Download App

Chapter 3: 3

Selamat membacaaa~

.

.

.

.

^-^

Ambulance, polisi, wartaman, dan semacamnya datang ke tempat kejadian rumah roboh yang dikarenakan gempa bumi.

"Ini berbahaya. Tolong menjauhlah."

"Tolong, semuanya jangan saling dorong. Ini berbahaya, tolong menjauhlah."

"Ayah! Ayah, jawablah jika kau bisa mendengarkanku!" Teriak Lucas sambil mencari Jongin dibawah runtuhan menggunakan kekuatannya.

"Tuan, berbahaya berada di sini. Biarkan kami menanganinya." Ucap petugas agar Lucas diam dan tenang.

"Berhentilah menggangguku! Kita bicara tentang ayah nya haechan di sini! Siapa yang akan menyelamatkan dia? Hah?!" Lucas marah-marah dan mengangkat petugas tersebut.

"Tenang. Tolong tetaplah tenang." Dengan suara yang tersenggal karena tercekik oleh bajunya yang diangkat Lucas.

Lucas melepaskan tangannya dan pergi melanjutkan mencarai Jongin.

"Ayah! Jawab aku! Ayah!"

"Heii!" Terdengar suara samar-samar dari samping Lucas, dari runtuhan rumah tersebut.

"Ayah?" Suara Lucas melemah

"Heii!" Teriak Jongin lagi.

"Aku datang. Dimana kau?" Sambil mulai mencari Lucas melihat ada celah di sela-sela reruntuhan tersenut.

"Apakah kau di bawah sana?"

"Ya. Ada papan diatasku, jadi aku tidak bisa bergerak." Jawabnya

"Syukurlah. Aku akan menyelamatkanmu sekarang." Lucas sangat senang.

Ada petugas yang melihat Lucas berjongkok dan menghampirinya

"Tuan, disana ada yang bertahan hidup?"

"Baiklah! Jangan bicara padaku! Jangan mengalihkan perhatianku!" Ucap Lucas sambil mengangkat runtuhan tersebut yang terbilang sangat besar. Sampai membuat petugas itu merasa kaget dan kagum secara bersamaan.

"Ayah!"

"Uhuuk uhukk" Jongin terbatuk

"Hai" sapa Jongin pada Lucas, padahal Lucas masih memegangi runtuhan itu tapi Jongin tak kunjung keluar.

"Kau baik-baik saja?" Sambil memegangi runtuhan Lucas bertanya antara sedih dan senang.

"Tolong cepatlah keluar."

"Aku mencoba untuk menyelamatkanmu ibu, tetapi sebaliknya, aku malah dilindungi olehnya." Jongin berdiri sambil memeluk foto.

"Ayah! Aku sangat senang!" Lucas memeluk Jongin sangat rapat.

"Awas! Hati-hati!" Peringat petugas yang masih melihat adegan barusan. Runtuhan tadi yang tiba-tiba dilepaskan Lucas jatuh. tengan kerasnya, untung mereka tidak tertimpa.

"Korban telah diselamatkan." Ucap seorang polisi yang bertugas memberi kabar menggunakan corong (gk tau namanya, maap) di dalam mobil.

"Syukurlah." Haechan berucap masih dengan mata yang berkaca kaca dan dipeluk oleh renjun.

"Tapi ini benar-benar aneh"

"Rumah baru itu baru dibangun kan?"

Kerumunan yang melihat rumah keluarga Haechan berbisik berbagai hal, jika diliat di wilayah tersebut tudak ada bangun yang roboh bahkan goyah pun tidak ada. Hanya rumah itu saja yang roboh sampai tk terbentuk seperti rumah lagi. Bangunan di sebelahnya juga baik-baik saja.

"Mungkinkah hanya rumah kami yang runtuh?" Haechan bertanya bingung.

"Ya, tampak seperti itu." Jawab Jaemin.

"Tidak mungkin..." Dengan tidak percaya.

.

.

.

.

^-^

"Tadi malam pukul 8:40 terjadi gempa bumi. Gempa tersebut berada pada level 2. Karena gempa tersebut ada sebuah rumah baru dan roboh." Berita tersebut sudah sersebar bahkan di sekolah.

Di sekolah

Haechan, Renjun, dan Jaemin berangkat bersama, saat mereka memasuki wilayah sekolah banyak suara-suara terdengar yaang membicarakan tentang Haechan. Mereka berjalan dwngan tidak nyaman dengan melihat sekeliling, Haechan terus menundukkan kepalanya merasa malu.

"Apakah kau melihat berita?"

"Sudah, sebuah rumah runtuh meski itu hanya gempa bumi kecil?"

"Ah, itu lee donghyuck!"

"Dan dia baru ditolak oleh minhyung kemarin, sungguh bencana untuknya."

"Nasib buruk tidak berakhir yaa?"

"Iya kasihan."

Seperti itulah contoh dari pembicaraan pagi ini di kawasan sekolah. Wajah Haechan sudah memerah.

"Kau jadi target gosip setiap pagi ya?" Jaemin berujar dari belakang Haechan.

"Maafkan aku. Aku menyebabkan masalah bagi kalian juga." Menoleh kebelakang sambil tetap berjalan.

"Tapi tentu saja hal itu sangat luar biasa." Renjun menimpali.

