Download App

Chapter 33: Aku tau yang kulakukan

Alesha menghela napas dalam, menenangkan perasaan tegangnya sebelum kemudian melangkah masuk ke dalam kelas.

"Kau dari mana saja Alesha, aku sangat khawatir ketika kau tiba-tiba menghilang diclub semalam. Untung pangeran memberitahu kalau kau baik-baik saja". seloroh Bella tanpa henti.

Dia benar-benar panik dan khawatir ketika sadar kalau sahabatnya sudah tidak ada lagi di club, bahkan pacarnya yang tidak tahu apa-apapun menjadi korban amukannya karena gagal menemukan Alesha malam itu. Untungnya dia menerima pesan dari George yang menyampaikan kalau Alesha baik-baik saja.

Alesha mengangkat alisnya dan menghela napas dalam.

"Aku di apartemen pangeran George semalam dan..dia tidak mengizinkanku balik lagi ke apartemenku untuk sementara waktu." jawab Alesha galau, tangannya menopang dagu lancipnya.

"Bagus kalau begitu, jadinya kalian akan tetap dekat satu sama lain". ucap Bella tersenyum penuh arti. Tapi matanya langsung membesar tatkala melihat plaster biru di leher Alesha.

"Lesha apa ini? kenapa lehermu di plaster? tanyanya penuh selidik. Alesha lalu menyentuh lehernya, "oh ini, ini gara-gara George. Dia menggigitku, dia seperti vampir. Seenaknya saja menyakiti leherku. Tadinya kupikir itu gigitan semut, tapi setelah aku desak dia akhirnya mengaku kalau itu perbuatannya, aku sangat tidak nyaman dengan spot jelek ini dileherku. Kata pangeran George ini akan hilang dalam beberapa hari. Eh, tapi sepertinya kau juga punya tuh. Bella kau punya tiga spots, apa pacarmu suka menggigit lehermu hah?". Seloroh Alesha tanpa menyadari kalau wajah Bella sudah memerah karena malu dengan orang-orang yang menatap mereka heran.

"Hus...jangan keras-keras ngomongnya malu tau?" ucap Bella sambil berusaha menutup mulut Alesha dengan telunjuknya.

Bella kemudian berpikir kalau George melakukan aksinya saat Alesha sedang tertidur, karena sepertinya Alesha tidak sadar kalau itu tanda cupang*. "Apakah Pangeran mengambil kesempatan saat kau terlelap? tanyanya. Alesha menggeleng. "Dia tidak pernah seperti itu, semalam itu aku rasa dia hanya mencium leherku dan tiba-tiba terasa sakit" jawabnya jujur.

.'Ya Tuhan Alesha kau benar-benar pure innoncence' ucapnya dalam hati. Bella tidak tahu harus memulai dari mana agar sahabatnya ini paham. Dia mendesah sebelum duduk dan menatap Alesha serius.

" Alesha, aku mau tanya. Apakah kau dengan Pangeran George sudah pernah melakukan hubungan intim?" tanyanya to the point. Dia tidak menggunakan kata kode atau semacamnya kepada sahabatnya ini karena sudah pasti Alesha tidak akan mengerti maksudnya. Dia juga tau kalau sahabatnya yang pintar tapi lugu ini masih virgin tak tersentuh sedikitpun, sehingga Bella khawatir kalau pangeran George akan mengambil kesempatan berharga itu. Apalagi mengingat besarnya cinta Alesha kepadanya.

"Hah..? tidak pernah. Kami belum nikah Bella. Hal itu tidak boleh dilakukan". jawabnya dengan wajah merona, dia lantas membayangkan ketika George menciumnya hangat penuh hasrat. Tiba-tiba saja dia merindukannya.

"Oh.. tapi kalian sering berciuman kan? tanya Bella lagi. Alesha mengangguk, dia lalu menggigit bibirnya. "Dengar, tanda ini adalah bekas ciuman agresif dari pasangan kita. Kau harus tahu, ketika dia sudah berani mencapai titik ini untuk diciumnya itu artinya mereka ada niat untuk melakukan yang lebih. Jadi kau hati-hatilah". Jelas Bella, sedangkan Alesha hanya mengangguk perlahan. 'oh gosh...jadi George malam itu berniat melakukannya? tapi kan dia sudah berjanji'. ucapnya dalam hati. dia langsung bergidik.

"Jadi..apa noda dilehermu itu juga tanda yang sama?" tanya Alesha penasaran. Bella tersenyum malu-malu, pipinya merona. Baru semalam dia dan pacarnya menikmati malam liar mereka sampai pagi setelah mereka bertengkar karena hilangnya Alesha diclub.

"Bella..!" dia lalu tersadar dari lamunannya. "katakan..!" desak Alesha lagi.

"Hus.. itu tidak penting, tuh lihat mrs.Nora sudah masuk, nanti kita bahas lagi". ucap Bela mengalihkan perhatian. Dan benar saja seorang wanita paruh baya dengan jeans gombrang tempo dulu lengkap dengan t-shirt dan kaca mata minus tebalnya. Tidak berapa lama mereka semua serius dalam penjelasan tentang analis saham dan pasar modal.

