Download App
Mainan Pribumi Mainan Pribumi original

Mainan Pribumi

Author: Boyaretoys

© WebNovel

Chapter 1: Nasib Erik

Nama-ku Erik, aku adalah anak seorang pengusaha tekstil di Tanah Abang. Papa ku dapat dikatakan pengusaha tekstil yang sudah sangat besar. Karena usaha papa ku sudah terlalu banyak, aku pun diberikan salah satu toko tekstilnya yang berada di Tanah Abang. Di umurku yang sudah menginjak 35 tahun, aku sangat senang bisa mengelola salah satu usaha papa ku. Apalagi toko yang ku kelola ini terbilang besar, banyak pedagang lain yang mengambil barang-barang dari toko ku. Toko-ku memiliki banyak anak buah. Karena arus perputaran di toko-ku perharinya sangat cepat. Karena baru sebulan memegang toko papa-ku, aku masih harus beradaptasi dengan lingkungan toko-ku ini.

Pagi ini, toko sedang sangat ramai seperti biasa. Aku duduk di dalam toko, karena aku yang mengurus pembayaran dari customer dan ke supplier. Di hari yang sibuk itu, tiba-tiba salah satu karyawan toko ku datang menghampiri-ku.

"Ko... Di depan ada orang yang minta duit rokok Ko." Kata Udin, salah satu karyawanku.

"Duit rokok apa? Nih lu kasih aja deh ke tukang angkut barangnya." Kata-ku, sambil mengeluarkan uang 20ribuan dari laci ku.

"Bukan Ko, bukan tukang angkut. Kayaknya preman-preman sini mau minta jatah reman Ko." Kata Udin.

"Jatah reman apa? Kan gua udah bayar uang keamanan Din." Kata ku lagi.

"Iya, kadang emang ada aja yang gitu Ko. Dia mau ketemu yang punya ko tadi katanya." Jelas Udin.

"Ya udah lu suruh masuk aja deh kesini." Tutur ku.

Tak lama setelah Udin pergi dari tempatku. Datanglah 4 orang bertampang seram dan berpenampilan agak menyeramkan.

"Ada apa ya Bang?" Tanya-ku.

"Sorry nih Ko. Anak-anak pada mau bantu-bantu, pada ga kerja Ko. Siapa tau bisa bantu-bantu buat ngerokok Ko." Kata orang itu.

"Bang, di sini lagi ga butuh orang Bang." Jawabku.

"Oh gitu. Ya barangkali si Koko mau bantu-bantu Ko buat duit rokok kita-kita Ko." Kata preman itu lagi.

Jelas sekali terlihat modus preman-preman ini sebenarnya hanya ingin mendapatkan uang dengan mudah, cara-nya dengan memberi tekanan pada pedagang seperti ini.

Jujur, sebenarnya kau malas sekali berhubungan dengan orang-orang ini. Karena hanya membuang-buang waktu-ku dengan omongan mereka yang tidak masuk akal.

"Ya si abang minta berapa? Kalo banyak-banyak saya juga ga ada Bang. Kan saya juga mesti bayar orang-orang yang kerja sama saya, bayar barang-barang yang saya beli." Kata-ku.

"Seikhlasnya si Koko aja sih Ko, yang penting Koko ikhlas." Jawab preman itu.

"Ya saya bingung Bang. Kalo saya kasih gocap mau?" Jawabku.

"Ya, yang sewajarnya sama seikhlasnya Koko aja." Jawab dia lagi.

Karena mereka berempat, jadi aku putuskan untuk memberikan mereka 200ribu. Memang tidak terlalu besar, tapi aku rasa sudah cukup untuk mereka berempat membeli rokok. Karena alasan mereka daritadi hanya rokok rokok dan rokok.

"Bang, ini saya kasih segini ya Bang. Soalnya di sini juga banyak kebutuhan." kata-ku, sambil mengepalkan dan memberikan uang itu ke orang yang daritadi berbicara kepadaku.

"Iya Ko. Makasih ya Ko." Kata orang itu sambil mengambil uang itu.

"Sama-sama Bang." Kata ku.

"Kalo ada yang rese di sini Ko, kasih tau aja Ko ke saya. Bilang aja Koko kenalannya Jamal." Kata ketua preman itu.

