Download App
100% Kisah Rey

Chapter 2: Pertolongan Yang Tak Terduga

Sehabis dari makam, Rey masih jalan-jalan mengelilingi perkampungan bersama Billy. Di belakang ada dua mobil pengawal yang akan selalu ada dimana pun Billy dan Rey berada.

Rey melihat ke ladang sawah yang padinya sudah menguning, ada juga berbagai macam sayur yang di tanam oleh rakyatnya. Semuanya tumbuh dengan sangat bagus, dan mungkin tinggal nunggu hari untuk di panen.

Mengelilingi kota, kampung, desa, seringkali Rey lakukan secara diam-diam, dia ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kehidupan rakyatnya, jangan sampai dirinya bahagia namun rakyatnya menderita.

Bagaimanapun, tanpa adanya rakyatnya, maka dirinya tak mungkin bisa menjadi raja seperti sekarang. Dan sebagai seorang pemimpin di negara ini, sudah kewajibannya untuk membahagiakan semua rakyatnya, jangan sampai ia menjadi pemimpin yang dholim.

Saat mereka berjalan menuju desa terpencil, tiba-tiba seorang bapak-bapak lari dan menghadang mobilnya. Membuat Billy mengerem mobilnya secara mendadak.

"Tuan ... Tuan, tolong saya," pinta seorang bapak-bapak memohon.

Rey pun segera membuka jendelanya, "Ada apa?" tanya Rey dengan suara dingin. Tentu bapak itu tak akan tau, siapa Rey sebenarnya. Karena selama ini Rey hampir tidak pernah menunjukkan jati dirinya di depan publik. Ia ingin bekerja di balik layar, hanya orang-orang tertentu saja yang tau bagaimana wajahnya.

Selama ini rakyatnya hanya tau, nama Rey saja tapi tidak dengan wajahnya.

"Tuan, bantu saya. Istri saya mau melahirkan, Tuan. Tapi kami tidak punya kendaraan untuk membawanya ke rumah sakit," kata bapak itu dengan wajah yang sangat melas.

"Tuan, biar saja yang keluar. Tuan tetap berada di dalam mobil, saya takut ada mata-mata tersembunyi di daerah sini," ujar Billy memberitahu.

"Baiklah, tolong bantu dia. Jangan sampai istrinya kenapa-kenapa," perintah Rey.

"Baik, Tuan." Billy pun langsung keluar dan mengunci pintunya dari luar agar tak ada yang berani memasukkan mobil tersebut selama dirinya gak ada.

Rey pun menutup kembali jendelanya lalu menelfon seseorang untuk membuat puskesmas di daerah terpencil, dan ia ingin bulan depan puskesmas itu sudah ada.

Hanya dengan memberikan satu perintah saja, maka orang-orangnya akan langsung melakukan apa yang Rey ucapkan.

Sambil menunggu Billy datang, ia pun sibuk melihat data di tab tentang peningkatan usaha di bidang perikanan. Sungguh, Rey tersenyum melihatnya. Ia bangga usaha ikan yang ia rintis enam bulan lalu kini sudah mulai bisa di panen dan bisa memberikan banyak manfaat di sekitar sana.

Tak sia-sia, pendidikan yang di berikan oleh ayahnya, tak sia-sia perjuangan dan pengorbanan dia dulu saat menuntut ilmu hinggap kehilangan masak kanak-kanak karena terlalu serius belajar.

Kini ia bisa memaafkan ilmu yang ia punya untuk bisa menolong banyak orang.

15 menit kemudian, Billy pun datang.

"Gimana?" tanya Rey singkat, jelas dan padat

"Kini Ibu Delima sudah di bawa ke rumah sakit bersama sang suami. Mereka ke sana di antar langsung oleh pengawal kita. Karena jika menunggu orang kita ataupun nunggu ambulans datang akan menyita banyak waktu sedangkan saya melihat Ibu Delima sudah seperti mau melahirkan. Jadi saya meminta pengawal kita untuk mengantar mereka ke sana dan mengurus administrasi di sana," jawab Billy panjang lebar.

"Jadi sekarang hanya ada satu mobil yang mengikuti kita?" tanya Rey.

"Iya, Tuan. Tapi nanti di persimpangan depan, akan ada pengawal lain yang menunggu kita di sana dan akan menggantikan posisi Pak Beni yang mengantarkan Ibu Delima ke rumah sakit. Mereka kini masih dalam perjalanan, namun saya pastikan mereka sudah ada di sana saat kita sudah sampai di persimpangan depan," sahut Billy.

"Baiklah." Lalu mereka pun melanjutkan perjalanan menuju pulang karena hari mulai malam.

