. Awalnya aku merasa sangat curiga dengan tingkah laku mereka semua, namun semua itu terjawab ketika aku memasuki kelas tersebut.

Dan disinilah aku sekarang, di dalam kelas 10-1. Sekarang aku telah ditunjuk menjadi wali kelas mereka, aku pun mulai memperkenalkan diri dan mulai melihat ke arah murid-muridku. Semuanya terlihat normal-normal saja, bahkan ketika aku mengajar pun mereka semua memperhatikan dengan sangat baik. Hingga akhirnya aku memberikan sebuah quiz (test seperti ujian), dan aku pun terkejut. Semua murid itu tidak ada yang menjawab soal-soal satupun.

"Apa-apaan ini? Semua jawabannya tidak diisi satupun? Terlebih 1 kelas semua hanya mengumpulkan kertas kosong?! Apakah sebegitu bencinya mereka dengan pelajaran matematika? Tidak, tidak bukankah dari tadi mereka terlihat sedang mengerjakan soal-soalnya?.. hmm, jadi begitu yah.. kelas yang menarik." Dalam Benakku

Aku pun terdiam dan terlintas sebuah ide. Hari itu aku langsung mendatangi ruang kepala sekolah untuk berdiskusi tentang apa yang telah terjadi dan meminta kepala sekolah untuk memberikan aku waktu untuk merubah sikap mereka semua. Kepala sekolah pun yang mendengar usulan dariku setuju dan memberikan aku wewenang untuk mengajar dengan caraku sendiri.

-Keesokan harinya-

Aku pun masuk ke kelas dan melihat murid-murid 10-1 sudah siap di kursi mereka masing-masing dengan peralatan belajar di meja mereka.

"Cih.. mau sampai kapan kalian berakting seperti ini?." Dalam benakku

"Baiklah, berhubung bapak mau memeriksa hasil ujian kalian, hari ini kalian bebas mau melakukan apapun asal tidak keluar dari kelas dan tidak terlalu berisik."

Aku dapat melihat raut muka mereka sangat terkejut mendengar itu. Setelah aku memberikan semua nilai kepada kertas ujian mereka pun, aku langsung memanggil ketua kelas dan menyuruhnya untuk membagikan kepada semua anak.

Setelah ketua kelas mengambil kertas-kertas itu aku pun langsung menundukan kepala ku ke arah tangan didepan ku dan langsung memejamkan mataku. Hari itu kami tidak mempelajari satu materi pun dan aku hanya tidur di kelas.

Semenjak itu setiap pelajaranku pun aku hanya menyuruh mereka untuk belajar sendiri, sedangkan aku hanya menikmati bekal ku dan juga membaca novel di dalam kelas. Hingga akhirnya 2 minggu kemudian, sesaat setelah aku menyuruh mereka untuk belajar sendiri lagi, dan aku bersiap untuk menyelesaikan novel yang kubaca. Aku pun didatangi oleh seorang murid perempuan yang tidak terlalu tinggi, ia memakai kacamata dengan rambut diikat kebelakang dan seorang murid laki-laki yang memiliki postur badan yang tinggi, bahkan lebih tinggi dariku, dia adalah Fani dan Bagus. Mereka adalah ketua kelas dan wakil ketua kelas disini.

"Pak, mohon maaf bukannya kami lancang.. tapi bukannya bapak seharusnya sebagai guru menjadi teladan bagi murid-murid dan memberikan kami ilmu?! Sudah 2 minggu ini bapak masuk kelas kami tp hanya menyuruh kami belajar sendiri."

Setelah Fani mengucapkan itu, aku pun melihat kearah anak-anak. Kini semua tatapan anak-anak pun langsung terarah kepadaku,

"Hoo.. jadi kalian masih mau belajar dari gue? Lagian percuma juga gue ngajarin kalo lu pada aja cuman ngumpulin kertas kosong. Mending gue pake waktu gue istirahat biar fit dan ngajarin ke murid yang mau di ajar sama gue. Paham?"

Fani dan Bagus pun terdiam setelah mendengarku berbicara seperti itu, mereka tak bisa menyangkal satu kata pun dan langsung kembali ke meja mereka masing-masing.