"Oh iya Bang Jamal. Makasih Bang." Kata ku.

Aku sudah sangat berharap mereka segera pergi meninggalkan toko-ku, karena aku masih harus mengurus pengunjung dan karyawan-karyawan ku.

"Ko, simpen aja nomor saya Ko. Siapa tau nanti kalo ada apa-apa, Koko bisa kontek saya." Kata Jamal.

Sebenarnya aku sangat malas kalau harus memberikan nomor telepon-ku ke orang seperti ini.

"Oh ya udah Bang, berapa nomor teleponnya." Kata ku, basa-basi.

"08xxxxxxxxxx." Kata Jamal.

"Ok Bang." Kata ku.

"Si Koko namanya siapa? Biar nanti saya onget kalo Koko hubungin saya." Kata Jamal.

"Erik Bang." Jawabku.

"Ok Ko Erik, makasih nih ya Ko Erik." Kata Jamal, sambil berdiri dari bangku.

"Ya Bang." Jawabku singkat.

Lalu Jamal dan pasukan premannya itu pun pergi meninggalkan toko ku.

Aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku di toko. Tak terasa hari sudah sore. Toko ku biasa tutup jam 3 sore, tidak terlalu sore memang, karena toko-ku sudah mulai buka pagi-pagi sekali. Biasanya ketika sudah tutup toko, aku selalu pergi ke gym untuk memahat tubuhku. Ya tubuh ku sudah cukup terbentuk, ditambah posturku yang tinggi, bisa dikatakan aku cukup ideal.

Setelah semua sudah rapih, aku pun bergegas menuju mobilku. Baru saja aku mau membuka pintu mobil.

"Mau pulang Ko..."

Terdengar suara yang sepertinya tak asing. Ternyata itu Jamal dan komplotannya yang datang menghampiri ke mobil ku.

"Iya nih Bang.' Jawabku.

Aku sengaja tak mau banyak bicara, karena aku malas kalau harus berakrab-akrab dengan orang seperti dia.

"Numpang dong Ko." Ujar Jamal.

"Waduh. Saya buru-buru Bang." Jawabku.

Tiba-tiba Jamal dan teman-temannya sudah berada di sekelilingku, salah satu teman Jamal menodongkan sebilah pisau di sisi pinggangku.

"Numpang ya Ko. Cuma numpang kok Ko, kita ga minta duit." Kata Jamal.

Melihat sebilah pisau yang temannya sodorkan, jujur saja aku jadi takut. Karena aku yakin orang-orang seperti mereka akan nekat melakukan apapun. Apalagi mata mereka merah dan cara bicara mereka agak sedikit berantakan. Aku menduga mereka habis mabuk. Karena aku masih memikirkan keselamatanku. Akhirnya, dengan berat hati aku mengijinkan mereka untuk menumpang di mobilku.

"Ya udah Bang. Masuk aja, saya anter." Ujarku.

"Gitu dong Ko. Makasih ya Ko." Kata Jamal sambil menepuk bahu ku.

Kami pun segera masuk mobil.

"Mau numpang sampe mana Bang?" Tanya ku.

"Koko emang ke daerah mana?" Tanya Jamal.

"Saya ke daerah Jakarta Utara." Jawabku.

"Oh ya udah nanti kita turun di daerah sana aja Ko." Kata Jamal.

"Loh emang abang-abang pada mau kemana?" Tanya ku dengan nada agak heran.

"Ga mau kemana mana Ko. Cuma mau ikut Koko aja, nyobain mobil Koko. Bagus ya Ko mobilnya. Sama kayak badan Koko, bagus." Kata Jamal sambil mengelus lenganku.

"Bang. Ngapain Bang." Kata ku.

"Tenang aja Ko, ga bakalan hamil kok kalo cuma saya pegang tangannya." Jawab Jamal.

"Rumahnya di Jakarta Utara Ko?" Tanya Jamal.

"Engga." Jawabku singkat.

"Loh terus Koko ngapain ini ke Jakarta Utara?" Tanya Jamal lagi.

"Mau ke Gym Bang." Jawabku.

