Download App

Chapter 43: Apakah Kebenaran Akan Terungkap

Teddy Permana tidak bisa menahan ekspresi kemarahan di wajahnya dan berkata dengan suara tegas, "Karena mereka sudah berani melakukan kejahatan, biarkan mereka masuk penjara. Dan jangan biarkan mereka keluar. Agar mereka bisa mengambil pelajaran panjang di dalamnya."

Rahmi setuju, namun kemudian menambahkan kalimat dengan ragu, "Pak Teddy, bagaimana dengan preman yang sudah kabur? Apakah mereka dilepaskan begitu saja?"

Karena mereka berani melukai Dina Baskoro, tentu saja Teddy Permana tidak mungkin untuk melepaskannya. Teddy Permana berkata dengan sungguh-sungguh tanpa ekspresi, "Teruslah mencari sampai kamu menemukan mereka."

Rahmi mengangguk, "Baik pak, saya akan melakukannya sekarang.

_ _ _ _ _ _

Saat sore hari tiba.

Dina Baskoro memasukkan rekaman video CCTV itu ke dalam tasnya dan membawanya ke kampus.

Ketika melewati papan buletin kampus, Dina Baskoro masih melihat bahwa kertas makalahnya yang palsu itu masih ditempel disana dan saya tidak bisa menahan diri untuk berhenti dan melihatnya

Melihat kertas itu, Dina Baskoro mencibir dengan jijik. "Esai semacam ini seperti tulisan anak SD, jelek banget!"

"Tapi tidak masalah, aku tidak bersalah, aku pasti akan mendapatkannya kembali sendiri!"

Dina Baskoro tidak pergi ke ruang kelas, melainkan langsung pergi ke fakultas Sastra untuk mencari Widodo.

Ketika Dina Baskoro berjalan ke pintu, dia mendengar ada percakapan antara seorang pria dan seorang wanita.

"Pak Widodo, apakah kamu punya waktu malam ini? Aku ingin mengajakmu makan malam bersama, lagipula kita sudah saling kenal begitu lama…"

Widodo tersenyum canggung ketika mendengar ajakan itu dan menolak, "Maaf, aku tidak punya waktu malam ini, mungkin lain kali."

"Kenapa kamu selalu punya waktu, aku sudah bertanya berkali-kali..."

Wanita itu mengeluh, "Pak Widodo, kenapa kamu terus menolakku? Tidak bisakah kamu memberiku kesempatan?"

"Um..." Widodo jelas tidak bisa berkata-kata.

"Aku hanya merasa tak nyaman, orang-orang tidak hanya akan mengira kita makan, tapi juga akan memikirkan yang lain ....."

Mendengarkan dialog ini, Dina Baskoro merasa penasaran untuk mengetahui siapakah wanita yang sedang berbicara dengan Widodo itu. Suaranya familiar.

Jadi Dina Baskoro mengintip dengan rasa ingin tahu dan kemudian terkejut.

Sumber suara itu ternyata adalah profesor nya sendiri, Bu Ajeng.

Dina Baskoro benar-benar tidak menyangka bahwa Bu Ajeng, yang begitu keras dan bisa dibilang kasar, akan memiliki sisi wanita seperti itu.

Dari sudut pandang itu, Dina Baskoro akhirnya menyadari mengapa Ajeng selalu bersikap buruk kepada dirinya.

"Bu Ajeng pasti menyukai, dan memiliki rasa pada Kak Widodo." Dina mencoba memikirkan.

Kemudian Dina Baskoro memperkirakan Ajeng cemburu padanya karena Widodo terlihat sayang dan peduli pada dirinya, makanya bu Ajeng mengincar dirinya seperti ini.

"Aduh…" Dina Baskoro benar-benar pusing, memikirkan semua itu.

Widodo hanya menganggapnya sebagai seorang adik perempuan dan Dina Baskoro juga hanya menganggap Widodo sebagai kakak laki-lakinya. Mereka sudah seperti saudara.

Kenapa Ajeng bisa berpikiran yang aneh-aneh.

Tidak ingin kesalahpahaman ini berlanjut, Dina Baskoro menggelengkan kepalanya, lalu mengetuk pintu dan masuk.

"Kak Widodo, Bu Ajeng." Dina Baskoro menyapa lebih dulu.

Widodo sedang bingung bagaimana cara menolak Ajeng saat itu dan membuatnya pusing. Saat melihat Dina Baskoro, ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah.

"Dina, kamu sudah datang."

Dina Baskoro mengangguk.

Ajeng yang melihat Dina Baskoro datang tiba-tiba cemberut dan merasa cemburu di dalam hatinya.

Lalu tiba-tiba Ajeng menegurnya, "Dina Baskoro, sebagai siswi, jangan suka berkunjung ke ruangan dosen laki-laki setiap hari. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi tentang kamu. Ingat, kamu harus belajar dengan giat untuk tesismu!"

"Oh begitu" Dina Baskoro menjawab santai.

Sambil berpikir dalam hatinya, "Ajeng sangat cemburu sehingga dia menjadi benar-benar buta."