"Jadi, apakah kalian sudah memutuskan dimana kalian berdua akan tinggal?" Tanya Jaemin pada Haechan.

"Kita mungkin akan tinggal di rumah teman ayahku. Kami tidak mungkin tinggal di hotel selamanya." Haechan

"Oh begitu. Pasti sangat sulit." Renjun

Haechan merasa aneh seperti ada yang memperhatikannya, dia menoleh kesamping ke arah tiang dan mendapatkan seorang memfoto dirinya diam-diam. Dia memakai baju yang tertutup, masker hitam, topi hitam, celana panjang, dan pastinya dengan kamera di tangannya.

"Maaf." Orang aneh itu langsung berlari setelah ketahuan objek yang difoto sambil tertawa dan meninggalkan mereka, para siswa siswi melihatnya bingung termasuk Haechan dan para sahabatnya.

"Kau benar-benar selebriti sekarang." Ucap Jaemin yang masih melihat orang aneh itu bingung.

"Itu tidak membuatku bahagia sama sekali." Haechan bilang dengan suara pelan dan sedih.

"Teman-teman, kami dengan hormat meminta bantuan dari kalian semua." Lucas berdiri besama teman-temannya di depan gedung sekolah berteriak dan membawa sebuah kotak.

"Lucas? Apa yang dia lakukan?" Haechan melihat semuanya dan matanya terfokus ke kotak yang bertuliskan

"Penggalangan dana cinta?" Gumam Haechan membaca tulisan di kotak tersebut.

"Untuk lee donghyuck yang rumahnya rusak karena gempa." Lanjut baca temannya.

"A a-pa?" Haechan terkejut terbata-bata dengan mulut terbuka.

Lucas tidak menyadari Haechan ada disana dan masih melanjutkan kegiatannya mencari donasi tersebut kepada teman-teman sekolahnya sebelum masuk ke gedung yang memberikan ilmu tersebut.

Haechan menghampiri Lucas dan seketika Lucas diam dan melihat ke arah datangnya Haechan.

"Dia di sini sekarang!" Ucap Lucas pada teman-teman sekolahnya.

"Meskipun telah mengalami bencana l, dia masih riang untuk bersekolah. Apakah itu tidak membuat kalian menangis?"

"Hentikan ituu!!" Haechan teriak keoada Lucas dan Lucas langsung diam memperhatikan Haechan yang marah-marah.

"Kami tidak bisa melakukannya. Aku sedang menebus dosaku. Jika aku tidak memukul kayu dinding rumahmu.." belum sempat Lucas melanjutkan bicaranya Hachan memotongnya

"Tak ada hubungannya dengan hal itu."

"Tentu saja ada! Aku melakukan ini untukmu." Lucas berteriak.

"Hei!" Seseorang datang dan berkata yang membuat Haechan dan Lucas menolehkan kepalanya.

"Bisakah aku lewat?"

"M ma mark?" Haechan melompat kebelakang karena terkejut.

"Kau! Kau pikir salah siapa sehingga haechan sekarang menderita seperti ini?" Lucas menghampiri Mark dan menunjuknya.

"Hanya kesalahan dari gempa bumi kecil kan?" Dingin Mark.

Mata Haechan berkedut mendengar ucapan Mark yang dingin dan menyebalkan. Yaa walaupun perkataannya benar.

"Diamlah! Itu karena kau mengatakan hal-hal buruk pada Haechan! Hal itu adalah penyebab di balik berbagai bencana yang Haechan alami!" Teriak Lucas tidak jelas.

"Kau mengatakan bahwa aku yang menyebabkan gempa?" Masih dengan wajah datar dan ucapan dinginnya khas Mark.

"Benar!"

"Lucas, sudah cukup! Tolong hentikan!" Haechan menghampiri Lucas dan memeganginya.

"Baiklah." Mark memasukkan tangannya ke saku celananya dan mengambil uang

"Kau takkan mengeluh lagi jika aku mengumbang kan?"

Haechan menaikkan alisnya dan melihat Mark mengulurkan uang yang diambilnya. Haechan merasa direndahkan dan menepis tangan Mark kasar sampai uang tersebut terlepas dari tangan Mark dan terbang. Mark sempat terkejut namun dia dengan cepat mengembalikan wajah datar dan dinginnya agar tak terlihat.

"Jangan membuatku terlihat bodoh! Sungguh sia-sia, aku sudah menyukai seseorang sepertimu selama 2 tahun ini! Aku takkan menerima sumbanganmu, bahkan jika aku mati!" Teriak Haechan dengan wajah yang merah dan mata berkaca-kaca. Dia sudah muak mendengar Mark yang selalu merendahkannya.

"Apakah kau yakin tak apa-apa karena mengatakan sesuatu seperti itu?" Jawab Mark tenang tidak merasa tersinggung dengan ucapan Haechan.

"Tentu saja! Tidak ada alasan bagiku untuk diperhatikan olehmu! Jangan perlakukan aku seperti orang bodoh hanya karena aku bodoh!" Nafas Haechan tersenggal-senggal karena berteriak teriak.

Mark membalikkan tubuhnya menjadi membelakangi Haechan dan menahan tawanya karena melihat reaksi Haechan atas ucapannya.

"Apa itu? Kau tidak seharusnya tertawa!" Haechan dalam hati karena melihat Mark.

.

.

.

.

^-^


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login