Download App
33.33% LOVE MAGIC

Chapter 2: PART 2 - TANTANGAN

Hari yang telah aku nantikan pun akhirnya telah tiba. Sepuluh penyihir Grade A berkumpul dihadapan Lord Galaksi Sextans. Suasana begitu hening, beberapa penyihir saling melirik satu sama lain.

"Selamat datang para penyihir Grade A".

Kami bersimpuh dihadapan Lord Galaksi Sextans. Ia memberitahu kami bahwa pada hari ini, akan ada tantangan yang wajib dihadapi untuk bisa naik menjadi penyihir black. Sang Lord Galaksi Sextans menjelaskan bahwa tantangan untuk menjadi penyihir black tidaklah mudah, mereka yang gagal bukan hanya bisa diturunkan menjadi penyihir biasa, akan tetapi nyawa bisa menjadi taruhannya.

Mendengar ucapan tersebut, beberapa penyihir Grade A berbalik badan dan melangkah mundur. Kini, hanya tersisa lima penyihir yang siap menghadapi tantangan tersebut. Aku pun sebenarnya juga sangat takut. Bukan takut karena akan turun kelas menjadi penyihir biasa, akan tetapi bagaimana jika pada akhirnya aku gagal dan nyawa ku melayang.

Aku mulai panas dingin. Ku kepalkan tangan ini seraya ketakutan itu akan menghilang.

" Jika ada yang masih ingin menyerah, dipersilakan".

Lord Galaksi Sextans kembali mengulangi ucapan, namun tak ada satupun dari kami yang melangkah mundur. Semua seakan siap menghadapi tantangan yang ada. Sebelum tantangan pertama dimulai kami diberikan cap. Cap ini ditandai di dahi kami masing – masing. Ini menandakan kami adalah pasukan siap bertempur dan sekaligus tak akan menyerah dengan tantangan yang ada.

…..

Tantangan pertama pun dimulai, kami dipindahkan ke dimensi Api. Sebuah lava panas telah hadir dihadapan kami.

" Tantangan pertama kalian adalah melewati lava panas ini, hingga ke daratan sana. Waktu kalian hanya lima menit, gunakan kemampuan kalian semaksimal mungkin. Tapi ingat… jangan merubah tongkat sihir kalian menjadi hewan bersayap dan mampu terbang".

Bagaimana… Bagaimana caranya melewati lava panas ini tanpa merubah tongkat sihir menjadi hewan bersayap. Sedangkan yang bisa terbang hanyalah hewan bersayap. Penyihir nomor satu lalu merubah tongkatnya menjadi Dinosaurus dengan leher yang amat panjang. Lalu Dinosaurus tersebut membaringkan badannya hingga mencapai daratan. Sang penyihir nomor satu itu pun lalu berjalan diatas tubuh Dinosaurus tersebut.

Begitu pun dengan penyihir nomor dua dan tiga yang berhasil lolos. Namun, penyihir nomor empat nampaknya masih ketakutan dan ia tidak berfikir dengan jernih. Ia lalu merubah tongkat sihirnya menjadi Phoenix. Ia lalu melewati lava panas tersebut, namun sesaat sebelum mencapai daratan. Lava itu menyebur hingga membuat sang penyihir tersebut terjatuh dan tenggelam.

Kejadian itu pun sontak membuat ku semakin takut. Waktu yang tersisa hanya beberapa menit. Dan aku masih belum bisa menemukan hewan apa yang bisa melewati lava panas ini hingga ke ujung daratan.

….

Untuk menjadi penyihir black kau harus berfikir dan bertindak tidak biasa

Seketika aku mengingat kembali tentang ucapan dari pelatih. Aku lalu tidak mengubah tongkat ku menjadi hewan, melainkan aku mendekatkan daratan tersebut dan menutupi lava panas tadi. Daratan diujung tersebut pun akhirnya mendekat ke arah ku. Dan aku pun bisa melewati tantangan yang pertama.

"Selamat bagi kalian yang lolos ke tantangan selanjutnya. Kali ini kita memasuki dimensi air".

Tantangan kedua adalah di dimensi air. Tantangan ini sangat bertolak belakang dengan dimensi sebelumnya. Di tantangan ini kami diperintahkan untuk menolong seekor kelinci yang terperang di tengah lautan. Namun, laut tersebut dijaga oleh beberapa para naga dengan kekuatan super yang bahkan tidak bisa dikalahkan oleh kekuatan kami semua.

Waktu yang diberikan hanya empat menit. Pikiran k uterus bertanta – tanya. Bagaimana caranya menyelamatkan kelinci tersebut dan mengalahkan naga berkekuatan super. Penyihir nomor dua lalu mendekati naga tersebut ia lalu bertarung habis – habisan. Namun sayang, kekuatannya tidak mampu mengalahkannya dan ia pun harus berakhir dengan kematian. Kini, hanya tersisa kami bertiga. Penyihir nomor satu lalu merubah wujudnya menjadi naga yang sama, ia lalu mendekati para naga tersebut. Seolah bisa berbicara kepada mereka. Para naga itu pun menjauh, dan akhirnya ia berhasil membebaskan kelinci tersebut.

Penyihir nomor tiga menggunakan kekuatan teleportasi. Ia pun berhasil menyelamatkan kelinci tersebut. Lagi dan lagi, kini hanya tinggal aku seorang. Bagaimana… bagaimana caranya menolong kelinci tersebut.

Tantangan kedua pada dimensi air bukan terletak pada penjaganya, melainkan objek yang menjadi tantangan tersebut.

