Download App

Chapter 3: KMAS 3 Kedatangan Tamu Terhormat

Tivanni sudah menyelesaikan lagunya dan tepukan tangan riuh menggema. Ada banyak orang yang begitu menyukai Tivanni. Setahu Cleine sangat susah membuat Tivanni mau datang ke sebuah acara apalagi acara reuni sekolahnya. Harga Tivanni untuk sekali pertunjukkan sangatlah mahal.

"Para Hadirin, selamat datang pada acara reuni akbar tahun ini. Silakan dinikmati makanan dan minuman yang sudah disediakan. Kali ini kita mendapatkan sokongan dari Tuan Trevas sehingga acara dapat terselenggara begitu meriah. Mari kita beri sambutan yang meriah untuk Tuan Trevas."

Pembawa acara menyampaikan beberapa patah kata yang tidak begitu diminati oleh Cleine. Cleine memilih berjalan ke arah jendela besar yang membawanya ke arah tempat dimana dia bisa melihat banyaknya kendaraan mewah yang diparkir rapi di bawah sana. Sebagai teman malamnya, ia membawa segelas anggur merah yang rasanya begitu berbeda. Cleine melihat cairan berwarna merah itu dan meneguknya sedikit demi sedikit.

Acara di dalam masih meriah dan semakin meriah saja. Sayangnya Tivanni tidak mucul jadi Cleine enggan untuk masuk lagi. Cleine belum menemukan teman sekelasnya, hal itu wajar karena terlalu banyak orang yang ada di acara ini. Cleine menghabiskan satu gelas anggurnya dan dirinya menghampiri pelayan yang sedang membawa minuman. Entah ada berapa ratus orang yang ada di dalam sana.

Cleine mengambil satu, "terima kasih."

"Sama-sama, Nona." Pelayang pria itu tampak tersenyum dan enggan meninggalkan Cleine yang tampak cantik. Akan tetapi ada orang yang memanggilnya, mungkin ia akan menghampiri gadis itu lagi nanti.

Tidak terasa Cleine sudah menghabiskan tiga gelas anggur dan dirinya hanya termenung menatap kosong ke depan. Balkon adalah tempat paling sepi yang bisa ia temukan. Kepalanya pening jika berada di tempat yang ramai, sedangkan acara semakin meriah saja. Cleine menikmati anggur di gelas keempatnya. Mata Cleine terpejam menikmati setiap tetes anggur yang mampir ke lidahnya baru ia telan setelahnya. Begitu nikmat. Bisa jadi ini adalah anggur terbaik yang pernah Cleine rasakan semasa hidupnya.

"Hai, Nona apa yang kau lakukan di tempat sepi seperti ini?"

Cleine membuka matanya dan membalik tubuhnya. Seorang pria dengan setelan jas mahal tampak berjalan mendekat.

"Aku tidak mengenalmu." Cleine mengatakan apa yang ia pikirkan.

"Aku mungkin lulus beberapa tahun diatasmu." Pria tadi duduk di balkon meskipun kakinya masih ia gunakan sebagai tumpuan.

"Aku bahkan belum menemukan satupun teman sekelasku, apa mereka tidak datang?" Cleine tertawa dan itu membuat pria yang ada di dekatnya ikut tertawa, tanpa suara.

Cleine melihat pemuda di depannya dengan sungguh-sungguh, berusaha mengingat kalau pemuda itu berada satu atau dua tahun di atasnya seharusnya ia bisa mengingat, karena untuk ukuran manusia orang di depannya cukup tampan dengan tubuh yang terpahat sempurna. Seharusnya ketika masa sekolah dulu orang di depannya merupakan idola sekolah. Roland bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan pria asing yang ada di depannya.

"Kau hanya belum berusaha untuk mencari mereka."

"Bisa jadi." Cleine meminum anggurnya sedikit lalu menatap ke tempat lain, yang penting tidak ke arah pemuda di dekatnya itu.

"Apa yang kau lihat?"

"Mobil. Ada banyak mobil di bawah sana." Cleine menunjuk tempat yang digunakan sebagai tempat parkir.

"Apa salah satunya adalah mobilmu?" Pria berjas hitam bertanya sambil berjalan mendekat.

"Tidak, aku naik taksi."

"Dari sekian banyak orang di tempat ini, aku tiba-tiba tertarik dengan dirimu. Padahal jika dilihat-lihat kau wanita yang tidak menarik. Beruntung kau cantik."

"Bagaimana caranya tertarik dengan orang yang tidak menarik?" Cleine bertanya. Tidak ada rasa tersinggung di hati Cleine.