Sementara itu di istana kensington.

Lady Kate tengah duduk menatap taman indah,dihalaman istana. Rumput hijau yang terhampar luas terlihat begitu menenangkan pikiran, akan tetapi berbeda halnya dengan wanita ini. Betapapun indahnya apa yang ada didepan matanya, itu semua tidak membuat pikirannya tenang. Hatinya masih terasa berat memikirkan putranya, semenjak percakapan mereka yang terakhir George tidak pernah pulang lagi ke istana. Entah dimana putranya itu sekarang, dia menjadi khawatir.

" Jangan menahan perasaanmu sayang, karena Kate yang kukenal selama ini adalah wanita yang berjiwa besar. Kau selalu peka dan memahami setiap kesulitan, apalagi itu menyangkut anak-anakmu." Raja William duduk disisi istrinya dan menatapnya lembut. Lady Kate hanya menatap suaminya tak bersuara.

"Apa kau masih ingat? Ketika dulu George memutuskan untuk berpindah keyakinan. Kau begitu berbesar hati menghargai pilihannya itu.Tapi kenapa sekarang kau seperti ini?" tanya Raja lagi, dia menggenggam lembut tangan istrinya. Mendengar itu Lady Kate mendesah. Memandangi bunga mawar putih yang tumbuh subur disekitar taman.

"Aku hanya kecewa pada George, dia sepertinya tidak begitu mempercayaiku. Seharusnya dia tahu kalau apa yang terbaik dan membuatnya bahagia itu juga akan membuatku bahagia. Tapi dia malah memilih untuk berpura-pura dan menutupinya dariku." Lady Kate terdiam sesaat dan melanjutkan, "Selama ini aku kira dia sudah bahagia dengan Silvia tapi nyatanya...sayang katakan padaku apa aku ini seorang ibu yang buruk? Aku merasa telah gagal memberikan kebahagiaan pada semua anak-anakku. Aku merasa usahaku selama ini sia-sia, karena George ternyata tidak sepercaya itu padaku".Ucapnya sedih, air mata terlihat memenuhi bola matanya dan akhirnya pecah menjadi butiran-butiran dan membasahi pipinya yang lembut seakan tidak termakan usia.

Raja Willian kemudian memeluk hangat istrinya, hatinya terasa sangat berat melihatnya menyalahkan dirinya sendiri.

"Tidak sayang, kau adalah ibu yang sempurna dan terbaik untuk putra-putri kita dan mereka sangat menyayangimu. Jadi kau jangan pernah lagi mengatakan hal seperti itu lagi. Kau selalu bisa mengubah langit mendung hitam menjadi biru dan cerah kembali dan akan selalu seperti itu. Aku bangga dan percaya padamu, hmm? sekarang tersenyumlah karena hariku akan suram jika melihatmu sedih seperti ini."

Raja mengecup kening istrinya dan kembali memeluknya dengan penuh kasih sayang. Lady Kate akhirnya bisa lebih tenang, sungguh suaminya ini selalu membuatnya tersenyum dan bahagia disaat suasana hatinya gundah. Raja William bagaikan mata air digurun hatinya yang selalu menyejukkan jiwanya. Bahkan ditahun ke25 usia pernikahan mereka cinta Lady Kate kepada suaminya selalu bersemi disetiap berjalannya waktu.

Sementara itu di sebuah kafe mewah di kota london.

"Apa kau sudah tidak waras? Meena menatap tajam George, dia tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran sahabatnya itu. Bisa-bisanya dia senekat itu, mengekspos hubungannya dengan Alesha secara terang-terangan berarti memercikkan api dijerami kering.

George hanya menyeruput kopinya menatap Meena tanpa ekspresi. "Aku tau yang kulakukan". Ucapnya singkat.

"George, kau seharusnya lebih mempertimbangkan apa yang akan kau lakukan. Aku bahkan yakin kau hanya larut dalam perasaanmu sehingga tidak bisa berpikir lebih logis dan hati-hati". ucap Meena sedikit kesal. Dia sangat khawatir dengan Alesha.

"Kau benar, semua ini karena perasaanku. Aku tidak bisa menyembunyikannya lagi. Aku harus melakukan semua ini agar lebih bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Lagipula Alesha tidak bisa terus-terusan merasa tertekan dengan hubungan kami". Jelas George. Dia juga sebenarnya tidak yakin dengan apa yang dilakukannya, yang dia tahu bahwa dirinya hanya ingin Alesha merasa lebih siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi kedepannya. Tidak selalu merasa salah dan tidak pantas untuknya. Sehingga George memutuskan untuk menjalani hubungan mereka dengan normal, merasa bebas dan bahagia seperti pasangan-pasangan lain.

"Lantas apa sekarang?, karena sebentar lagi tunangannya yang baik hati itu akan mengetahuinya". Tanya Meena mengingatkan. George mendesah "Aku akan memutuskan pertunangan kami segera dan bertunangan dengan Alesha".


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C33
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login