Download App

Chapter 14: Berpura-pura Menjadi Kekasih

Melani menatap cermin dihadapannya, mengeryitkan dahinya dengan sedikit menahan rasa gelinya. Bukan karena ia terlihat aneh ataupun konyol, tapi baru kali ini ia tampil berbeda dengan setelan gaun malam yang formal dan sopan.

Warna gaun hitamnya tidak tampak menyeramkan, justru terlihat elegan dan mewah. Belum lagi sepasang sepatu heels, yang tidak terlalu tinggi. Benar-benar membuat Melani berbeda dari gadis sebelumnya, ia menjadi orang lain yang benar-benar berbeda.

Axelle menatap tercengang kearah Melani yang baru saja keluar dari ruang ganti, gadis remaja itu tampak manis dan menggemaskan. Terlihat berbeda dengan penampilannya, aura yang dipancarkan mampu membuat Axelle yang menatap tanpa berkedip.

"Kenapa? Ada yang salah ya dengan pakaian yang kukenakan? Tanya Melani kikuk, sedikit menunduk untuk melihat pakaiannya sendiri.

"Tidak apa-apa, kau terlihat cantik sungguh." Jawab Axelle sungguh-sungguh, dan kali ini Melani yang merona malu dengan pujian Axelle. "Ayo kita segera berangkat, ibuku pasti sudah datang lebih awal." Lanjut Axelle dan meraih pergelangan tangan Melani dengan cepat.

Axelle sudah membawa Melani ketempat mereka akan bertemu dengan seseorang yang teramat penting. Sepanjang perjalanan Axelle tidak hentinya membicarakan mengenai profil dari ibunya sendiri, dan Melani harus dengan cepat menyerap semua informasi yang diberikan.

"Huh... Sepertinya ini akan mudah." Ucap Melani yang sudah turun dari mobil. "Kau yakin sudah mengingatnya? Nama ibuku?" Tanya Axelle yang sudah berada disamping Melani.

"Desi Hariati Gunadi... seorang CEO dari perusahaan emas dan berlian. Seorang yang perfeksionis, keras kepala dan dingin." Jawab Melani cepat.

"Sepertinya aku tidak menjelaskan mengenai hal itu." Axelle tampak bingung dan mengeryitkan dahinya dengan cepat. "Aku membuat kesimpulan sediri, dari semua cerita yang sudah kau jelaskan sepanjang perjalanan. Maaf sekali, tapi sepertinya ibumu seorang tipikan yang seperti itu, bukan begitu?" Tanya Melani kembali dan sudah melangkah bersamaan dengan Axelle.

Axelle tidak membalas perkataan Melani, sedikit memangguk karena memang seperti itu gambaran dari ibunya. Mereka berdua sudah melangkah masuk kedalam restoran mewah, untuk pertama kalinya Melani bisa merasakan sedikit gugup. Membatin dalam hatinya, karena sedikit menyesali harus menerima tawaran dari Axelle.

Seorang wanita dengan setelan baju formal yang tampak resmi, matanya langsung menyorot tajam pada Melani dan Axelle yang baru saja tiba. Desi hadir dengan gaya pakaian yang merupakan rancangan designer terkenal, segera saja Axelle menghampirinya dan memberikan pelukan pada ibunya.

"Mami selalu tiba lebih awal." Ucap Axelle dan tersenyum. "Perkenalkan ini pacar Axelle, namanya Melani." Axelle menunjuk pada Melani yang langsung tersenyum. "Tante Desi, perkenalkan saya Melani." Melani menjulurkan tangannya, berusaha untuk berjabat tangan dengan Desi.

Wanita paruh baya yang masih tampak modis itu, sesaat terdiam dan masih memberikan pandangan dingin yang tidak bisa diartikan oleh Melani. Axelle yang berdeham cukup kuat, membuat Desi akhirnya memutuskan untuk membalas jabat tangan Melani.

Setelahnya mereka bertiga duduk pada meja makan, yang sudah menghidangkan memu pembuka. "Mami? Apa mami tidak ada pekerjaan setelah ini?" Tanya Axelle membuka obrolan mereka.

"Sebenarnya masih ada, mami ada rapat nanti sore. Dan adikmu juga akan tiba nanti malam, bukan?" Ucap Desi dan mulai menikmati hidangan pembuka yang tampak seperti irisan roti yang diolesi dengan mentega.

"Ah ya, akhirnya dia pulang juga." Jawab Axelle tidak begitu semangat.

"Kalian sudah berapa lama saling mengenal?" Tanya Desi dan tatapannya menatap bergantian kearah putranya dan Melani.

"Satu bulan." Jawab Melani. "Tiga bulan." Jawab Axelle.

Keduanya menjawab bersamaan, dan juga saling bertatapan dengan heran.

"Tiga bulan." Ucap Melani kembali, dan sayangnya Axelle pun ikut menjawab bersamaan. "Satu bulan." Jawab Axelle.

