Download App
4.78% Love Rain

Chapter 19: Teka-teki

"Kak, tiati ya!" ucap Sammy.

"Oke, Sam." balas Ara.

"Jangan lupa, telfon aku kalau kakak butuh sesuatu." pinta Sammy, dengan wajah tulusnya.

"Emang kalau gue nelfon lu, lu bakal dateng ke Semarang?" tanya Ara.

"Iya dong kak."

"Masa?" Ara memastikan.

"Iya, beneran kak."

"Lu masih anggap gue sebagai pasien ya?"

"Bukan gitu kak," balas Sammy bingung.

"Tu kan, lu selalu terlihat bingung Sam, kalau gue ngebahas ini."

"Sorry kak."

"Yaudah gak papa, udah sana lu balik! Mumpung belum terlalu malam, bahaya berkendara sendirian malam-malam."

"Aku nunggu kakak masuk dulu aja, nanti aku langsung balik."

"Yaudah kalau gitu, gue cek tiket sekalian masuk ke peron ya?"

"Iya kak, jaga diri ya kak!"

"Siap Sam."

Lalu Ara melangkah mengikuti antrian para penumpang untuk cek tiket dan memasuki peron kereta pemberangkatan. Dilain sisi, Sammy masih fokus memperhatikan Ara. Tatapannya tak teralihkan oleh apapun sampai Ara benar-benar menghilang di turunan tangga underpass stasiun Pasar Senen menuju peron pemberangkatan.

***

Ara POV.

Setelah kurang lebih 7 jam perjalanan kereta, akhirnya gue telah sampai di stasiun Tawang Semarang. Rencananya gue akan dijemput oleh lek(om) yang tinggal serumah dengan nenek, namanya om Anggada. Om Anggada adalah adik papa yang tinggal serumah dengan nenek.

O iya, sebelum gue berangkat ke Semarang, nenek sudah menceritakan tentang keluarga besar kami. Nenek gue bernama Dewi Astuti, sedangkan kakek bernama Dasarata Yoda Asmara. Kakek gue meninggal saat papa belum menikah. Jadi, gue gak punya kenangan apapun tentang beliau, tapi wajah kakek mirip sekali dengan papa.

Kakek nenek memiliki 3 anak laki-laki termasuk papa, antara lain : Bharata Yoda Asmara, papa gue. Anggada Yoda Asmara, om yang tinggal serumah dengan nenek. Lalu, Rama Yoda Asmara, yaitu om yang menempati rumah gue sebelum gue memutuskan tinggal di apartemen.

Dan om Rama lah yang membantu gue membawa berkas-berkas di secret room gue. Kalau secret room mama, kata nenek sudah dibawa ke kampung berbarengan dengan papa dan mama yang memutuskan membuka usaha di kampung.

Maka dari itu, sejak 6 bulan setelah hari ulang tahun gue yang ke-20, gue tinggal di rumah sendirian dan bekerja di pabrik headphone sambil iseng-iseng menulis novel. Dan dari situlah, cerita gue mulai berlanjut lagi.

Tapi, di mana berkas cerita yang tak ada itu? Gue benar-benar tidak ingat tentang hal itu, kenangan gue hanya bisa kembali teringat, jika ada bukti atau berkas nyata yang dapat gue lihat dengan kedua mata gue sendiri.

"Ara," panggilan seorang pria dewasa sambil melambaikan tangan kanannya ke arah gue.

Lama gue memperhatikan, akhirnya gue tahu kalau pria tersebut adalah om Anggada. Wajahnya benar-benar sama seperti foto yang dikirimkan oleh nenek, pasti foto yang nenek kirim adalah foto terbaru om Anggada.

"Om," ucap gue sambil mengangkat tangan kanan ke arah om Anggada.

"Om, udah lama ya?" ucap gue sambil mencium punggung telapak tangan kanan om Anggada.

"Baru sepuluh menitan kok, Ra. Yaudah sini om bawakan kopernya, kita langsung ke rumah ya? Nenek udah nunggu kamu dari keberangkatan kamu kemarin malam, sampai belum tidur nenek nungguin kamu." ucap om Anggada.

"Beneran, om. Ya Allah nenek, sampai segitunya nungguin aku."

Om Anggada tidak menggunakan bahasa jawa sedari awal ketemu, mungkin sudah dipesen sama nenek untuk memakai bahasa Indonesia saat berbincang sama gue, jadi obrolan kami bisa sangat nyambung.

Gue berjalan mengekori om Anggada menuju parkiran, setelah sampai mobil, om Anggada membuka pintu bagasi dan menaruh koper gue di sana.

"Mau kamu yang nyetir, atau om aja nih?" tanya om Anggada sambil tertawa.

"Lah, kok saya om? Yang ada malah nyasar om nantinya. Aku juga lupa om, sama jalanan menuju rumah nenek." jawab gue.

"Hahahha, becanda Ara. Yaudah yuk, naik!"

"Iya om."

