Download App

Chapter 26: Bab 26 Dia Jatuh Cinta

Pada hari Senin, untuk pertama kalinya dalam hidup Kaylee, dia merasa malas melakukan apa saja. Dia malas pergi ke kampus, dia malas pergi kerja, dan dia sangat malas keluar dari apartemennya.

Pagi ini, entah kenapa, bantalnya sepertinya memeluknya erat dan membisikkan bisikan setan dengan menyuruhnya untuk membolos satu hari.

Kaylee tersenyum lebar dan setuju dengan bisikan itu sambil mengusap pipinya di atas bantal yang lembut.

Ah, nyaman sekali. Terasa sangat hangat, dan seolah-olah seseorang sedang membelai kepalanya, Kaylee tertidur lagi.

Sayangnya, alarm yang mengganggu itu terus-menerus berbunyi setiap sepuluh menit, membuat Kaylee tidak bisa tidur lagi.

Ugh! Dia benar-benar tidak ingin kuliah. Tidak bisakah kali ini Nick menggantikannya untuk satu hari?

Aha! Ide yang bagus. Untuk hari ini, Kaylee akan menyuruh Nicholas pergi ke kampus menggantikannya. Dengan gerakan cepat, Kaylee mengambil ponselnya sambil mematikan alarm yang mengganggu. Kemudian dia mencari nama Nick dan menghubungi pemuda itu.

"Nick! Aku punya permintaan darimu."

"Permintaan apa?"

"Bisakah kau datang ke kampus hari ini? Aku merasa terlalu malas untuk pergi ke sana."

"Tapi aku sekarang di California."

"Ha?? Apa yang kau lakukan di sana?"

"Manajer kami tiba-tiba memberi kami jadwal konser di sini. Jadi aku meninggalkan Jersey kemarin sore untuk persiapan konser ini."

Hu hu hu, Kaylee merasa ingin menangis, tapi tidak ada air mata yang keluar. "Aku mengerti. Kalau begitu… sampai jumpa,"

"Ah, tunggu. Kenapa suaramu lemah seperti itu? Apakah ada yang mengganggumu di kampus? Siapa? Aku akan menggantikanmu setelah aku pulang untuk membalasnya."

Kaylee tertawa geli mendengar kata-kata pemuda itu yang diucapkannya dengan marah. Sungguh ajaib, hanya dengan mendengar kata-kata 'adik laki-lakinya' yang membelanya, Kaylee merasa bahwa dia telah mendapatkan kembali antusiasmenya.

"Tidak ada yang menindasku. Kau juga tahu bahwa aku bukanlah gadis yang mudah dibully."

"…"

"Kenapa aku merasa kau tidak percaya padaku?"

"Kaylee. Jika bukan karena kau adalah putri keluarga Zouch, pasti ada banyak orang yang akan mengganggumu."

"Apa kau harus mengatakannya seperti itu? Aku tutup teleponnya sekarang."

"Tunggu! Kau mau sesuatu dari sini? Aku akan membawakanmu suvenir."

"Hm…" Kaylee menepuk dagunya dengan jari telunjuk sambil berpikir. "Aku ingin kau pulang dengan selamat."

Nick tertawa geli mendengarnya. Ini adalah hal yang membuatnya paling menyayangi Kaylee. Gadis itu tidak pernah egois dan selalu memikirkan kepentingan orang lain lebih dari dirinya sendiri.

Meski begitu, Kaylee terlalu ekstrim untuk melupakan keinginannya, sehingga terkadang ia menjadi tidak bahagia dengan keputusan yang dibuatnya.

"Tentu saja, aku akan kembali dengan selamat. Sampai jumpa akhir pekan ini. I love you, sis."

"Love you back, bro."

Usai mengakhiri panggilan, Kaylee segera bangun untuk bersiap-siap berangkat ke kampus.

Tidak terlalu jauh dari apartemennya, Declan masuk ke ruang makan, mencium pipi ibunya, dan menyapa ayahnya.

Declan memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya kemarin malam karena ibunya memanggilnya dan mengatakan kepadanya betapa dia merindukannya. Oleh karena itu dia kembali ke sini dan bermalam di sini.

Saat menikmati sarapan pagi, Declan teringat pertemuannya dengan Roe akhir pekan lalu. Dia merasa curiga bahwa gadis itu adalah Kaylee Zouch karena dia ingat seperti apa suara Kaylee.

Meskipun Kaylee bukan gadis idealnya dan tampak acuh tak acuh karena tidak memperhatikan gadis itu ketika dia datang mengunjungi kediaman keluarga Zouch, Declan memperhatikan setiap gerakan kecil dari gadis yang duduk di sebelahnya.