Desi memandang dengan kecurigaan terbesar. "Jadi yang benar satu atau tiga bulan?" Tanyanya tegas.

"Satu bulan kami berkenalan berdua, dan setelah itu selama dua bulan kami menjalin hubungan." Axelle menjelaskan dengan cepat, sedangkan Melani menyeringai dengan bingung. "Ya tante, maksudnya seperti itu." Ucap Melani melanjutkan.

Melani sedikit menghembuskan napasnya, hampir saja mereka ketahuan kalau hanya berpura-pura. Entah apa yang terjadi jika seorang Desi mengetahui kisah mereka yang tidak benar.

"Sayang kamu mau makan apa?" Tanya Axelle berusaha mencoba sikap romantis, dan Melani kembali dengan seringai yang ia paksakan.Melani pun membuka buku menunya, memperhatikan setiap deret nama makanan yang tidak bisa ia kenali.

"Mmm... Axelle." Bisik Melani kearahnya, dengan pelan dan Desi masih menatap dengan sorot mata yang mencurigaka. "Kenapa?" Tanya Axelle yang bingung.

"Aku enggak tahu apa-apa, soal makanan ini." Jawab Melani pelan dan kikuk.

Axelle tiba-tiba tertawa, tapi denga segera ia samarkan dengan batuknya. "Kamu enggak apa-apa, Axelle? Kamu sakit?" Desi segera saja menunjukkan kekhawatirannya.

"Aku enggak apa-apa mami, hanya tersedak. Oh ya sayang kita pesan makanan yang biasa kita makan berdua ya." Axelle berusaha mengatur mimik wajahnya senormal mugkin. "Ee... Iya..."Jawab Melani yang ragu dan sedikit gusar.

Dugaan Melani ternyata melesat jauh, Desi Hariati Gunardi bukan seorang wanita biasa. Semua pertanyaan yang ia ajukan diatas normal rata-rata. Banyak sekali selama jamuan makan malam mereka, pertanyaan yang diberikan untuk Melani. Sampai-sampai dia tidak bisa merasakan nikmatnya hidangan makan malamnya saat itu.

Dari pertanyaan umum dan dasar, sampai pertanyaan mengenai dunia politik, berita olahraga, bahkan mengenai "apa yang akan direncanakan Melani untuk masa depannya."

"Axelle." Panggi Desi pada putranya, ia baru saja selesai menyeka ujung bibirnya dengan napkin yang ada dipangkuannya. "Ya mami." Jawab Axelle cepat.

"Mami akan coba bicarakan ini pada keluarga Gumilang, mengenai pembatalan perjodohan kalian berdua. Hmm... Aneh sekali, karena putri mereka pun tampaknya tidak setuju dengan perjodohan ini." Desi menjelaskan seraya mengambil gelas minumnya.

"Oh ya, bagus kalau seperti itu." Ucap Axelle tanpa ia sadari, membuat ibunya menatap semakin aneh. "Bagus? Apanya yang bagus?" Tanya Desi mengulang pertanyaan putranya.

"Maksud Axelle bagus... karena... jadi tidak ada yang merasa saling disakiti. Semua bisa berakhir dengan damai dan bahagia." Axelle berucap dengan kiasannya sendiri, dan hanya dia seorang yang paham dengan maksud dan ucapannya.

Akhirnya makan malam yang menegangkan itu, telah selesai dengan lancar. Melani bahkan bisa merasa oksigen lebih banyak terhirup, ketimbang dengan kehadiran Desi. "Fuhh... Selesai ya." Ucap Melani di dalam mobil Axelle, dan menatap pria disampingnya.

"Jangan lupa untuk sisa pembayarannya." Ucap Melani menyeringai.

"Aku gak nyangka kamu bisa jawab semua pertanyaan ibuku. Dan cukup tangguh, untuk terus lama berada dihadapannya. Ibuku itu orang yang sangat sulit sekali." Axelle terus mengarahkan jalan, karena ia sebelumnya berniat untuk mengantar Melani pulang.

"Memang ibumu orang yang sangat sulit. Tapi untung saja semua sudah berakhir bukan, dan seharusnya kau tidak perlu mengantarku langsung pulang." Ucap Melani dan ia mulai menghapus semua riasan wajahnya dengan selembar tisue, yang ia dapatkan dari dashboard mobil Axelle.

"Kenapa dihapus?" Tanya Axelle sedikit melirik kearah Melani.

"Apa kata orang rumah, kalau melihat wajahku yang penuh dengan make up? Jangankan itu, baju ini saja sudah membuat orang rumah pasti bertanya-tanya." Melani menjawab tanpa menoleh kearah Axelle.

"Sayang sekali, padahal kamu terlihat cantik." Puji Axelle dengan sungguh-sungguh.

"Apa?" Melani menoleh kearah Axelle dengan wajah merona malu.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C14
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login