Download App

Chapter 56: Seperti Itu : Bagian 5

Sesampainya disana, aku melihat banyak bunga yang ditaruh di tempat yang terlihat seperti pot dari tanah, selain itu cukup banyak bunga yang bermekaran disini.

Sangat tepat untuk disebut sebagai kebun pribadi, selain itu aku melihat tempat bersantai, serta satu meja dan dua kursi didepanku.

Rambut pirang terurai miliknya benar-benar indah jika dilihat pada malam hari, penerangan tempat ini hanya berasal dari bulan, tapi ini cukup aneh. Bulan disini jumlahnya ada dua, tapi sepertinya sinarnya tidak jauh lebih terang dari bulan yang di bumi, malahan satu bulan yang bersinar sangat terang sedangkan bulan satunya terlihat redup, apa jangan-jangan bulan satunya hasil buatan manusia atau sejenis lainnya.

Didalam kepalaku hanya sedang memikirkan hal itu.

Setelah itu, Pastrea tampak memberiku tanda untuk diam. Lalu dia berjalan perlahan menuju kearah Fredella. Kurasa penjagaan Fredella sedang lengah sehingga dia tidak menyadari keberadaanku.

" Fredella sama, saya Kembali. "

" cepat juga kau Pastrea, isi lagi dong. Hufft. "

Dia tampak sedikit manja pada Pastrea. Kurasa memang pastrea itu teman baik Fredella.

" Fredella sama, saya belum mendapatkan lagi persediaannya. "

" eh, apa habis kah ?, ya sudah aku tidur saja. "

" anda yakin ingin bersantai ditempat seperti ini. "

" habis mau apalagi, aku juga bingung mau ngapain. "

" apa anda tidak ingin bertemu dengan Raven sama ? "

" tidak tidak tidak, jangan katakan nama itu lagi untuk saat ini Pastrea. "

Sepertinya dia memang ngambek padaku, tapi gara-gara apa ya…

Apa jangan-jangan…

Dia tahu kegiatanku tadi dengan Nee sama….

" Fredella sama, mau sampai kapan anda bersikap kekanak-kanakan seperti ini. tinggal katakan saja apa yang ingin anda katakan. "

" tidak tidak tidak, aku malu ketemu dengannya, aku tidak bisa menunjukkan wajahku saat ini. "

" memangnya ada yang aneh pada wajah anda ? "

Tampaknya Pastrea sengaja menunjukkan ku sisi lain Fredella padaku.

" tidak ada sih, tapi entah kenapa aku malu bertemu dengannya,,, muuuuuuu.... "

" padahal wajah anda sangat memerah seperti itu, apa anda jatuh cinta padanya ? "

Sudah kuduga, Pastrea memang sengaja. Aku hanya sedikit menunjukkan senyuman kecil saat Pastrea mengedipkan matanya padaku.

" tidak mungkin, dia itu bodoh dan nekat, bagaimana bisa aku suka dengan orang seperti itu. "

" anda yakin mengatakan hal itu kepada saya. "

" kenapa dari tadi kau selalu membahasnya Pastrea… "

" karena anda sendiri yang mulai membicarakan beliau awalnya bukan. "

" ya, memang aku sih. "

" selain itu, alasan anda bersikap seperti ini karena beliau juga bukan. "

" iya-iya maafkan aku kalau begitu, aku tidak tahan saat memikirkannya saat tahu kalau dia begitu kuat. "

Kurasa Pastrea itu tipikal wanita kejam, mungkin saat Fredella sadar akan kehadiranku bisa saja dia pingsan seketika.

" saya rasa anda memiliki banyak kekaguman pada beliau bukan ? "

" ya, begitu sih. "

" termasuk saat anda ingin dikalahkan oleh seseorang yang lebih kuat dari anda tanpa memandang jenis kelamin bukan. "

" iiya… "

" kenapa anda tidak mengatakan hal itu langsung kepada beliau ? "

" itu karena aku malu, bagaimana bisa aku bilang di depannya secara langsung kalau aku ingin dikalahkan olehnya, itu terkesan seperti aku menembaknya dan aku menyukainya. "

" tapi anda memang menyukainya bukan, apalagi saya rasa perkataan anda barusan itu saya rasa sudah sangat jujur. "

" tidak mungkin, itu hanya perasaanmu saja. "

" kalau begitu, misalkan saya membawa Raven sama kesini apa anda mau menemuinya ? "

" jangan konyol Pastrea, tentu saja aku akan kabur dengan cepat. "

" anda ini, kenapa hendak kabur dari beliau ?. "

" tentu saja karena…. "

Sebelum Fredella melanjutkan perkataanya, Pastrea pun memberikan aba-aba kepadaku untuk segera berbicara.

" dan seperti itulah Raven sama… "

Dengan sebuah ucapan kecil dari Pastrea, Fredella pun terdiam seketika.

" eh... "

Fredella tampak kaget karena hal itu.

" benar bukan, Raven sama. "

Pastrea malah menambah minyak ke dalam api.

" tunggu sebentar. "

Fredella tampak kehilangan ketenangannya. Lalu dia pun mulai berdiri dan melihat kebelakang.

" Eh, sejak kapan…. "

Fredella melanjutkan perkataannya.

" dari tadi sih. "

Ucapku agar memeriahkan suasana.

" tapi kenapa ? "

Perasaan bercampur aduk terlihat dari muka Fredella.

" saya membawa beliau kesini. "

Pastrea mulai menjelaskan situasinya.

" kenapa dia bisa ada disini Pastreaaa… "

Fredella segera mendekati Pastrea dan bersembunyi dibelakangnya.

