Chapter 60: Tidak Ada Pilihan Lain Selain Tinggal Bersama (6)
Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature
Suara tersebut ternyata berasal dari permainan menembak, dan merupakan kesenangan Ji Anning juga. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak berjalan lebih dekat untuk mencari tahu.
Ketika ia masih kecil, ia sering sekali menonton TV dan film tentang pasukan khusus, ia sangat mengagumi dan ingin melakukan profesi semacam itu, apalagi jika pasukan khusus wanita itu benar-benar terlihat keren.
Dulu ada senjata mainan anak-anak di rumah yang bisa diisi peluru. Saat sedang sendirian, ia selalu suka bermain sendiri dengan menembakan pada daun di pohon. Ia pernah mencoba menembak seekor burung kecil, tetapi tidak pernah berhasil.
Dia juga memainkan ketapel, kemampuan bermain ketapelnya sangat bagus.
Setelah berjalan masuk ke kerumunan orang yang ada di tempat tersebut, Ji Anning melihat papan buletin acara yang besar, di sana tertulis aturan-aturan dalam permainan ini.
Lomba Menembak Buah, diberi peringkat sesuai dengan jumlah tembakan dalam satu setengah menit.
[Juara 1 mendapatkan kupon tunai sebanyak 500 Yuan untuk makanan dan minuman di pusat perbelanjaan.]
[Juara 2 mendapatkan sepasang cangkir couple yang bergambar memandang bunga dalam kabut]
[Juara 3 mendapatkan voucher tiket film seharga 30 Yuan.]
Ji Anning tidak memperhatikan yang lain, dan hanya memperhatikan kupon makanan 500 Yuan, apakah itu juga artinya benar-benar uang lima ratus yuan?
Matanya tampak berbinar, dan ia berjalan menuju staf yang berdiri di sebelah anak laki-laki berbadan besar yang bermain tanpa ragu-ragu, "Di mana aku bisa mendaftar pertandingan ini? Aku ingin ikut berpartisipasi."
Anggota staf tersenyum sedikit dan berkata kepadanya, "Acara ini akan selesai dalam tiga menit, dan orang ini memiliki satu menit lagi. Setelah dia selesai maka acara ini juga tidak lama akan berakhir."
Urgh… Selesai dalam tiga menit lagi!
Ji Anning memandang pemain yang ada di dalam game tersebut. Ia telah melewati lima level dari enam level yang ada. Bahkan apel hijau sekecil itu bisa ia tembak tepat sasaran. Sepertinya ia akan menyelesaikan semua waktu permainannya. Setelah itu dalam sisa waktu dua menit, ia pasti tidak akan bisa mengejar.
Saat berpikir begitu, ia kecewa sambil melemaskan rahang bawahnya.
*Dor!*
Ketika Ji Anning sedang berpikir, pemain itu melepaskan tembakan lagi, dan akhirnya ia pun mengalihkan perhatiannya pada pemain tersebut.
Kali ini sasarannya adalah tomat kecil, tetapi ia tidak berhasil menembaknya.
Tidak lama kemudian staf tersebut tersenyum dan berkata kepadanya, "Nona, ada dua setengah menit lagi. Jika kamu ingin mencobanya, isilah data ini dengan nama, dan nomor ponselmu,"
"Oke." Ji Anning tidak ragu-ragu, ia segera menganggukkan kepala, dan segera pergi mengisi data di buku catatan. Untuk mengisi data itu hanya membutuhkan waktu sekitar dua atau tiga detik.
Setelah itu ia pun berdiri di depan mesin permainan dan mengambil senapan sniper yang mirip M200. Ia tampak begitu bersemangat.
Jarak sebenarnya dari sasaran yang akan ia bidik adalah seratus meter, dan sasarannya adalah buah-buahan yang ada di layar tampilan mesin. Jika realistis, jaraknya seratus meter darinya.
Semuanya merupakan simulasi, dan membidik dengan tepat bisa mendekatkan jarak. Namun jika harus membidik tomat kecil dan apel hijau kecil, masih diperlukan tingkat kesulitan yang tinggi.
"Apakah gadis ini juga bermain menembak?"
"Bisa atau tidak, waktunya tinggal beberapa menit lagi, dia pasti tidak akan bisa mengungguli peserta yang barusan."
Para Penonton di sekitar yang melihat merasa tidak ada greget saat melihatnya hendak bermain.
Ji Anning mulai bermain dengan sangat cepat, dan buah sasaran tembaknya semakin lama semakin mengecil.
Semakin banyak waktu dihabiskan untuk membidik.
Menit demi menit, detik demi detik, waktu mulai berlalu, dan permainan menjadi semakin sulit. Jika ia ingin menang, ia harus menembak sebelas buah dalam empat puluh detik yang tersisa. Ia merasa hampir tidak ada peluang untuk menang.
— New chapter is coming soon — Write a review
-- Gift
received