Download App
Kaca Mata Google Kaca Mata Google original

Kaca Mata Google

Author: neitha08

© WebNovel

Chapter 1: Kacamata Google

"Mau apa lagi?!? "

Netta mendengar teriakan dari dalam pemilik ruangan kamar nomor tujuh yang baru saja dia bukakan pintunya. Dan dia masih berdiri di luar pintu ketika mendengar teriakan yang terdengar seperti sebuah penolakan.

"Petugas jaga siang pak " ucap netta.

Walaupun dia ragu, tetapi akhirnya mau tidak mau dia harus maju dan masuk ke dalam ruangan itu.

'Ya ampun... ' gumam netta dalam hatinya ketika melihat suasana ruangan itu.

Semua benda-benda berserakan di lantai, dari mulai selimut, bantal, dan juga meja yang khusus untuk pasien dalam posisi terbalik.

Bercampur dengan makanan yang sepertinya sengaja dibuang oleh penghuninya.

'Dasar sultan! ' celetuknya.

Dia lalu mengambil walkie talkie yang menggantung di lehernya.

"Boleh minta cleaning service " ucapnya di walkie talkie miliknya.

"Ada gempa bumi baru saja terjadi di ruangan nomor tujuh! " sambungnya.

Lalu dia kembali menyimpannya dan membiarkan alat itu menggantung di lehernya.

"Siap, cleaning service meluncur " sebuah suara terdengar dari walkie talkie miliknya sebagai jawaban dari rekan satu tim nya yang mendapat bagian mengawasi seluruh cctv ruangan.

Netta melihat ke arah sudut ruangan, sesosok laki-laki muda yang berdiri dengan bertolak pinggang sambil memperhatikannya.

"Tuan... " ucapan netta terhenti karena dia lupa nama pasien yang sedang dihadapinya sekarang ini. Dan lalu membaca dari selembar kertas yang di pegangnya.

"Reagen mahardika " lalu menyebut nama itu dengan membacanya.

"Membaca aja kamu tidak becus masih punya percaya diri buat jadi petugas kesehatan! " cetusnya marah karena netta salah menyebut namanya.

"Kamu pikir namaku itu alat laboratorium! " dia lagi-lagi berkata dengan nada tinggi.

Karena netta sedang memakai Alat perlindungan diri level dua, dengan masker yang berlapis-lapi dan juga sebuah kacamata google yang sesekali berembun membuatnya kesulitan untuk membaca tulisan di depannya.

Terlihat laki-laki dengan tubuh tegap, berkulit putih karena kemeja lengan pendek yang dipakainya itu telah terbuka semua kancing-kancingnya yang memperlihatkan dada atletis dan kulitnya yang lebih sempurna dari netta yang adalah seorang wanita.

Dalam hitungan detik membuat netta yang adalah wanita seutuhnya menjadi insecure, dari balik kacamata googlenya dia melihat lelaki metroseksual yang sempurna berjalan menghampirinya dan berdiri disampingnya mengambil kertas yang di baca olehnya tadi.

"Lihat ini! " ketusnya sambil menunjuk ke arah kertas yang dia ambil dari netta tadi.

"Namaku reagan mahardika! " sambungnya.

Karena netta tidak bisa memperlihatkan wajah dengan rasa bersalahnya karena telah salah mengucapkan nama pasiennya, dia hanya memperlihatkan jari telunjuk dan tengahnya sebagai tanda permintaan maafnya.

"Baiklah! " netta kembali mengambil kertas yang diambil oleh pasien itu dengan paksaan dari tangannya.

"Waktunya pemberian obat tuan... " ucapan netta lagi-lagi terhenti karena sekarang ini dia kebingungan untuk memanggil nama pasiennya tersebut.

"Aku panggil tuan rea atau... " sambungnya, "atau tuan agan saja? "

Terlihat jelas oleh netta kerutan di dahi laki-laki itu mendengar nama yang dia sebutkan tadi.