Saat mereka masih dalam perjalanan, tiba-tiba Hp Rey berdering.

"Assalamualaikum, Bun," sapa Rey lebih dulu.

"Waalaikumsalam, Nak. Kamu di mana?" tanya sang ibunda ratu.

"Ada di jalan, Bun. Mau pulang," jawab Rey lembut.

"Oh gitu, iya sudah hati-hati di jalan. Bunda sudah memasak menu makanan kesukaanmu," ucap Ibunda Ratu.

"Iya, Bunda. Mungkin sejam lagi kami sampai," jawab Rey.

"Baiklah."

Setelah mengucapkan salam, Rey pun menaruh Hp nya kembali dan fokus ke tab.

Walaupun di istana mempunyai banyak pelayan, namun sang ibunda ratu masih saja suka pergi ke dapur untuk memasak kesukaan putranya.

Walaupun kini Rey telah berkepala tiga, namun Sang Ibunda Ratu selalu menganggap Rey seperti dulu saat masih kecil. Yah, seorang ibu memang akan selalu mencintai putranya, tak peduli jika putranya sudah dewasa, ia akan selalu memanjakannya.

"Billy, persiapan besok keluar kota sudah kamu siapkan?" tanya Rey.

"Iya, Tuan."

Walaupun Rey suka keluar kota, namun ia selalu mengusahakan pulang saat itu juga saat urusan sudah selesai. Ia tak bisa meninggalkan sang ibunda ratu lama-lama di istana. Walaupun semua orang di istana adalah kepercayaannya, namun tetap saja tidak membuat dirinya tenang jika berjauhan dengan sang ibunda ratu.

"Nanti setelah mengantarkan aku pulang, kamu jangan lupa istirahat. Jangan sampai kamu kurang istirahat dan membuat dirimu jatuh sakit. Karena kita harus selalu sehat agar terus bisa menjadi kekuatan untuk banyak orang," ucap Rey memberi perintah. Billy tinggal di istana sama seperti Rey, hanya saja kamar Billy dan Rey cukup berjauhan. Maklum istana itu sangatlah besar bahkan ada 99 kamar. Sehingga, walaupun mereka tinggal di istana yang sama, tapi jika ada keperluan, mereka harus nelfon dulu untuk ketemuan di ruang mana.

Memang sejak Billy resmi jadi asisten pribadi Rey, Billy tinggal di istana untuk melindungi Rey dan sang ibunda ratu. Di sana ada begitu banyak cctv kecil, yang Billy taruh di berbagai tempat yang tak ada yang tau, kecuali dirinya dan Rey. Semua itu ia lakukan demi keselamatan bersama sehingga jika ada orang yang mencurigakan, mereka langsung tau.

Sesampai di istana, Rey langsung masuk ke dalam, "Assalamualaikum, Bunda," sapa Rey sambil mencium tangan sang bunda yang menunggu dirinya di ruang tamu.

Sedangkan Billy, ia langsung memarkirkan mobilnya lalu menuju kamarnya sendiri untuk bersih-bersih tubuhnya yang sudah kerasa lengket setelah itu ia akan sholat, lalu makan malam, lanjut mengerjakan berkas kantor dan setelah itu istirahat.

Billy tak butuh waktu banyak, ia cukup memerlukan waktu tiga jam untuk istirahat.

"Waalaikumsalam. Gimana pekerjaannya?" tanya Bunda penuh dengan perhatian.

"Alhamdulillah lancar, doakan aku terus ya Bun, semoga aku bisa selalu mengemban tugas ini dengan baik sampai kelak di gantikan oleh generasi selanjutnya.

"Aamiin. Bunda akan Della mendoan kamu sayang. Iya sudah, sekarang kamu mandi, viar bunda menghangatkan dulu makanan kamu yang sudah dingin,"

"Gak perlu di hangatkan bun, aku suka yang dingin. Aku mandi dulu sebentar." Lalu Rey pun pergi ke kamarnya untuk mandi, lalu ia segera sholat dan langsung menghampiri sang bunda lagi yang setia menunggunya.

Lalu mereka menuju ruang makan untuk makan malam. "Lain kali, jika aku pulang telat, Bunda makanlah lebih dulu, jangan nunggu aku," ucap Rey.

"Bunda tak suka makan sendirian. Lagian bunda lebih seneng jika makan di temani kamu seperti ini," sahut Bunda yang membuat Rey hanya geleng-geleng kepala.

Begitulah sang bunda ratu, kadang ia rela menahan lapar menunggu putranya agar bisa makan malam bersama. Sama seperti saat serapan pagi, mereka selalu makan bareng. Hanya di siang hari aja, mereka makan di tempat yang berbeda.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login