Download App

Chapter 24: 24. Godaan Birahi

"Kenapa tidak gabung dengan Guin?" tanya Eve.

"Karena saya ingin berdua saja dengan Nona," jawab Ralio berterus terang.

"Berhenti menggodaku. Kau tidak akan tahu akibatnya pada hati," ucap Eve.

"Memangnya, tidak boleh?" tanya Ralio.

Mereka saling menyukai tapi mereka juga saling menyembunyikan. Entahlah. Seperti ada ketidakpercayaan diri yang menyelimuti.

Mereka langsung memesan menu makanan. Selama menunggu, Eve ijin ke toilet sebentar.

"Aku ke toilet dulu," Eve pergi tanpa membawa ponselnya.

"Cepatlah kembali."

Beberapa menit berlalu, tapi Eve tidak juga kunjung datang. Makanan bahkan sudah hampir dingin.

"Eve ke mana?" Gumam Ralio.

Sudah 45 menit berlalu. Akhirnya, Ralio menemui Gavin dan Guin yang sudah menghabiskan makanan mereka.

"Nyonya, apa Eve datang ke sini?" tanya Ralio gugup.

"Tidak. Apa kalian berdua bertengkar?" tanya Guin.

"Tidak. Eve pamit ke toilet tapi sudah 45 menit, dia tidak juga kembali," ucap Ralio dengan jelas.

"Apa?" pekik Guin. "Biar aku yang mencarinya ke toilet." imbuhnya.

"Guin, ikut!" rengek Gavin.

"Aku juga!" sahut Ralio.

Mereka bertiga berbondong-bondong mendatangi toilet wanita. Tidak ada keanehan apapun tapi di mana Eve?

"Kalian di sini saja. Hanya wanita yang boleh masuk," cegah Guin.

"Iya, aku tunggu Guin!" seru Gavin.

Ralio menunggu dengan cemas. Gavin juga sama karena mereka memiliki tanggungjawab yang besar untuk menjaga wanita yang berada disisi mereka.

"Apa yang kau lakukan padanya? Kenapa dia sampai kabur?" tanya Gavin serius.

"Si bodoh ini! Bagaimana bisa aku melakukan apa-apa di tempat yang sangat ramai?"

"Lalu, kenapa dia kabur?"

"Entahlah. Aku rasa, aku membosankan dan dia tidak menyukaiku."

"Benar. Kau memang sangat membosankan."

***

Tap... Tap... Tap...

Guin sudah masuk. Tidak ada siapapun di dalam toilet. Tapi ada satu pintu yang tertutup.

"Eve!" panggil Guin.

Brakkk... Brakkk... Brakkk...

"Guin, apa itu kau? Guin, aku di sini," teriak Eve.

"Kau terkunci?"

"Iya! Cepat buka. Aku sudah bosan menunggu kalian datang," teriak Eve.

"Jadi, kau tidak kabur? Kau terkunci selama hampir satu jam di sini?" tanya Guin sembari berusaha membuka kuncinya.

"Kenapa lama sekali?" tanya Eve.

"Tunggu sebentar!" Terdengar langkah kaki Guin berlari keluar.

'Membosankan!!!" batin Eve.

Guin berlari keluar untuk meminta bantuan. Tentu saja pintu toilet harus di dobrak. Dengan tubuhnya yang seperti kecambah, bagaimana bisa Guin mendobraknya.

Host... Host... Host...

Nafas guin tersendat-sendat. Lari membuat nafasnya ngos-ngosan seperti di kejar-kejar oleh penagih hutang.

"Eve tidak ada?" tanya Ralio cepat.

"E--eve, dia kekunci!"

"Apa?" pekik Gavin dan Ralio bersamaan.

Ralio langsung masuk, tidak perduli dengan kehadiran wanita lain yang akan menggunakan toilet.

Brak... Brak...

"Nona Eve, kau masih mendengarkanku?" tanya Ralio.

"Iya!" sahut Eve.

"Menjauhlah! Aku akan mendobrak pintunya."

Brakkkkk.…

"Eve!"

Greppp...

Ralio langsung memeluk Eve yang wajahnya sudah pucat pasi. Dia memberikan kehangatan yang sedari tadi Eve butuhkan.

"Maaf! Aku tidak kepikiran kalau kau terkunci di sini," ucap Ralio.

'Hmmmm? Ralio gemetaran?' batin Eve.

"Lepas! Aku sulit bernafas," kata Eve.

"Ah, iya! Ma--maaf. Reflek!" Ralio mencari alasan sebisa mungkin.

Ralio melepaskan jas miliknya, memakaikannya untuk Eve. Ralio tidak berani memeluk Eve terlalu lama jadi jas menjadi penggantinya supaya tetap memberikan kehangatan yang Eve butuhkan.

Ralio membawa Eve keluar. Guin langsung memeluk Eve. Dia sangat mengkhawatirkan Eve.