"Sepertinya rea terlalu imut " ada sedikit tawa di akhir perkataan netta, "mungkin agan lebih cocok buatmu "

"Secara catatan kamu disini banyak sekali " sambung netta.

Dia lalu melihat petugas kebersihan yang datang dan merapikan semua kekacauan yang sudah diperbuat oleh penghuni kamar nomor tujuh itu.

"Apa maksudmu banyak catatan? "

Netta tidak lantas menjawabnya, dia menarik troly emergency dan mengeluarkan semua obat-obatan dan juga alat medis yang dibutuhkannya sekarang ini.

"Menolak untuk dilakukan pemeriksaan swab seminggu yang lalu " ucap netta, "dan melarikan diri setelah berhasil dilakukan swab malah sengaja pergi ke tempat dangdutan di tempat banyak orang berkumpul! "

Tawa laki-laki itu muncul, tapi terdengar sekali dia kesal dengan apa yang dikatakan oleh netta.

"Kamu pikir aku percaya dengan kebohongan seperti itu? " dia selalu saja berteriak ketika bicara.

"Kalian sengaja kan memasukkan aku ke tempat ini dan membuat aku harus mengasingkan diri disini beberapa hari! "

"Dan juga, tadi kamu bilang apa? "

"Acara dangdutan? "

Lalu tawanya terdengar keras sekali di telinga netta yang masih menyibukkan diri menyiapkan obat-obatan.

"Kamu tahu tidak arti dari reagan? " lalu bertanya pada netta.

Jawaban yang di perlihatkan netta adalah gelengan kepalanya.

"Itu artinya orang paling kaya! " dia memberitahukan sendiri jawabannya pada netta.

"Itu artinya aku anak sultan! " dia menyombongkan dirinya, "mana mungkin aku bisa terkena virus seperti itu! "

"Pasti ada salah satu dari musuh bisnisku membayar kalian untuk melakukan sebuah konspirasi ini! "

"Iya baiklah terserah tuan sultan saja... " netta menanggapinya dengan datar.

"Mau percaya atau tidak terserah, tapi ada nama pasien gladis, kein, dan vina di ruangan lain yang hasilnya positif juga " sambung netta.

Dia secara terang-terangan memberitahukan semua nama sahabatnya yang satu mobil dengannya ketika petugas kesehatan menjemputnya untuk melakukan isolasi.

Laki-laki itu terdiam dan tahu pasti bahwa nama-nama yang disebutkannya tadi adalah teman-teman dekatnya.

"Dan salah satu keluarga mereka ada yang terkena juga " lalu netta kembali memberitahukannya kembali.

"Karena usia lanjut dan penyakit pneumonia yang dimilikinya sekarang ini beliau ada di ruangan intensive Care Unit! "

Jika harus memperlihatkan ekspresi wajahnya sekarang ini netta benar-benar kesal. Karena orang keras kepala seperti laki-laki bernama reagan itu sangat tidak mematuhi semua protokol kesehatan yang sudah di serukan oleh pemerintah.

Walaupun dia bukan satu-satunya orang yang mempercayai tentang wabah virus ini, tetapi dia sudah jelas membahayakan anggota keluarga dari sahabatnya itu.

"Kamu mau membuat aku ketakutan? " dia lagi-lagi bertanya dengan nada keras kembali pada netta.

Membuat netta harus mengatur nafasnya berkali-kali. Dia yang sudah kepanasan dibalik hazmat yang dipakai dan masker yang berlapis-lapis ditambah harus bermain urat keras dengan pasien yang baru pertama kali ditemuinya dengan tingkat keras kepala paling paripurna menurutnya.

Setelah dibuat kesal oleh rekan-rekannya yang seperti sengaja ingin membuatnya mendapat hukuman menghadapi pasien paling membuatnya kesal karena terlambat datang untuk berganti shif kerja tadi.

"Duduk dulu tuan... " dia harus bisa menahan emosinya sekarang ini dan bicara dengan nada baik-baik pada laki-laki itu.

Kedua tangannya menginstruksikan laki-laki itu untuk duduk di atas tempat tidurnya yang sudah dirapikan oleh petugas kebersihan khusus ruang isolasi tadi.