" Fredella sama, kenapa anda sembunyi ? "

" apa kau bodoh. "

Mereka berdua sekarang tampak asik dengan dunianya sendiri.

" ano, jika aku menganggu. Aku bisa pergi kok, tenang saja. "

Aku pun segera membalikkan badanku dan hendak pergi meninggalkan mereka.

" Fredella sama, Raven sama akan beneran pergi lho, apa anda yakin ? "

Pastrea tampak mencoba meyakinkan tuan putrinya itu.

" hmmm…. Hmmmm…m , aku tidak tahu. "

" kesalahpahaman ini bisa berlangsung lama lho. "

" tidak peduli. "

" mungkin saja ketika beliau pergi, sudah mendapatkan wanita lain. "

" biar saja. "

" apa susahnya untuk jujur sesaat saja ? "

" baiklah kalau begitu. kau begitu memaksa. "

Fredella mulai berteriak dengan keras.

" tunggu sebentar Raven, tunggu… "

Aku mendengar kalimat itu dengan jelas.

" begitu ya, jadi sekarang Fredella apa yang kau inginkan ? "

Aku mencoba membalikkan suasana canggung sebelumnya.

" ehh…, etto…. Bukankah kau sendiri yang datang kesini, ada urusan apa kau mencariku ? "

Perkataannya terdengar sangat kaku.

" oh, benar juga. Aku memang sedang mencarimu. Meski agak aneh untuk ku ucapkan, tapi kurasa aku sedikit khawatir padamu tadi. Tapi kurasa kau baik-baik saja. "

" ehh…, mungkin perasaanmu saja, aku sehat-sehat saja kok….. "

Entah kenapa, aku yakin dia sedang ngambek atau sedang marah padaku tapi karena kejadian sebelumnya dia jadi tidak tahu ingin bersikap seperti apa kepadaku.

" meski aku tidak tahu harus berbuat apa, tapi setidaknya maafkan aku. "

Aku membungkukkan badanku padanya.

Jika dilihat-lihat, posisiku saat ini seperti sedang menyatakan cinta pada seseorang, tapi bodolah. Meminta maaf merupakan cara yang paling efektif pada situasi seperti ini.

Setelah menunggu beberapa saat, aku mendapat respon yang kuanggap cukup aneh.

Wajah Fredella dan Pastrea terlihat menunjukkan ekspresi terkejut saat melihatku.

" ano, apa ada yang salah ? "

Aku mencoba mencari jawaban diam mereka.

" bukan begitu, tapi kenapa kau tiba-tiba meminta maaf ? "

Fredella mengucapkan hal itu dengan nada terkejut.

" ya, karena aku merasa telah berbuat salah. Meski aku tidak tahu dimana letak salahnya sih. "

" begitu ya, hmmm… ya kau kumaafkan kok. "

Seakan mendapatkan hasilnya, Pastrea menunjukkan senyuman kemenangan.

" ketimbang itu, Fredella boleh aku duduk. Kaki ku sedikit pegal jika berdiri terus. "

" tentu, boleh kok. "

Kami berdua pun segera duduk di kursi terdekat.

" jadi, apa yang ingin kau bicarakan ?. "

Fredella memulai nya.

" ah soal itu, aku hanya sedang mencari udara segar. "

" kukira Fazela tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja ? "

" yah, mungkin saja dia disibukkan dengan hal lain. "

Tentu tidak mungkin aku mengatakan kalau telah melakukan hal itu dengannya.

Pastrea segera menyiapkan dua gelas untuk kami dan menuangkan cairan yang berwarna merah muda itu.

" Pastrea…. "

Fredella mulai mengerti soal kebohongan Pastrea sebelumnya.

" Saya menemukan satu botol yang masih utuh, kesalahan saya karena tidak menyadari hal itu. "

" heh… "

Fredella hanya bisa menghela nafas akan perbuatan salah satu pelayannya itu.

Saat kuingat baik-baik, meski usia ku sudah 20 tahunan, tapi aku sama sekali belum pernah minum minuman keras. Aku terus memandang warna merah itu.

" ada yang aneh kah Raven sama ? "

Pastrea menanyakannya padaku.

" ah, bukan apa-apa. Ano Pastrea, bisakah aku meminta teh atau susu panas saja. Aku belum pernah meminum hal seperti ini sebelumnya. "

" heeee…., kau belum pernah minum sekalipun ? "

Fredella tampak kaget dengan ucapanku.

Pastrea pun menunjukkan ekspresi yang sama.

" apa ada yang salah ?, ditempatku sebelumnya harganya cukup mahal untuk kantongku, jadi aku tidak pernah membelinya. "

Aku mencoba menjelaskannya.

" tidak mungkin, kau itu bangsawan Romanova lho, tidak mungkin kau belum pernah membelinya, apa kau sedang bercanda lagi Raven ?. "

Ah begitu ya, ingatan ku baru kembali beberapa saat lalu. Aku sepertinya salah menjelaskan situasinya.

" aku mengerti, yah intinya aku sama sekali belum pernah meminum itu dan saat ini sedang tidak berminat. "

" begitu ya…. "

Fredella tampak melamunkan sesuatu.

Pastrea tiba-tiba berbisik pada Fredella.

" Ojou sama, selain kuat beliau juga masih polos, anda mendapatkan barang langka. "

" apa maksudmu, aku tidak berpikir sampai sejauh itu. "

" saya tahu beberapa metode untuk menaklukkan tipe seperti beliau. "

" hentikan, aku tidak mau mendengar saran darimu. "

Saat melihat mereka sedang asyik berbisik, aku bisa memastikan bahwa dunia pribadi para wanita itu cukup kejam ya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C56
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login