Suaranya saat berbicara dan gerakan jari-jarinya yang tampak gelisah di atas kain roknya. Tidak membutuhkan orang ahli untuk menebak bahwa gadis itu takut padanya.

Saat itu, Declan tidak tertarik dengan gadis itu, jadi dia tidak berusaha memperbaiki keadaan. Namun, lain ceritanya jika ternyata Kaylee adalah Roe, seorang jenius yang sanggup memikat hatinya.

Dia jatuh cinta dengan gadis itu. Bukan karena penampilan fisiknya, tapi karena permainan piano gadis itu. Dan disaat dia sadar dia menyukai Roe, hal-hal kecil yang dimiliki gadis itu begitu indah di matanya.

Sepasang mata gadis itu, hidung kecil yang imut, dan tingkah laku seperti kelinci terlihat sangat menggemaskan.

Namun, dia ingin memastikannya terlebih dahulu, dan dia berharap ibunya bisa memberinya jawaban.

"Ibu, seberapa banyak kau mengenal Kaylee Zouch?"

Klotak!

Nyonya Black menjatuhkan garpunya ke lantai tanpa ia sadari, menyebabkan suaminya dan Declan menatapnya dengan bingung.

"Oh. Astaga. Astaga! Kau menyebut nama Kaylee! Apakah ini berarti kau setuju dengan perjodohan ini? Apakah itu berarti kau ingin menikahinya? Bukankah dia cantik? Dia juga anak yang manis…" dan bla bla bla.

Declan mendesah karena reaksi ibunya yang berlebihan. Dia hanya mengajukan satu pertanyaan tentang Kaylee Zouch, tetapi ibunya menjawabnya secara dramatis.

"Sayang, jika kau terus berbicara, bagaimana kita bisa mendengar pendapat anak kita?"

Phew! Untungnya ayahnya menyuarakan pendapatnya dan menenangkan ibunya yang terlalu dramatis.

"Ah, benar. Ada apa lagi? Apa yang ingin kau ketahui tentang Kaylee?"

"Aku hanya ingin tahu apakah dia memiliki karier selain menjadi pianis di sebuah grup orkestra."

"Setahuku tidak. Mengapa kau bertanya seperti ini?"

"Lalu apakah kau tahu nama lengkap Kaylee?"

"Tentu saja aku tahu," jawab Nyonya Black dengan bangga. "Namanya Kaylee Roesalie Zouch."

Roesalie? Roe? Declan tersenyum miring saat itu, dan tanpa berkata-kata lagi, Declan menikmati sarapannya dengan nikmat.

Keheningan Declan membuat Nyonya Black frustasi dan tidak sabar.

"Declan, katakan padaku, apakah kau setuju untuk menikahinya?"

"Tidak. Tapi aku akan mempertimbangkannya."

"Benarkah?"

"Aku sudah selesai. Terima kasih untuk makanannya." Declan bangkit dan mencium pipi ibunya sekali lagi sebelum dia minta diri untuk pergi.

"Declan, aku belum selesai bicara. Jadi, apakah kau setuju atau tidak?"

Tn. Black menggelengkan kepalanya pada suara istrinya, yang begitu menggelegar sehingga dia yakin tetangga mereka mendengar suaranya.

[Author: ternyata Tn. Black juga dramatis]

"Ah, anak itu akan membuatku mati karena penasaran? Aku sudah tidak tahan. Aku harus menelepon Britney."

Nyonya Black segera menghubungi sahabatnya dan memberi tahu wanita itu bahwa putranya mulai tertarik pada putri sahabatnya itu.

"Benarkah? Apakah ini berarti rencana kita akan berhasil?"

"Apakah itu akan berhasil atau tidak, mereka tidak akan bisa melarikan diri akhir pekan ini!"

Kedua wanita itu tertawa seperti iblis wanita yang tertawa membuat Declan dan Kaylee merasa merinding di tempat mereka masing-masing.

"Apakah ibuku merencanakan sesuatu di belakangku?" tebak Declan dalam benaknya.

Disisi lain, Kaylee mengira dirinya sedang merasa tidak enak badan dan segera meminum vitamin untuk menjaga kesehatannya.

Akan merepotkan jika dia jatuh sakit lagi, tanpa mengetahui ibunya sudah merencanakan sesuatu di belakang punggungnya.

Sementara itu… apa yang dipikirkan oleh para suami?

Tn. Black: Putraku yang malang

Tn. Zouch: Malaikat kecilku yang malang


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C26
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login