"Udahlah, gue mau keluar dulu.. terserah lu pada mau ngapain, mau ngaduin gue ke kepsek kek atau nyebarin fitnah kek, ya terserah lu pada aja." Setelah mengatakan itu aku pun langsung keluar dari kelas, dan langsung menuju ke ruang guru.

Sesampainya di ruang guru aku pun melihat seorang perempuan berkacamata dan berkulit putih yang sedang duduk memeriksa catatan di bukunya. Dia adalah bu Nina, sepertinya ia sedang mengecek PR dari siswa-siswinya, disini dia adalah guru bahasa jepang, dan biasa dipanggil Nina sensei oleh guru-guru maupun para murid,

"Loh, Nina sensei tumben ngecek PR di sini?."

"Iya nih mas Riki, sekali-sekali aku pengen ngasih murid-murid bebas.. biar mereka gak mumet hehe."

Wahh jujur saja disenyumin bu Nina sungguh membuatku sangat senang, apa lagi dia masih seumuran dengan ku dan masih single.

"Yah belajar bahasa jepang emang ribet banget sih.. apa lagi kalo murid-muridnya udah keburu mumet liat tulisan jepangnya, liat huruf X sama Y aja kabur haha,"

"Haha bisa aja mas Riki.. Ya mau gimana lagi mas, kebanyakan siswa keburu males kalo udh liat tulisan hiragana, katakana sama kanji (tulisan dalam bahasa jepang). Ngomong-ngomong mas Riki lulusan sekolah ini kan? Jadi jago ngomong bahasa jepang dong berarti?." Ledeknya

"Ya..yaah, saya sih bisa sedikit-sedikit bu hehehe."

Tiba-tiba seorang siswi pun masuk kedalam ruang guru dan mulai menghampiriku, dia adalah murid dari kelasku namanya adalah Rini,

"Pak Riki, maaf ganggu.."

"Oh iya kenapa Rini, kalo mau ada yg dibicarakan tunggu di depan meja saya dulu aja ya."

Setelah mendengar itu Rini pun langsung berjalan menuju meja ku, akupun langsung pamit ke bu Nina dan langsung menuju meja ku.

"Kenapa Rini, Kalo ada yg mau diomongin kamu bisa bilang ke bapak sekarang."

Rini hanya terdiam, ia pun langsung memberikan sebuah amplop yang sepertinya terdapat sebuah kertas didalamnya. Setelah memberikan itu, dia pun langsung pergi dan keluar dari ruang guru. Jujur saja aku bingung apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya, tidak mungkinkan kalo ini surat cinta?, tidak-tidak cara itu sudah kuno sekali. Atau jangan-jangan ini adalah surat ancaman?, Bisa saja kan teman-teman dikelasnya menyuruhnya, mungkin saja dia adalah anak yg terbully dikelas. Ahh sial, semakin dipikir semakin banyak kemungkinan yang terlintas di dalam benakku.

Yaah dari pada berpikir yang tidak-tidak kurasa lebih baik memang aku langsung membacanya. Tangan ku pun mulai membuka amplop tersebut, dan benar saja terdapat selembar surat di dalamnya. Aku pun langsung membuka surat itu dan mulai membacanya. Sungguh terkejutnya aku membaca surat itu, dan tertulis.

"Buat Pak Riki,

Mohon maaf pak sebelumnya, karena kami semua mengumpulkan kertas kosong ketika quiz kemarin. Semua itu terjadi karena Rini pak, kalo bapak kesal tolong kesal ke Rini saja pak. Teman-teman Rini tidak bersalah.

Awal mula kenapa bisa terjadi, sebenarnya karena guru matematika sebelum bapaklah yang pernah mengajari kami semua. Ketika itu Bagus disuruh mengerjakan soal kedepan, tetapi karena ia terlihat kesusahan akhirnya Rini mencoba untuk membantunya, dan alhasil ketahuan. Setelah itu Rini pun dipanggil kedepan kelas, dan langsung ditampar karena menurutnya Rini tidak menghargai beliau sebagai guru.

Setelah kejadian itu kami pun mulai memberontak dan berusaha membuat agar guru tersebut diganti. Mungkin di dalam hati teman-teman Rini, masih tersisa rasa kecewa pak. Tapi jujur saja mereka orang yang baik kok pak. Jadi Rini berharap bapak mau mengajar lagi di kelas kami.

