Download App

Chapter 4: 4. Resikonya Terlalu Besar.

Ghina Adinata menatap datar asisten yang dia perintah untuk mengurus pernikahannya dengan dengan Sam memberitahunya kalau pernikahan mereka akan dilakukan dua hari lagi karena Sam tidak ingin menunda pernikahan itu lebih lama lagi. Benar-benar seorang laki-laki yang sangat ambisius! Ghina Adinata sepertinya harus sangat waspada menghadapi Samudra Sebastian yang bisa jadi akan membunuhnya kalau ada kesempatan. Ghina Adinata tersenyum sinis, sepertinya permainan ini akan menarik.

"Nanti malam, Pak Samudra akan datang untuk bertemu ibu, apa Bu Ghina setuju?" tanya Dewi sambil menatap sekilas wajah mengerikan Ghina, dia tak berani menatap wajah Ghina lama-lama karena dia takut ekspresinya akan menyinggung Ghina yang bisa membuatnya dipecat. Dewi kemudian menyebut tempat dan jam yang yang telah ditentukan Sam dan bertanya apa Ghina setuju atau perlukah dia melakukan reservasi di tempat yang Ghina inginkan untuk pertemuannya dengan Sam.

"Boleh, tempat itu juga lumayan, " suara dingin Ghina menyapa gendang telinga Dewi, sama sekali tak ekspresi di wajah buruk rupa Ghina.

"Baik, Bu. Akan sampaikan pada Pak Samudra. Saya permisi dulu, Bu," Dewi segera pamit dari hadapan Ghina tanpa menunggu jawaban dari atasannya.

Ghina kembali memeriksa dokumen-dokumen yang ada di atas meja dan menandatanganinya. Entah berapa lama Ghina tenggelam dalam pekerjaannya hingga seseorang membuka pintu ruangannya. Guna mendongak dan mendapati Dika berjalan ke arahnya dengan senyum tengil di bibirnya. Ghina menatap tajam sepupunya karena tak suka Dika masuk ruangannya begitu saja

"Aku sudah ketuk-ketuk pintu beberapa kali tapi kamu gak dengar, aku takut kamu pingsan atau apa. Jadi aku masuk saja, kamu bisa periksa cctv kalau kamu gak percaya," Dika cengengesan sambil duduk di depan meja Ghina.

Ghina menghela nafas panjang, tatapannya masih tertuju ke arah Dika.

"Ada apa?" tanya Ghina dengan nada lebih hangat.

"Gak ada, aku cuma ingin melihat adik sepupuku yang sebentar lagi mau menikah," Dika mengedipkan sebelah matanya.

"Biasa aja," Ghina mengedikan bahunya.

"Kenapa mesti Samudra Sebastian? Dia itu licik, Ghin. Dia juga terlalu ambisius! Aku yakin dia mau menikah dengan kamu karena dia ingin menguasai perusahaan kamu," Dika menggelengkan kepalanya, dia tak mengerti dengan jalan pikiran Ghina yang tiba-tiba saja memaksa Sam menikahinya.

"Menurutku Adrian lebih cocok untuk kamu, kita sudah lama mengenal Adrian dan kamu tahu bagaimana loyalnya dia ke Adinata,"

Adrian yang Dika maksud adalah Adrian Baldi Luciano, seorang keturunan Italia yang menjadi sebagai CFO Adinata Company. Laki-laki itu dengan postur tubuh yang menyerupai orang Eropa dengan mata birunya yang mempesona itu cukup dekat dengan Ghina Adinata meski hanya sebatas pekerjaan tapi tentu saja tak tertarik pada Ghina Adinata karena wajah Ghina yang buruk rupa.

"Terima kasih telah mengkhawatirkan aku, kakak. Kamu tak perlu kuatir, aku tahu resikonya. Dan mengenai Adrian, kamu tahu sendiri, dia tidak tertarik padaku!" Ghina mendengus kasar.

"Itu karena dia belum tahu bagaimana wajah asli kamu, Ghin! Dan ketika kamu memaksa Samudra sebastian untuk menikah dengan kamu, kamu pikir dia akan jatuh cinta pada wajah burukmu? Mikir, Gin! Resikonya terlalu besar kalau kamu menikah dengan Samudra Sebastian. Aku hanya tak mau kamu akan tertipu oleh Samudra Sebastian," cemas Dika.

"Kamu meragukan aku?" Ghina menatap Dika dengan tatapan membunuh.

