Download App

Chapter 34: Bab 24

Tia menatap kedatangan Lalita dengan raut kesal. "Kamu pergi kemana kemarin Lalita!". Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Kamu tahu Ramond kemarin menunggumu sangat lama dan aku tidak bisa menemukan sahabatku yang mendadak pergi entah kemana. Aku menunggumu tapi kamu tidak kunjung kembali ke ruangan kita dan kabar baiknya kamu sangat beruntung karena Hendri yang biasanya suka berkeliling kemarin mendadak pulang cepat karena sesuatu. Aku peringatkan Lalita agar kamu berhati-hati kamu belum lupa dengan peraturan perusahaan kita yang sangat super duper ketat' kan. Sebagai sahabat yang menyayangimu aku tidak ingin kamu dalam masalah Lalita.

Lalita diam saja tidak mempedulikan sahabatnya yang terus mengomel dengan kecepatan diatas rata-rata alias berbicara tanpa jeda tanpa titik. Lalita mengabaikan Tia dan sibuk bekerja dengan komputernya. Hari ini Lalita harus segera menyerahkan sebuah laporan penting pada Hendri.

Tia yang sadar dirinya diabaikan, membentak Lalita kesal. Apa kamu tidak mendengar satupun yang aku katakana. Disini aku sangat mengkhawatirkanmu tapi kamu bersikap tidak peduli. Ada apa denganmu Lalita?, dulu kamu tidak seperti ini, kemana gadis kunoku dengan segalah keanehannya, kamu terlihat berbeda semenjak pulang dari Sukabumi, cara berpakaianmu tidak seperti dirimu, dulu kamu selalu berpakaian seperti orang zaman 80an. Lihat dirimu sekarang, pakaianmu terlihat mahal dan sangat modis.

Lalita menatap Tia sebentar. Sudahlah Tia, aku harus menyelesaikan pekerjaanku, sana usir Lalita, kamu tidak ingin Hendry mempergoki kita mengobrol dan memberi kita berdua teguran tertulis.

Tia duduk di kursinya dengan menatap kesal sahabatnya itu. Kamu harus cerita dari mana kamu membeli dressmu aku sangat menyukainnya dan ingin membelinya juga.

Lalita memutar bola matanya. Kalau kamu mau besok aku akan memberikan dress ini untukmu. Sekarang apa kamu puas?.

Tia tersenyum senang, benarkah sayang mata Tia berbinar bahagia. Aku sangat senang tapi kamu tetap harus memberi tahuku dimana kamu membelinya. Apa harga dress ini mahal?

Lalita menghela napas. Sudahlah Tia, kamu berisik sekali pagi ini. Kamu tahu aku tidak pernah membeli pakaian yang mahal, dress ini pemberian seseorang. Aku harus menghemat jadi sekarang mulailah bekerja Lalita mencubit gemas pipi Tia dan berhenti cemberut

Tia menopang dagunya menatap Lalita yang sibuk mengetik di komputer. Kamu tahu Lalita, kemarin Ramond terlihat sangat kecewa dan sedih. Karena tidak bisa bertemu denganmu. Tampaknya Ramod sangat merindukanmu sayang. Menurutku kamu harus segera menghubungi Ramond, Lalita. Apa kamu sudah membeli phonsel baru?

Lalita mengeleng, belum. Aku belum sempat pergi untuk membelinya, nantilah, aku masih ada banyak urusan Tia. Oke selesai Lalita bersorak gembira karena pekerjaannya selesai tepat waktu. Aku ke ruangan Hendry dulu mau nyerahin laporan ini tunjuk Lalita.

Lalita mengetuk pintu ruangan Hendry.

"Masuk!". Hendry menatap kesal Lalita. Kamu bisa mengantarnya langsung ke ruangan CEO. Sana pergi

"Aku". Maksud saya, kenapa harus aku?

Hendry menatap malas Lalita yang terlihat bingung. Sudahlah Lalita lakukan saja, pergi sana, usir Hendry

Lalita berjalan gontai. Apa-apaan Lardo batin Lalita. Bagaimana kalau Hendry curiga karena aku terlalu sering bolak balik ruangan CEO. Apa Lardo tidak memikirkan hal itu. Bagaimana kalau orang-orang mulai bergosip. Lalita mengoceh sepanjang jalan menuju lift.

"Kamu sudah datang Lalita, sapa Robi di depan pintu ruangan Lardo. Aku baru saja ingin menyusulmu. Kamu tahu bajingan itu sudah menanyakanmu berkali-kali. Padahal baru pagi tadi kalian bersama-sama. Robi mengelengkan kepala. Sekarang ayo masuk. Jangan membiarkan bajingan itu mengamuk dan membuat hariku yang buram ini semakin menjadi suram.