"Mau apa? " dia bertanya lagi pada netta, tapi kali ini suaranya tidak terdengar lantang dan dia pun menuruti semua yang netta katakan duduk di atas tempat tidurnya menghadap ke arah netta yang mendorong meja ke arah di depannya.

"Tuan agan lihat ini " ucap netta.

Dia memperlihatkan pada laki-laki itu tiga cangkir plastik yang dia simpan sejajar.

"Ini pasti minuman kesukaan tuan! " dia membawa sebuah botol minuman bersoda yang tersimpan di atas kulkas yang ada di ruangan.

Beruntung laki-laki yang mengaku dirinya sultan itu tidak merusaknya juga. Netta lalu membuka tutupnya dan menuangkannya kedalam salah satu gelas.

"Ini susu tinggi protein dengan kualitas paling baik untuk tuan agan " netta lalu menuangkan susu cair kedalam gelas yang masih kosong.

"Dan ini air putih yang kualitas kejernihannya bisa di uji! " dan dia mengisi satu gelas tersisa dengan air putih.

Laki-laki itu tersenyum miring mendengar semua penjelasan netta yang terdengar berlebihan di telinganya.

"Tuan boleh meminum salah satu dari gelas ini " lalu netta memberikan sebuah instruksi yang meminta laki-laki meminum salah satu dari minuman yang dia sajikan.

Tentu saja dia memilih sebuah minuman bersoda kesukaannya, dan lalu meminumnya beberapa tegukan.

Dahinya berkerut, dan lalu menoleh ke arah netta.

"Kamu mau menipuku? " tanyanya, dia memberikan gelas itu pada netta.

"Ini air tawar! "

"Ini minuman yang diambil dari botol minuman yang tuan bawa " netta menunjukkannya.

Dia mengambilnya dengan paksa, membuka tutupnya dan meneguknya langsung. Dan semuanya sama, dia tidak merasakan apapun.

Lalu dengan cepat dia mengambil gelas berisi susu dan meminumnya, terlihat jelas sekali dari reaksi wajahnya bahwa dia merasakan hal yang sama.

"Itu merupakan salah satu dari gejalanya bahwa virusnya memang ada di dalam tubuh tuan " netta lalu memberitahukannya.

Dia merapikan gelas-gelas yang ada di hadapannya dan lalu menggantinya dengan menyimpan tempat khusus kapas alkohol, dan juga sebotol minyak kayu putih.

"Coba tuan cium aroma kedua benda yang saya simpan sekarang ini "

Laki-laki itu mulai luluh, dan kesombongannya mulai menciut dan turun di tingkat sedang. Dia mulai mengikuti semua yang dikatakan oleh netta.

Dengan cepat kedua tangannya meraih tangan netta, dan di genggamnya dengan kuat. Ketika indera penciumannya sama sekali tidak dapat mengenali aroma yang di keluarkan oleh benda yang disediakan oleh netta.

"Apa ini? " dia bertanya dengan penuh ketakutan, "apa aku benar-benar terkena virus itu? "

"Apa aku akan mati seperti yang disiarkan di acara berita? "

"Atau aku masuk ruang intensive care unit seperti nenek kein? "

Netta merasakan getaran kuat dari tangan yang memegangnya erat itu. Dia terlihat sangat ketakutan sekarang ini setelah tadi dia begitu sombong dan tidak mau mendengarkan semua yang sudah diinstruksikan olehnya.

Dia terlihat gelisah, dan membungkukkan tubuhnya sambil terduduk. Menyembunyikan wajahnya di tangan netta yang memakai sarung tangan itu.

"Aku tidak mau musnah sekarang! " ucapannya sudah mulai kacau karena rasa takutnya.

Netta hanya menggelengkan kepalanya melihat ketakutannya itu, dan dia berusaha menenangkannya hanya dengan menepuk-nepuk kecil pundak lelaki itu dan mencoba memberikan sebuah semangat yang dia salurkan dari tangannya itu.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login