Download App

Chapter 41: Bab 31

Pagi ini Lalita tidak bisa konsentrasi pada pekerjaannya. Beberapa kali Lalita harus mendapat amukan Hendry kerena isi laporannya yang ia kerjakan semua berantakan. Perkataan Lardo yang semalam sangat menyakitkan. Terus tergiang di kepala Lalita. Terlahir sebagai wanita dari kalangan biasa bukanlah sesuatu yang buruk, batin Lalita. Lalita tidak pernah mengharapkan Lardo mendekati dan menyentuhnya seperti ini. Mengubah Lalita dari seorang gadis lugu menjadi wanita dalam semalam, tidak sekalipun Lalita membayangkan kehidupan dewasanya akan seliar ini, tidur dengan bosnya sendiri.

Menjadi wanita pemuas napsu dari seorang Lardo Bermadi. Lalita mengelengkan kepala. Dalam sekejap impiannya menjadi seorang isteri dan ibu yang baik bagi anak-anaknya dimasa depan tampaknya tidak akan pernah terwujud. Dengan tubuh yang sudah kotor Lalita tidak ingin membayangkan masa depannya.

Lalita menghela napas panjang, aku harus menyelesaikan hubunganku dengan Ramond. Aku tidak boleh membuat Ramond masih menaruh harapakan pada hubungan ini. Ya aku harus menjahui Ramond dan putus dengannya. Karena sampai kapanpun wanita dari kalangan rendahan seperti dirinya tidak akan pernah bisa bersanding dengan pria dari kalangan atas seperti mereka. Tidak ada kisah si upik abu dan sang pangeran berkuda. Tidak ada tempat untuk wanita seperti Lalita dalam kehidupan pria mapan yang hanya akan menganggapnya sebatas selingan semata. Aku harus bangun dari mimpi dan kembali pada kenyataan dan sadar dimana tempatku batin Lalita.

Tia mengibas-ngibaskan tangan tepat di hadapan Lalita. Mencoba mengembalikan Lalita pada kenyataan. Hey....!. Apa yang kamu lakukan dengan melamun seperti itu. Apa Hendry mengamuk lagi dan meneriakimu dengan semua makian membosankannya?

Lalita mengangguk kan kepala guna menghindari lebih banyak pertanyaan dari Tia

Tia mengela napas. Apa pria itu tidak mendapatkan klimaksnya beberapa hari ini. Marah-marah di hari yang cerah ini seperti wanita monopose. Ayolah Lalita Ini tidak seperti dirimu. Jangan terlalu dibawa dalam hati. Kamu bukan baru kali ini mendengat semua sumpah serapah Hendry saat mengamuk. Lagipula ada apa denganmu?. Tia mengeleng bagaimana bisa kamu melakukan kesalahan berulang-ulang seperti ini, apa ada masalah dengan pengobatan Rita?. Aku lihat hari ini kamu sudah berkali-kali dipanggil Hendry dan kamu tahu Hendry bukan atasan yang sabra. Bajingan itu pria pendendam, jangan sampai Hendry menggunakan kesalahanmu ini untuk membuatmu dipecat dari pekerjaan.

Lalita hanya bisa menghela napas. Aku hanya tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaanku hari ini, dan terima kasih sudah menanyakan tentang keadaan Rita. Kamu tidak perlu khawatir semuanya baik-baik saja. Rita masih dalam pengawasan ketat dokter, karena depresi yang dialaminya sangat mempengaruhi kejiwaan Rita.

Tia menatap Lalita prihatin. Aku turut sedih mendengarnya, kamu harus kuat Lalita karena sekarang Rita sangat membutuhkan dukunganmu. Apa kami masih belum bisa mengunjungi Rita di rumah sakit?. Mia terus saja menanyakan keadaan Rita padaku. Karena kamu tidak bisa dihubungi sama sekali

Lalita mengeleng. Bukan aku tidak ingin kalian datang mengunjungi Rita hanya saja Rita masih belum boleh dikunjungi kecuali oleh keluarganya. Rita masih sering mengamuk dan itu membuatnya mengalami sesak napas yang bisa membahayakan nyawa dan tolong sampaikan permintaan maafku pada Mia, kalian sangat baik dan perhatian padaku dan Rita.

Tia menganggukan kepala. Kita bersahabat Lalita dan sudah sewajarnya untuk saling memperhatikan satu sama lain. Tia menghela napas panjang tidak pernah terbayangkan olehku, Rita akan mengalami semua itu. Bambang dan keluarganya benar-benar berensek, bagaimana bisa mereka tega memisahkan seorang ibu dari bayi yang baru saja lahir. Ooooh God membayangkannya saja membuatku naik darah dan ingin mencabik-cabik wajah mereka. Dasar keluarga tidak berperasaan.