Lalita tersenyum dengan tingkah Robi. Apa kamu lihat tatapan Sida tadi?, bisik Lalita ditelinga Robi. Tepat saat pintu terbuka

"Kamu sudah datang!". Lardo menatap tajam Lalita.

"Ada apa lagi ini pikir Lalita. Kenapa Lardo menatapku seperti itu?".

Kamu bisa duduk Lalita perintah Lardo. Aku akan membahas masalah pekerjaan dengan Robi. "Lalita mengangguk patuh".

Lalita bingung harus melakukan apa, sudah hampir satu jam ia hanya duduk. Lardo dan Robi tampak berdebat seru membahas masalah pekerjaan. Lalita menghela napas panjang merasa bosan hanya duduk dan mendengarkan pedebatan mereka. Lalita memperhatikan ruangan Lardo dengan cermat, ruangan ini sangat luas dan bernuansa gelap. Apa Lardo sangat menyukai warna gelap pikir Lalita. Kamar di mansion orangtuanya juga yang di apartemen juga bernuansa gelap.

Lardo mengecup leher belakang Lalita. Apa yang sedang kamu lamunkan sayang. Kamu tampak sangat asik melamun sampai tidak menyadari kedatanganku.

Lalita menoleh, hanya sedang berpikir apa anda sangat menyukai warna gelap sir?.

Lardo menaikan alisnya, humm.., "kenapa bertanya?"

Lalita mengeleng tidak apa-apa sir. Lalita tidak melihat keberadaan Robi. Jadi mereka sudah selesai membahas masalah pekerjaan dan aku tidak menyadarinya. Aah kenapa aku bisa lupa batin Lalita. Sir saya harus menyerahkan laporan ini.

Lardo mengambil laporan dari tangan Lalita, meletakannya di meja. "Sida masuk tanpa mengetuk pintu. "Lalita yang terkejut dengan kedatangan Sida langsung mendorong dada Lardo menjauh".

"Lain kali ketuk pintu sebelum masuk Lardo menatap tajam Sida, yang membawa tiga cup minuman.

"Maaf sir saya_____".

"Letakkan dan keluar! Bentak Lardo"

"Wooo….Robi bersiul. Ada apa ini bos, kenapa kau membentak Sida?, Sida keluar sambil menangis tadi.

"Tutup mulutmu Robi bentak Lardo. Habiskan minumanmu setelah itu kita lanjutkan pekererjaan kita.

Robi menatap Lardo kesal. Anda kembali menjadi bos yang workolic. Robi mendekati Lalita yang masih setia duduk di sopa panjang, Lalita sayang!, bisakah kamu membuat bos tampanmu ini sedikit bersantai, kamu tahu selama satu jam mendiskusikan masalah pekerjaan bersamanya membuatku menua lima tahun. Perawatan wajah yang aku lakukan berasa percuma jadinya

Lalita melongo, jadi wajah tampanmu ini karena perawatan, pantas saja kulitmu terlihat seperti kulit bayi, untuk ukuran cowok kulitmu terlalu halus. Lalita mencoba menyentuh wajah tampan Robi.

"Apa yang ingin kau lakukan Lalita?", suara Lardo mengelegar marah

Lalita menurunkan tangannya. Mengigit bibir ketakutan.

Robi tidak mempedulikan kemarahan Lardo. Melanjutkan dengan berbisik pelan di telinga Lalita. Aku akan mengajakmu ke dokter wajahku kalau kamu mau, dan kau bisa melakukan perawatan dengan semua perawatan terbaik dan termuktahir seperti mengunakan serum DNA ikan salmon untuk meremajakan wajahmu agar selalu tampak seperti remaja, itu akan membuat bajingan itu semakin posesip padamu.

Lardo menarik kerah kemeja Robi, kau harus mengingat batasanmu Robi, aku benci jika harus memukul wajah tampanmu. Lardo mendorong Robi menjauh dari Lalita.

Robi tersenyum geli, bagaimana tidak, Lardo bukan pria yang akan bersikap posesip pada wanita, ini adalah hal baru. Lardo tanpa sadar bersikap sangat protektiv pada Lalita. Apakah Lardo tidak menyadari tanpa sadar kalau Ia telah jatuh cinta pada Lalita?.

Lardo masih menatap tajam Robi. Hentikan senyum menjijikmu Robi ancamanku tadi masih berlaku bentak Lardo. Aku akan dengan senang hati memberikan bogem mentah diwajahmu.


CREATORS' THOUGHTS
Berliana_Manalu Berliana_Manalu

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C34
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login