Kemudian, Dina Baskoro mengeluarkan rekaman video CCTV dari tasnya dan menyerahkannya kepada Widodo.

"Kak Widodo, aku telah menemukan seseorang untuk memulihkan video di dalamnya, dan aku telah memeriksanya."

Widodo mengambil rekaman video itu dan bertanya dengan penasaran, "Apakah kamu tahu siapa yang melakukannya?"

"Indah Permata." Dina Baskoro menjawab dengan sangat yakin.

Ajeng penasaran dan bertanya, "Ada apa? Ada apa?"

Widodo meletakkan monitor di atas meja di depannya, dan berkata pada Ajeng, "Bu Ajeng, kertas tesis yang ada di papan buletin itu telah dicuri dan diganti."

Ajeng terkejut saat mendengar itu dan dia bertanya dengan curiga," Benarkah? Bagaimana kamu tahu?"

"Kami telah memeriksa rekaman kamera CCTV dan ada cukup bukti untuk membuktikan bahwa tesis Dina Baskoro memang telah dicuri dan diganti saat itu dan Dina Baskoro mendatangiku hari ini, untuk membantunya membuktikan bahwa dirinya memang tidak bersalah." Mendengar penjelasan Widodo, hati Ajeng bergetar, tetapi wajahnya tidak berubah.

Dia tahu bahwa kertasnya telah diganti, karena bagaimanapun juga dia adalah orang pertama yang melihat kertas Dina Baskoro.

Namun, karena orang itu adalah Dina Baskoro, Ajeng hanya akan membuka satu mata dan menutup mata lain untuk masalah ini.

Pada saat itu, Ajeng hanya mencibir dan mengejek, "Pak Widodo aku tahu bahwa kamu dan Dina Baskoro sudah saling mengenal sejak kecil. Dalam hal ini tentu saja kamu akan membelanya. Tapi, untuk masalah ini sudah banyak orang yang tahu. Bukankah menurutmu itu tidak baik bagimu untuk melindunginya seperti ini? "

Ajeng berkata dengan santai.

Tapi Widodo tiba-tiba menjadi serius, "Bu Ajeng, apakah Anda meragukan profesionalisme saya? Tidak ada siswa yang layak dianiaya seperti ini tanpa alasan!"

Nada bicara Widodo terdengar sedikit marah membuat Ajeng terkejut.

Tidak berani membuat Widodo marah lagi, Ajeng kemudian berkata, "Oke, kalau begitu aku akan memanggil Indah Permata untuk menanyakan tentang masalah ini dan memastikan bahwa ketidakadilan ini benar atau tidak."

Setelah berbicara, Indah Permata dipanggil ke dalam ruangan.

Di saat yang sama, Indah Permata dan Renata Sanjaya sedang ngobrol membahas Dina Baskoro.

Indah Permata berbisik, "Kurasa Dina Baskoro beberapa hari ini, pasti tidak bisa makan dengan baik dan tidur nyenyak, seperti ikan mati."

"Haha, itu yang pantas dia dapatkan, siapa yang memintanya untuk "menulis" kertas semacam itu?"

Renata Sanjaya tersenyum puas seolah semua ini tidak ada hubungannya dengan dia.

Saat ini, pengeras suara di kampus tiba-tiba terdengar, "Indah Permata, tolong segera datang ke kantor..."

Indah Permata tercengang, wajahnya berubah, "Hah, kenapa aku dipanggil ke kantor? Apa yang terjadi? Ada apa ini Renata?"

Setelah berbicara, keduanya terlihat panik.

Renata Sanjaya kemudian memperingatkan Indah Permata dengan hati-hati, "Indah Permata, kamu harus tahu bagaimana melakukannya? Ingat, jangan bicara tentang apa pun, katakan saja kamu tidak melakukan apa-apa. Rekaman video CCTV itu sudah aku bersihkan, mereka tidak akan menemukan apa-apa, jangan khawatir. "

Indah Permata lalu mengangguk paham, "Oke! Aku mengerti"

Kemudian, Indah Permata pergi ke kantor.

Begitu Indah Permata masuk ke ruangan itu, dia melihat Widodo, Ajeng dan Dina Baskoro, ketiganya sudah menunggu dalam ruangan.

Indah Permata berpikir dalam hati, "Apakah tesis itu ketahuan?"

Namun, dia masih mencoba tenang, "Profesor, apakah Anda mencari saya, ada apa?"

Ajeng tidak suka bertele-tele, jadi dia bertanya langsung, "Anda harus sangat jelas menjawab semua ini ya? Indah Permata, apakah Anda akan mengakui kalau anda salah?"

Indah Permata mengerutkan kening dan tersenyum, "Profesor, saya tidak begitu mengerti apa yang Anda maksud, tolong beritahu saya mengapa saya salah?"

Ajeng membetulkan kacamatanya dan berkata dengan dingin. "Dina Baskoro baru saja mengatakan kepada saya bahwa makalahnya telah diganti secara diam-diam sebelum dipublikasikan dan orang yang secara diam-diam mengganti makalahnya adalah Anda."


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C43
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login