Terima kasih pak"

"Bukan kah anak-anak jaman sekarang terlalu lembek? Yah tapi jaman sudah berubah sih.. kau tidak bisa memakai cara mengajar yg sudah ketinggalan jaman seperti memakai kekerasan." Pikirku

Setelah membaca itu, aku mulai paham dengan keadaan yang terjadi. Tapi, aku rasa aku dapat mengerti jika semua itu bisa terjadi apa lg jika aku diposisikan sebagai Bagus, tidak hanya kesal tetapi mungkin harga diriku pun sudah hancur kala itu.

Aku bersyukur Rini meberitahukan semuanya. Sehingga sekarang aku sudah tau apa yang harus aku lakukan.

Aku pun langsung kembali kekelas itu, terlihat semua anak sedang bersantai bahkan ada yang sedang bermain gitar di belakang kelas. Namun setelah melihat aku masuk mereka semua pun langsung bergegas menuju meja mereka masing-masing. Aku pun langsung menuliskan soal di papan tulis,

"Lu pada pengen belajar kan? Kalo lu pada bisa ngerjain ini.. maka mulai besok gue bakal ngajarin lu pada lagi dengan serius,gimana?"

Setelah mendengar itu murid-murid pun langsung menjawab "baik pak", namun ketika mereka mulai mengeluarkan alat tulis mereka aku pun langsung memanggil Bagus ke depan dan menyuruhnya untuk mengerjakan soal yang ada di depan. Terlihat ekspresi pucat di muka Bagus, aku yakin sekarang ini semua beban ada di pundak dia. Setelah itu aku pun berpura-pura membaca novelku kembali.

-5 menit berselang-

Ketika aku sedang berpura-pura membaca novelku, disaat yang bersamaan aku dapat melihat Rini dan juga Fani berusaha membantu Bagus untuk mengerjakan soal-soal tersebut.

"Entah apa yg dipikirkan Rini, sepertinya dia gak ada kapok-kapoknya yaa." Dalam benakku, Aku pun langsung menaruh novelku diatas meja dan berteriak,

"STOP! RINI, FANI KEDEPAN KAMU SEKARANG."

Aku pun memanggil mereka dengan nada yang tinggi, dan seketika mereka pun mulai berjalan ke depan kelas, tepatnya kearah papan tulis, aku pun langsung memanggil Bagus untuk mendekat.

"Gus yang bener aja lah.. ini kan sebelumnya udah gue ajarin."

Bagus hanya terdiam, sekarang aku mulai berjalan ke arah Fani dan Rini dan mulai mengangkat kedua tanganku seakan seperti bersiap untuk menampar mereka. Terlihat ekspresi dari Rini dan Fani langsung memejamkan matanya, seperti bersiap untuk menerima tamparan. Namun yang sebenarnya kulakukan hanyalah mengusap kepala mereka berdua dan berkata,

"Sipp, karena saya liat kalian bisa mengerjakannya dan kalo dilihat dari jawaban Bagus juga sudah mendekati.. dengan inj saya nyatakan kalian lulus dan kita bisa belajar kayak biasa mulai besok, sekarang kalian boleh duduk lagi. Kamu juga gus..."

"Ta, tapi pak, saya kira bapak akan-" saut Fani

"Tenanglah bapakkan ngasih instruksi hanya buat mengerjakan, bapak gak ada melarang kalian buat kerja sama kan?. Sudah kalian bertiga kembali duduk ke meja masing-masing supaya bapak bisa mulai mengajar disisa waktu pertemuan sekarang." Jawabku sambil tersenyum.

Semua anak terdiam, mereka bertiga pun mulai berjalan ke arah tempat duduk mereka lagi. Saat itu aku dapat melihat ekspresi Rini yang langsung menganggukkan kepalanya sambil tersenyum dan langsung duduk di mejanya. Hari itu aku langsung memberikan sedikit pelajaran dan memberi mereka beberapa PR untuk dikerjakan di rumah, namun kali ini aku yakin bahwa mereka semua akan bersungguh-sungguh dan akan berubah menjadi anak-anak yang hebat.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login