Kalimat yang pernah diucapkan oleh pelatih ku seolah melintas kembali kedalam pikiran ku. Aku lalu merubah wujud ku menjadi seekor kelinci betina. Sang kelinci jantan yang sedang terkurung itu pun dengan sendirinya membebaskan dirinya dan mendekat ke arah ku.

Ternyata tantangan kedua yang diberikan oleh Lord Galaksi Sextans mengisyaratkan kita untuk berfikir lebih jauh dan tidak hanya berpaku pada masalah yang dihadapi.

Tantangan selanjutnya membawa kami ke dimensi cahaya. Dimensi yang sangat bertentangan dengan para penyihir. Kekuatan kami pun seketika melemah dan tak bisa digunakan.

"Tantangan ketiga ini akan sangat bergantung pada tenaga yang kalian miliki. Waktu kalian hanya tiga menit untuk bisa keluar dari dimensi ini".

Tidak… Tidak mungkin. Bagaimana caranya menyelesaikan tantangan ini sedangkan kekuatan kami tidak berdaya di dimensi ini. Penyihir nomor tiga terlihat sangat ketakutan. Ia sampai keringat dingin. Ia mengepalkan tangannya, seraya ingin menyerah dan melangkah mundur. Disudut berbeda, terlihat nampak tentang penyihir nomor satu. Ia sama sekali tidak menunjukan rasa takutnya.

Waktu sudah hampir habis dan kami belum ada satu pun yang bisa keluar dari dimensi ini. Disaat aku sedang berfikir, tiba – tiba saja penyihir nomor satu berteriak sangat kencang. Teriakannya membuat dinding yang menghalanginya pun hancur berkeping – keping. Penyihir nomor satu itu akhirnya bisa lolos dan melangkah ke tantangan selanjutnya.

Kini, hanya tinggal aku dan penyihir nomor tiga.

Berfikir… Berfikir….

….

Kelemahan seorang penyihir bukanlah terletak pada dimensi yang berlawanan, melainkan pada dirinya sendiri.

….

Aku melangkah mundur, mengambil ancang – ancang, lalu berlari sekencang mungkin sampai menabrakan diri ku ke dinding dimensi cahaya. Aku pun akhirnya bisa lolos dari tantangan nomor tiga. Namun tidak dengan penyihir yang terakhir, sampai waktu habis ia tak kunjung berhasil dan akhirnya harus keluar dan tidak bisa ikut ke tantangan selanjutnya.

….

Kini, hanya tersisa kami berdua. Tantangan seperti apakah yang akan diberikan selanjutnya. Aku sama sekali tidak bisa menduganya.

"Selamat, kepada kalian berdua. Kali ini kita memasuki tantangan yang ke-empat. Selamat datang di dimensi ruang & waktu… Hahahah".

….

Tantangan ke-empat ternyata adalah di dimensi ruang & waktu. Disini memang kekuatan sihir kami tetap dapat digunakan, akan tetapi…. Dimensi ruang & waktu memiliki keunikan tersendiri. Ia bisa memantulkan setiap kekuatan yang kami gunakan dan berbalik arah.

….

Penyihir nomor satu nampak tak seperti sebelumnya. Ia begitu gelisah… sama seperti ku. Padahal waktu yang diberikan hanyalah dua menit untuk masing – masing dari kami bisa keluar dari dimensi ini.

Penyihir nomor satu tersebut mencoba sekuat tenaga dengan kekuatan yang ia miliki. Namun, setiap kali ia menyerang kekuatannya, hal itu justru berbalik ke arah dirinya sendirinya. Namun, ia seolah tidak menyerah dengan cara seperti itu. Ia mengumpulkan seluruh kekuatan yang berasal dari dalam dirinya. Kekuatan tersebut amatlah dahsyat, sampai – sampai mata ku tidak dapat berkedip untuk melihatnya.

Ia lalu mengarahkan tongkat sihirnya ke atas. Pertarungan dahsyat antara penyihir nomor satu dan dimensi ruang & waktu pun seakan tak terhindarkan. Kekuatannya terus menggempur, sampai pada akhirnya sebuah lubang terlihat. Ia bernafas lega, dan seolah semua sudah selesai. Tapi… nyatanya tidak seperti itu. Kekuatan yang ia pantulkan nyatanya berbalik arah dan menghancurkan dirinya.

Kini hanya tinggal aku seorang, dan waktu yang tersisa hanya tiga puluh detik. Jika aku tidak berhasil maka aku akan kalah.

Dalam dimensi ruang & waktu, kekuatan pikiran adalah jawabannya

"Berhentilah!!!!" teriak ku menjelang detik – detik terakhir. Dimensi ruang dan waktu itu pun hancur.

Tantangan ke-empat ini lagi – lagi bukan menggunakan kekuatan sihir, melainkan pikiran. Apa yang kita pikirkan hal itulah yang menjadi kenyataan.

...

"Selamat Tardeo kamu menjadi penyihir terakhir yang berhasil lolos ke tantangan selanjutnya. Di tantangan ini kau akan kuberi kesempatan untuk mundur atau terus melangkah?".

"Tidak… aku sudah sejauh ini, akan kuhadapi segala tantangan yang ada" ujar ku dengan sangat lantang.

….

Di tantangan yang terakhir aku berada di dimensi kegelapan, dimana kekuatan para penyihir menjadi lebih kuat. Aku lalu bertanya – tanya, apa tantangan di dimensi ini. Terlalu mudah rasanya jika tentangan terakhir justru di dimensi kegelapan.

"Inilah tantangan mu".

"Ti…Ti…Tidak mungkin".


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login