"Bukan itu maksud aku, Ghin," Dika mencebik. "Hanya saja kita tidak tahu siapa Samudra Sebastian."

Ghina hanya kembali mendengus.

"Kenapa kamu ingin menikah dengan Samudra Sebastian?" Dika menopang dagunya menggunakan kedua tangannya, matanya di arahkan ke mata coklat muda Ghina yang sangat menawan.

"Sudah aku bilang, dia good looking," Ghina terkekeh.

"Adrian juga good looking," Dika menatap Ghina berusaha mencari maksud tersembunyi di balik mata coklat Ghina.

"Dia gak suka aku, Dik,"

"Kamu pikir, Samudra Sebastian suka kamu? Dia sama sekali gak suka sama kamu! dia mau menikah denganmu karena ambisinya," Dika menatap tajam wajah sepupunya yang tengah memberengut. "Jangan bilang kamu suka dia, Ghin?"

"Aku malas membicarakan hal ini," Ghina makin mengerucutkan bibirnya.

"Hati-hati, Ghin. Aku sudah memperingatkan kamu kalau dia itu licik. Aku gak mau kamu menyesal nantinya," Dika segera berdiri dan melangkahkan keluar dari ruangan Ghina sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh dia tak setuju dengan sepupunya saat ini.

Ghina hanya menatap dingin kepergian Dika. Sampai saat ini dia juga tak mengerti alasannya memaksakan Sam untuk menikah dengannya. Kalau hanya sekedar menguasai perusahaan milik Sam itu adalah suatu hal yang mudah baginya. Bukankah tinggal selangkah lagi dia memiliki Samudra Tech, dengan harga saham yang semakin turun karena para pemegang saham mulai melepas sahamnya dan banyaknya investor yang mengundurkan diri karena kasus wanprestasi yang muncul, perusahaan milik Samudra Sebastian itu bisa dikatakan hampir tidak ada.

Ghina memang sangat marah saat Sam merendahkannya tapi bukankah banyak orang yang memandangnya rendah karena wajahnya? Yang ketika mereka tahu kalau dia Ghina Adinata, mereka akan segera menyembahnya dan meminta maaf karena takut Ghina akan menghancurkan bisnis mereka.

Kalimat-kalimat yang dilontarkan Dika tadi membuat Ghina merasa sedikit gamang dengan keputusannya. Haruskah dia membatalkan pernikahannya dengan Samudra Sebastian? Ghina menggelengkan kepalanya untuk beberapa saat. Tidak! Dia ingin memberi laki-laki itu hukuman karena telah memandang rendah seorang perempuan hanya karena dia berwajah buruk.

Ghina kembali mengingat setelah kematian Tania. Dia meminta bantuan kepada orang kepercayaannya ayahnya untuk mengubah wajahnya, dia tak ingin kecantikannya menjadi petaka baginya. Ghina tak ingin mendapat pelecehan seperti yang terjadi pada Tania. Orang kepercayaannya ayahnya kemudian memperkenalkannya dengan seseorang yang kemudian memberikannya topeng buruk rupa alih-alih mengoperasi wajahnya menjadi jelek.

Saat pertama kali muncul dengan wajah jeleknya, Ghina bisa melihat bagaimana reaksi orang-orang di sekitarnya. Ada yang bersimpati dan ada biasa saja tapi kebanyakan merasa jijik melihatnya. Orang-orang yang tadinya mengidolakannya karena kecantikannya sejak saat itu tak lagi mendekat padanya. Awalnya Ghina merasa sedih karena dijauhi orang-orang disekitarnya tapi kemudian dia bersyukur karena bisa tahu siapa orang-orang yang tulus dan siapa yang palsu.

Kecelakaan orang tuanya membuat Ghina yang baru berumur tujuh belas tahun harus mengambil tanggung jawab yang begitu besar terhadap Adinata Company. Keadaan itu memaksanya berubah dari gadis remaja yang suka bermain-main menjadi seorang perempuan yang kuat. Dia belajar banyak hal tentang Adinata Company di sela-sela kegiatan sekolahnya dan memimpin Adinata Company meski orang-orang meremehkannya.

Ghina sengaja menggunakan tangan besi dalam mengelola perusahaannya karena tak ingin mengalami nasib yang sama dengan orang tuanya. Menurutnya ayahnya terlalu baik hati dan membiarkan para pengkhianat berpesta pora dibelakangnya.

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login