Apa kamu tidak akan menuntut keluarga bajingan itu Lalita, apa kamu hanya akan membiarkan semua penderitaan Rita tampa memperjuangkan keadialan untuknya?. Tanya Tia berapi-api

Lalita menatap datar Tia. Entalah Tia, untuk saat ini kepulihan Rita menjadi prioritasku. A ku bahkan tidak punya kekuatan untuk menuntut mereka atau memperjuangankan bayi Rita. Mereka memiliki banyak bukti yang akan membuat Rita tampak hina kalau aku melaporkan kasus ini ke polisi.

Tia menatap Lalita kesal jadi kamu akan menyerah begitu saja dan menerima semua tuduhan itu. Semua bukti yang mereka miliki hanya rekayasa mereka. Rita yang aku kenal tidak akan pernah melakukan hal menjijikan itu, aku bisa menjaminya dan bersaksi untuk Rita.

"Orang seperti kita di mata hukum tidak akan berdaya Tia". Kamu benar Tia. Apa yang mereka tuduhkan pada Rita tidaklah benar tapi tanpa bukti kita tidak bisa membuktikan itu semua hanya dengan perkataan. Lalita menatap lurus kedapan. Untuk saat ini aku hanya ingin Rita kembali menjadi Rita yang dulu lagi. Aku ingin mengobati jiwa Rita yang tergunjang dan membawanya keluar dari semua trouma yang dialaminya.

Membalasnyapun aku tidak mendapatkan apa-apa Tia. Kamu tahu mereka bukan orang biasa, mereka memiliki kekuasaan dan uang, sedangkan aku nihil.

Tia menatap kesal Lalita. Kamu bukan tidak bisa melakukan apa-apa Lalita. Ada Ramond Kamu bisa meminta Ramond membantu. Ayolah Lalita aku sangat yakin Ramond akan dengan senang hati memperjuangkan keadilan untuk Rita, kamu tinggal memintanya saja. Kalian saling mencintai dan apa salahnya meminta bantuan pada pria yang mencintai kita

"Tidak...". Jawab Lalita tegas, aku tidak akan pernah melibatkan Ramond dalam masalah ini. Aku juga akan mengakhiri hubungan kami, jadi kamu jangan mengatakan apapun pada Ramon. Aku juga tidak ingin kamu memberi informasi apapun lagi pada Ramond, aku mohon Tia, kalau Ramond menanyakan tentang aku ataupun Rita, aku minta kamu menutup mulutmu rapat-rapat.

Tia mengernyit kenapa tiba-tiba kamu ingin putus dari Ramond?. Apa ini karena pria misteriusmu itu, pria yang telah mencuri ciuman pertamamu?. Ayolah Lalita aku tahu kamu merasa bersalah pada Ramond karena membiarkan pria lain menciummu untuk pertama kalinya, tapi itu tidak sepenuhnya kesalahnmu. Kamu bukan dengan sengaja memberikan ciuman pertamu. Pria misterius itu mencurinya darimu jadi jangan berlebihan seperti ini.

Lalita mengeleng. Bukan karena itu Tia. Kamu tidak mengerti. Sudahlah Tia aku tidak ingin membahas masalah itu lagi, keputusanku sudah bulat, aku tidak akan meneruskan hubunganku dengan Ramond, dan kamu tidak perlu tahu apa alasannya.

"Woooh....wooohhh.... Ada apa denganmu kenapa kamu tampak sangat marah, apa kamu dan pria misterius itu sudah melakukan hal yang lebih jauh dan....?_____"

"Hentikan Tia....!". Jangan membuatku semakin kesal Lalita membentak.

"Kamu membuatku semakin penasaran Lalita, aku yakin kamu dan pria misterius itu memiliki hubungan yang lebih, apa tebakanku benar, karena itu kamu menjadi marah?.

"Berpikirlah sesukamu Tia". Aku tidak akan menangapi. Lalita melanjutkan pekerjaan, mengabaikan semua pertanyaan Tia.

Setelah menyelesaikan pekerjaan Lalita memeriksa phonsel pintar miliknya. Tidak ada panggilan dari Lardo. Baguslah, lagipula tubuhku serasa remuk karena semalam, dan malam ini Lardo memintaku kembali melayaninya. Aku harus kuat ini demi Rita dan pengobatannya. Merendahkan diri dan menjadi wanita pemuas napsu Lalita mengeleng, aku tidak boleh mengeluh.


CREATORS' THOUGHTS
Berliana_Manalu Berliana_Manalu

Creation is hard, cheer me up!

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C41
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login