Suasana kota Semarang dini hari ini sangat enak di pandang, kerlap kerlip lampu jalanan dan pemukiman seperti hiasan yang sangat syahdu. Walaupun jika di siang hari cuaca kota Semarang terasa panas dan gerah, tapi dini hari ini terlihat nyaman di tubuh gue.

Rumah nenek bukan berada di kota Semarangnya persis, tapi hanya ikut di kabupatennya saja. Lokasi tepat rumah nenek adalah desa Clapar di kecamatan Bandungan, kecamatan ini memiliki suhu udara dibawah 15 derajat celcius jika tengah malam menuju subuh, dan di bawah 25 derajat celcius di siang hari.

Setiap gue pulang ke rumah nenek, pasti gue akan mengalami tubuh bentol-bentol dan terasa ingin selalu menggaruknya. Karena ternyata, gue alergi terhadap udara dingin kawasan rumah nenek.

"Assalamualaikum," ucap gue sambil mengetuk pintu sebuah rumah bergaya joglo yang sudah terbuka lebar.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," balas seorang wanita tua yang masih terlihat sehat tapi dengan mata sayu menahan kantuk, sambil beranjak dari kursi goyang.

"Akhirnya dateng juga kamu, nduk (nak)?" ucapnya.

"Iya nek. Maaf ya nek, jadi bikin nenek begadang sampai jam segini?" ucap gue sambil menghampiri dan mencium punggung telapak tangan nenek dan mencium kedua pipi nenek yang sudah dilapisi kulit yang keriput.

"Ndak papa sayang. Demi cucu, nenek rela kok," balas nenek.

"Yaudah, sekarang kamu bersih-bersih badan dulu! Makan terus istirahat, nenek juga mau istirahatin mata nenek," ucap nenek sambil tersenyum menunjuk matanya yang sudah sayu.

"Iya nek. O iya, papa sama mama di mana nek? Kok gak nemenin nenek nungguin Ara, sih?" tanya gue penasaran.

"Papa sama mama kamu lagi ada keperluan sayang, jadi hari ini ndak pulang ke rumah." balas nenek.

"Oh, gitu to nek. Kalau gitu Ara ke kamar dulu ya nek? Kamar Ara masih sama kayak terakhir Ara di sini kan nek?"

"Iya masih kok sayang, yaudah nenek juga ke kamar dulu ya."

"Iya nek, selamat malam nek."

"Iya sayang."

"Le (nak), kamu jangan lupa kunci pintu dan jendela ya!" ucap nenek ke om Anggada sambil berjalan menuju kamar.

"Nggih (iya), bu." balas om Anggada.

Setelah nenek memasuki kamar, gue tidak langsung menuju kamar seperti apa yang gue bilang tadi ke nenek. Tapi gue menunggu om Anggada di ruang tamu sambil memperhatikan seisi rumah. Kenapa tidak ada foto terbaru papa mama di rumah ini ya?

Semua foto yang terpajang adalah foto yang memiliki kenangan bareng gue. Apa selama 2 tahun ini papa dan mama gak pernah berfoto keluarga? Biasanya kalau lebaran selalu ada foto keluarga. Apa karna, selama dua tahun terakhir ini gue gak pulang ke kampung, jadi gak ada foto terbaru?

Entahlah, gue bingung sendiri selalu menerka-nerka.

"Lhoh, kok kamu belum masuk kamar, Ra." tanya om Anggada.

"Belum om. O iya, tante Anila sama dek Wisnu pasti udah tidur ya om?" tanya gue.

"Udah, Ra. Tadi sih, Wisnu nemenin nenek waktu om berangkat jemput kamu, tapi sekarang pasti udah tidur masuk ke kamar."

"Hmm gitu. Papa sama mama ada keperluan di mana sih om?" tanya gue selidik.

"Om kurang tahu, Ra. Nenek bilang sih di deket-deket sini, Ra." balas om Anggada.

"Padahal Ara kangen banget sama papa mama, om." ucap gue sedikit sedih.

"Sabar ya, nak." Ucap om Anggada sambil berjalan membelai rambut gue.

Belaian yang om Anggada berikan seperti sebuah maksud untuk menyemangati diri gue. Dan gue ngerasa, hati gue seperti rapuh dan menyedihkan saat om Anggada melakukan itu.

"Ayo! Om bawakan kopernya, kamu harus istirahat dulu setelah perjalanan panjang dari Jakarta ke sini. Biar besok kamu bisa fresh dan bisa menikmati suasana indah di sini." ajak om Anggada.

'Iya om," jawab gue singkat sambil mengikuti om Anggada menuju sebuah pintu bertuliskan my happiness.

Pintu yang menandakan, bahwa dibaliknya ada sebuah ruangan yang selalu gue tempati jika berkunjung ke rumah nenek saat bersama papa dan mama dulu.


CREATORS' THOUGHTS
Caira_Asmara Caira_Asmara

Kapan terakhir kalian berfoto keluarga besar?

O iya, kalau ada yang suka cerita aku, jangan sungkan untuk masukin di library yaa..

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C19
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login