"Mari kita cari tahu." Pria yang tidak diketahui namanya itu mengambil minuman Cleine dan meletakkannya di pagar balkon yang kebetulan memiliki sisi yang lebar untuk tempat minuman milik Cleine.

Tidak ada perlawanan dari Cleine ketika pria itu merebut minumannya. "Mau berdansa denganku?"

Cleine menerima uluran tangan pria di depannya yang mengajaknya untuk berdansa. Memang ini adalah waktu di mana banyak para tamu yang melakukan dansa bersama pasangannya mereka. Meskipun tidak berada di dalam, mereka masih bisa mendengarkan musik pengiring dengan sangat baik.

"Aku sebenarnya tidak bisa berdansa." Cleine mengatakan kekurangannya kepada orang asing yang sedang menyentuh pinggangnya.

"Kau hanya perlu mengikuti irama dan tidak usah memikirkan hal lainnya. Aku cukup kuat untuk menerima injakan dari kakimu."

Pipi Cleine bersemu merah, setengah malu dan setengah mabuk. Mereka menyelesaikan satu lagu tanpa banyak berbicara. Kepala Cleine sudah mulai pening dan ia ingin pulang.

"Kau pucat sekali. Sakit?"

"Tidak. Aku baik-baik saja. Sepertinya aku harus pulang."

"Aku antar."

"Tidak usah. Rumahku dekat." Cleine menolak kebaikan orang di depannya.

"Siapa namamu, Miss. Namaku Areez." Pria bernama Areez memperkenalkan dirinya kepada Cleine.

"Apa perlu kita berkenalan?" Cleine tampak tersenyum manis, ketika nyawanya sudah berada di ujung tanduk ia tidak mau menambah daftar kenalan. Itu akan sangat merepotkan jika dirinya meninggal. Lebih baik tidak ada yang datang ke acara pemakamannya.

"Aku bisa mencari tahu kalau kau mau kuantar pulang." Areez meraih tubuh Cleine dan menggiringnya menuju ke luar gedung tempat diselenggarakannya acara reuni akbar.

"Kau cukup nekat, Areez." Cleine yang sudah pusing mau saja dibawa oleh Areez menuju ke mobilnya.

"Kau terlihat mabuk."

"Sedikit." Dengan cepat Cleine menjawab lalu tertawa kemudian.

Cleine tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan dirinya. Ia tidak tahu mengapa dirinya mau saja diajak satu mobil dengan pria asing yang tidak ia kenal. Areez hanya mengaku sebagai kakak angkatannya yang entah berada di tahun keberapa. Dari penampilannya Areez tampak masih sangat muda.

Di dalam mobil, Cleine duduk dengan sangat nyaman. Sopir membawa mereka membelah jalanan, karena terlalu lelah dan efek alkohol Cleine tertidur lelap sesaat setelah duduk di kursi penumpang. Areez tampak mengamati Cleine dengan rasa ingin tahu yang sangat besar. Ada yang aneh dengan wanita yang ada di dekatnya. Keanehan itu yang membuat Areez ingin mengenal Cleine lebih dalam.

"Tuan, kita akan kemana?"

"Ke Apartemenku yang terdekat." Areez menjawab dengan suara seraknya. Areez sebenarnya sedang sakit flu dan terpaksa menghadiri acara membosankan yang sebenarnya ingin sekali ia buang dalam daftar kegiatannya. Akhirnya ia malah datang dan menemukan Cleine yang tampak tidak berminat dengan dirinya, padahal ada banyak orang yang dari tadi mengamatinya dan memujanya sejak pertama kali masuk ke gedung acara dilangsungkan. Ego Areez sedikit terusik dengan keberadaan Cleine yang terlihat sama sekali tidak mempedulikannya sedikitpun.

"Baik, Tuan Trevas."

Areez kembali menatap wanita yang tidak ia ketahui namanya. Diam-diam ia mengambil dompet kecil milik Cleine lalu mencari kartu identitasnya. Areez menemukan beberapa lembar uang dan kartu debit dan kredit. Tapi tidak menemukan kartu identitas milik Cleine. Tapi di salah satu kartu debitnya terdapat nama Cleine Agnella Foster. Itu sudah cukup bagi Areez untuk mengetahui kehidupan orang yang tengah tertidur pulas di dekatnya.


CREATORS' THOUGHTS
EsterinaAllen EsterinaAllen

Apakah cerita ini begitu kalian nantikan? kalau iya jangan lupa mendukungku ya, supaya Ester semangat.

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login