"Bagaimana bisa kau terkunci?" tanya Guin setelah melepaskan pelukannya.

"Aku juga tidak tahu."

"Nona Eve pasti sudah sangat lapar. Saya akan membawanya untuk makan," ucap Ralio.

"Oke. Gavin, ayo! Kita juga kembali," pinta Guin.

***

Ralio memesan ulang semuanya. Tidak selang lama, makanan datang.

Ralio salah tingkah dibuatnya karena Eve tidak berhenti memandanginya.

'Apa Ralio juga menyukaiku? Apa dia tidak punya pacar?' batin Eve.

Wanita mana pun pasti salah paham dengan perlakuan Ralio ke Eve tapi kenapa Ralio tidak memperjelas hubungan mereka?

"Emmmm, Ralio, apa kau sudah punya pacar?" tanya Eve sembari memalingkan wajahnya yang malu.

"Emmm, sudah!" jawab Ralio.

'Sebentar lagi kau akan menjadi pacarku,' batin Ralio.

Jawaban yang membuat salah paham. Sejak itu, Eve hanya diam. Dia menghabiskan makanannya dengan cepat, memesan wine dan meminumnya langsung dari botolnya.

"Apa yang Nona lakukan?" Ralio merebut botol itu dari tangan Eve.

"Apa urusannya denganmu?" ucap Eve dingin.

"Tentu saja karena saya peduli pada nona!"

"Kau pedulikan saja pacarmu!"

Eve meneguk kembali wine itu. Eve yang tidak pernah minum alkohol, akhirnya mabuk dan tidak sadar.

"Hei, Nona! Bangun!" Ralio menggoncang-goncangkan tubuh Eve.

Eve tidak bangun. Akhirnya Ralio menggendong Eve untuk menemui Gavin.

"Eve kenapa?" tanya Guin segera.

"Sepertinya dia mabuk."

"Kita harus mengantar Eve pulang," ucap Guin panik.

"Kalian pulanglah. Biar saya yang mengantarnya."

"Aku tidak bisa menyetir," jelas Guin.

"Tuan Gavin bisa. Kalau begitu, saya duluan ya. Bye..."

Guin menoleh ke arah Gavin. Gavin hanya tersenyum karena tahu akan ada sebuah pertanyaan yang akan terlontar dari bibir Guin.

"Gavin bisa?"

"Bisa."

"Serius?" tanya Guin tak percaya.

"Aku menyukai Guin. Tentu saja aku tidak akan membuat Guin celaka."

***

Ralio memanggil taxi. Dia akan mengantarkan Eve ke apartement. Ralio menjaga Eve tapi bagaimana jika Eve bergelayut manja?

"Ralio sialan! Aku sangat menyukaimu tapi kau sudah memiliki pacar," gumam Eve.

"Aku akan menjadikanmu pacarku," sahut Ralio.

"Kau... Kau Ralio?"

"Kalau bukan Ralio, kau mengharapkan siapa?"

"Aku tidak ingin pulang. Jangan membawaku pulang, oke!" pinta Eve dalam ketidaksadarannya.

"Kalau kau tidak mau pulang, kau mau ke mana dalam keadaan mabuk?"

"Ke mana pun asal denganmu. Ke rumahmu, ke hotel, asal ada kau saja."

Wajah Ralio memerah. Dia sadar kalau Eve sedang mabuk, tapi dorongan diri tak bisa dipungkiri.

Kode keras dari Eve, tapi Ralio takut kalau dia akan berbuat hal yang lebih mendalam sedangkan Eve dalam kondisi tidak sadar.

"Tahan! Aku harus tahan," gumam Ralio.

"Kau tidak menyukaiku?" ucapan Eve semakin ngelantur.

"Siapa bilang? Aku bahkan sangat menyukaimu."

Akhirnya pertahanan Ralio terkalahkan oleh godaan Eve. Ralio membawa Eve ke apartemennya.

Ralio membayar taxi dengan buru-buru, lalu menggendong Eve kembali.

Ceklek...

Pintu terbuka. Eve langsung mendorong Ralio sampai tubuhnya terkunci di dinding.

"Kau bukan pria yang suka dengan pria lagi, bukan?" tanya Eve.

Eve membuka jas Ralio yang dia pakai, lalu melepaskan kancing atas kemeja miliknya. Menampakkan isi di balik renda merah.

"Sa--saya pria normal," Ralio mulai gugup, tidak bisa menahan dirinya lebih dari ini.

"Apa aku kurang sexy? Kenapa kau tidak melakukan apa-apa padaku? Sudah jelas kau mengatakan kalau kau sangat menyukaimu. Apa milikmu kecil?" ejek Eve.

"Baiklah, Nona. Jangan salahkan aku karena kau yang memintanya."

Emmmmm.…


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C24
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login