Download App

Chapter 22: Bab 21

Gathan bersiul riang saat memasuki rumahnya. Pemuda itu tersenyum membayangkan sedikit moment kebersamaannya dengan Rana malam ini. Berjalan menelusuri kompleks, saling membahas apapun, makan martabak berdua. Semua hal-hal kecil yang tak pernah ia sangka akan semenyenangkan ini. Sejak bertemu dan mengenal Rana, dunianya memang berubah.

"Kamu darimana, Than?" tegur Ratih saat melihat putra semata wayangnya melewati ruang tv. Ia yang sedang duduk santai sambil menikmati acara tv merasa heran saat melihat putranya tersenyum dan melewatinya begitu saja tanpa menyapanya.

"Baru apel, Ma?" sahut Gathan tersenyum lebar.

"Apel? Bukannya kamu jomblo ya?" Ratih tersenyum mengejek.

"Otewe, Ma. Ini Gathan juga lagi usaha," ketus Gathan. Pemuda itu berjalan menuju ruang tv dan duduk di sebelah Ratih. "Makanya Mama doa'in supaya perjuanganku lancar. Supaya dia nerima cinta Gathan. Besok aku mau ngedate sama dia," imbuhnya kemudian memeluk sang mama.

"Iya, semoga aja dia khilaf dan nerima kamu jadi pacarnya."

"Lhah, kok gitu."

"Hahahahaha, bercanda." Ratih tertawa melihat ekspresi Gathan. "Ya sudah, sana mandi ganti baju santai. Habis itu turun, Mama siapin makanan," ujarnya kemudian.

"Aku nggak lapar, Ma. Tadi udah makan martabak," oceh Gathan.

"Wah, kere banget sih kamu. Calon pacar kok ditraktir martabak. Yang lebih berkelas dong, Than," ejek Ratih.

"Gampang kalau masalah itu, Ma. Lagipula, dia orangnya sederhana kok. Nggak nuntut aku untuk manja'in dia atau beliin dia sesuatu yang mewah."

"Hehm, pantas kamu terpesona sama dia." Ratih manggut-manggut lalu tersenyum.

"Ya udah, aku ke kamar dulu."

"Hehm, goodnight."

Gathan mencium kedua pipi Ratih sebelum berlalu pergi ke lantai atas menuju kamarnya.

Adipura yang baru keluar dari ruang kerjanya menatap punggung Gathan yang baru mencapai ujung tangga. Pria paruh baya itu lalu menghampiri istrinya di ruang tv.

"Gathan darimana, Ma?" tanya Adipura pada istrinya. Ia mengambil tempat duduk yang semula di tempati Gathan.

"Katanya baru dari rumah calon pacar, Pa," sahut Ratih kembai fokus pada acara tv setelah sebelumnya terinterupsi karena kedatangan Gathan.

"Ujian kelas 12 sebentar lagi, tapi dia malah..."

"Pa, sudahlah. Biarkan Gathan bersenang-senang dulu. Ujiannya masih 1 bulan lagi." Ratih memotong ucapan suaminya.

Adipura menghela nafasnya lelah. "Ini semua demi masa depan Gathan," gumamnya kemudian.

"Iya, aku tahu. Setiap orangtua pasti menginginkan masa depan yang bagus untuk anak-anaknya kelak. Tapi setiap anak juga menginginkan kebahagiaannya sendiri. Gathan masih muda, Pa."

"Justru itu, Ma! Karena Gathan masih muda, ia masih punya banyak waktu untuk menata masa depannya." Adipura pergi begitu saja setelah mengatakan hal tersebut.

Ratih menghela nafasnya  lelah. Ia sangat mengenal suaminya. DIa memiliki sifat yang sama seperti ayah mertuanya, keras, tegas dan selalu menjunjung tinggi pencapaian. Dalam hal apapun.

*****

Gathan memarkirkan motornya di halaman parkir khusus siswa. Rana turun dari motor dan kemudian pamit ke kelas duluan karena sepertinya Gathan akan nongkrong dulu dengan teman-temannya di parkiran.

"Hati-hati," ujar Gathan.

Rana hanya tersenyum tanpa membalas ucapan Gathan. Jarak antara parkiran dan ruang kelasnya tak jauh, memangnya ia harus behati-hati dengan apa atau siapa. Ada-ada aja si Gathan.

"Woy, Bro! Udah lama lo nggak nongkrong sama kita-kita! Kemana aja?" tanya Erland, pemuda yang memakai jaket warna biru tua. Tampilannya terlihat modis, maklum saja karena ia merupakan salah satu model berbakat di Jakarta. Ia sering tampil di peragaan besar karya desainer ternama.

"Biasa, Bro! Lagi usaha ngedeketin cewek," sahut seorang pemuda tersenyum cengengesan.

Bukan. Bukan Gathan yang menjawab pertanyaan dari Erland, melainkan pemuda yang duduk di atas motor gede berwarna putih. Menyerupai motor Gathan hanya berbeda warna saja. Mereka memang beli motor bersamaan.

"Tuh, udah dijawab," sambung Gathan.

"Ck, akhirnya cowok nomor satu di sekolah cari pacar. Gue kira lo gay karena nggak pernah ladenin cewek-cewek yang ngejar lo," seru Aksa tersenyum mengejek.

"Sialan! Gue masih lurus, belum belok!" balas Gathan tak urung tertawa. "Emangnya Binar!"

"Wah, tuh mulut minta di cium! Sini lo!" teriak Binar menuding Gathan.

"Ih, najis! Njir! Virus lo bisa nular ke gue!" seru Gathan bergerak menjauh saat Binar datang mendekatinya.

"Virus apaan, Than?"tanya Erland di sela tawanya. Kekonyolan teman-temannya selalu menjadi happy virus untuknya.

"Virus jones lah! Jangan sampai usaha gue di tolak Rana trus gue jadi jones kayak dia!" balas Gathan menjauhkan bibir Binar yang memaksa menciumnya.

"Oh, gue tahu sekarang!" seru Aksa membuat aksi brutal Binar terhenti.

Dua orang yang atdinya beradegan saling mencium dan mengelak kini menatap pemuda dengan rambut jabrik itu.

"Tahu apa?" tanya Binar.

"Sikap playboy lo itu sebenernya cuma mau nutupin kesepian di hati lo aja, 'kan? Pantas aja Gathan selalu ngejek lo jones. Lo emang jones sejati!" oceh Aksa mengutarakan hipotesanya.

"Fix! Mantul!" seru Erland mengajak Aksa berhighfive ria.

"Bangsat! Kalian minta gue cium juga?" teriak Binar bergegas menghampiri dua temannya yang tertawa cekikikan itu. Puas sekali mereka setelah meledek Binar.

Gathan juga ikut tertawa.

"Sini lo berdua!" teriak Binar karena Erland dan Aksa langsung kabur begitu ia mengeluarkan ultimatum.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C22
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login