Sementara itu Adam tengah bersiap-siap untuk menuju ke Denzel Company. "Kakek apakah harus kita berdua yang datang ke sana?" tanya Leo tak suka dengan ajakan paksa dari sang kakek.
"Kenapa? Kau tak suka ya?" delik Adam.
"Kakek harusnya bisa pergi sendiri tanpa aku atau Kakek boleh suruh Ayah atau asistennya, siapapun itu untuk menemani kakek! Kakek tahu 'kan aku sedang sibuk!" sahut Leo.
"Ya, ya sibuk untuk pergi dengan beberapa wanita. Kakek tak suka ya kalau kau sudah bermain dengan wanita dan mengabaikan pekerjaanmu sebagai CEO!"
"Tapi kakek..."
"Tak ada tapi-tapian, kau harus ikut kakek!" tegas Adam. Leo mencebik kesal tapi tak mampu untuk memprotes lagi. Dia pasrah ketika dia di suruh masuk ke mobil.
Hanya butuh beberapa menit, mereka akhirnya sampai di Denzel Company. Keduanya di sambut oleh sekertaris Axton yang menunjukkan jalan mereka ke ruangan Axton di mana Axton dan Wenda tengah menunggu mereka.
"Selamat datang Tuan Adam," sapa Axton berjalan menghampiri Adam dan Leo. Dia menjabat tangan keduanya, awalnya Leo memperhatikan Axton yang menghalangi pandangannya. Tapi begitu Axton menyingkir dari hadapan Leo, matanya membulat melihat sesosok gadis yang dia kenal.
Gadis gila yang menamparnya kemarin. "Kau?!" ucap Leo terkejut melihat Wenda ada di sana menatap sinis ke arahnya.
"Kau lagi?! Kenapa kau harus ada di sini sih?!" lanjutnya tak menyukai kehadiran Wenda yang menurutnya adalah wanita gila.
Wenda tak menjawab yang ada hanya memutar matanya malas melihat tampang Leo yang angkuh. Adam menyenggol bahu Leo, mau tak mau Leo menatap pada pria tua itu. "Jangan bersikap seperti itu, Wenda memang karyawan di sini."
"Kakek, kenapa kau membawaku ke sini. Kau 'kan sudah tahu bahwa aku membencinya, dia sudah menamparku di dalam rumahku sendiri." tukas Leo.
"Leo?!" Axton memandang pada Leo dan Adam yang tengah beradu argument lalu beralih ke Wenda.
"Kau mengenal Tuan Leo?" tanyanya pada Wenda.
"Ya, dia itu pria angkuh yang sudah kutampar kemarin." jawab Wenda tenang.
"Hei?! Kau sudah menamparku dan sekarang mengatakan hal tersebut sebagai suatu kebanggaan. Kau membuatku malu tahu!?"
Bentakan Leo pada Wenda langsung mendapat kerlingan tajam dari Axton. "Jangan pernah membentak Wenda!" perintah Axton dengan nada datar. Leo merasa tak enak saat melihat Axton menatapnya tajam.
Leo sudah pernah mendengar bagaimana sifat Axton yang dingin dan terbilang kejam jika moodnya sedang tak baik. Tapi melihat tatapan tajam Axton untuk pertama kalinya sukses membuat Leo ketakutan. Apalagi ini adalah pertama kalinya mereka bertemu, sungguh pertemuan yang mengesankan sekali.
"Tuan Axton," ucap Adam berhati-hati memanggil Axton. Axton masih dengan ekspresinya memandang Adam,
"Apa boleh aku berbicara dengan Wenda sebentar?" Axton mengerjapkan matanya. Dia memandang istrinya, apa Wenda mau berbicara dengan Adam atau tidak?
Wenda hanya tersenyum tipis menandakan bahwa dia setuju. "Tentu Tuan, dia akan bicara denganmu." ujarnya. Wenda lalu mendekati Adam dan keduanya berbincang-bincang sembari duduk di sofa.
"Kau," Leo menoleh pada Axton. Kali ini sudah tak ada lagi raut wajah datar dari Axton. "Aku ingin bicara padamu, bisa kita ke balkon," ajak Axton padanya. Walau agak ragu, Leo menurut saja.
"Jadi kau mau bicara apa denganku?" tanya Leo setelah keduanya sampai di balkon.
"Ini menyangkut Wenda," jawab Axton.