"Pantes si Koko badannya bagus ya kayaknya." Jawab Jamal, kali ini sambil meraba bagian dada ku.

"Bang, ngapain sih Bang. Saya lagi nyetir nih. Bahaya loh Bang nanti." Kata ku.

"Ya kan gua cuma megang aja Ko. Ga boleh emangnya?" Tanya Jamal, sambil menyodorkan sebilah pisau tepat di depan perutku.

Salah satu komplotannya pun ikut menyodorkan pisau di sebelah pinggangku.

Aku pun agak panik sambil menelan ludah.

"Ya, boleh sih Bang. Cuma nanti saya ga konsen gimana?" Jawabku.

"Jadi boleh gua pegang-pegang ga nih? Gua kan nanyanya boleh apa engga?" Bentak Jamal.

"Bo.Boleh Bang." Jawabku sedikit gemetar.

Bagaimana tidak gemetar, aku di todong oleh 2 pisau. Salah-salah, nyawa-ku taruhannya. Lantas, setelah aku menjawab pertanyaannya. Jamal langsung mulai meraba dada-ku kembali.

"Montok... Kenceng Ko dada lu." Kata Jamal.

"Makasih Bang." Jawab-ku.

Jamal terus saja menggerayangi dada-ku, ditambah lagi komplotan Jamal yang duduk di belakang mulai ikut menggerayangi tubuhku. Aku pun tidak bisa berkomentar apa-apa lagi. Lebih baik aku di gerayangi oleh preman-preman ini daripada mereka berbuat nekat dengan pisau mereka itu. Jamal dan komplotannya terus saja meremas, mengelus, meraba dada-ku. Terkadang Jamal juga menggoda puting ku dengan jari-nya. Aku hanya bisa terdiam dan terus menyetir. Sebenarnya aku sudah tidak fokus menyetir, karena pisangku sudah berdiri. Ya, sebenarnya aku adalah seorang Gay.

Setelah puas bermain-main di area dada-ku, tangan Jamal terus merosot menuju arah bawah. Jamal mengelus perut-ku.

"Bagus nih Ko kayaknya perut Koko." Puji Jamal.

"Biasa aja Bang." Jawabku.

Tak lama Jamal mengelus-elus perut-ku, tangannya kembali merosot menuju bawah. Kali ini kemaluanku sasarannya. Baru saja Jamal mau mengarah ke kemaluanku, Tangannya sudah terpentok oleh batangku yang sudah mengeras.

"Kok keras nih Ko? Keenakan ya Ko kita pegang-pegang?" Tanya Jamal.

Aku hanya terdiam.

Jamal pun tiba-tiba ingin meraih karet celana-ku.

"Bang mau ngapain Bang?" Tanya-ku.

"Mau liat kontol lu Ko." Jawab Jamal.

"Jangan lah Bang, jangan di buka-buka." Kata-ku.

"Udah lu diem aja Ko." Kata Jamal.

Jamal pun meraih karet celana dan celana dalam-ku sekaligus. karena aku memakai celana biasa, jadi mudah untuk Jamal membuka celana ku. Jamal menurunkan celana-ku hingga belalai-ku yang sudah berdiri tegak muncul.

"Ngaceng dia." Kata Jamal ke teman-temannya setelah melihat kontol-ku berdiri.

Jamal pun menyelipkan celana bagian depan-ku itu di bawah biji-ku. sehingga biji dan batang-ku bisa dilihat oleh komplotannya. Setelah mengeluarkan kontolku dari celana, Jamal memegang baju-ku dan menariknya ke atas sehingga perut dan dada-ku pun terlihat.

"Anjir. Keren nih badannya si Koko." Kata Jamal.

Komplotannya yang berada di belakang pun mengeluarkan HandPhone dan langsung menyodorkan HP mereka ke arah tubuh-ku.

"Jangan Bang. Jangan di foto." Kata-ku.

Mereka seperti tak menggubris perkataanku dan terus saja mengambil foto diri-ku dengan posisi kontol dan tubuhku terlihat jelas seperti itu. Setelah puas mengambil foto tubuh dan kontol-ku. Jamal pun menurunkan baju-ku kembali dan menaikkan celana-ku lagi seperti semula.

"Bang. Jadi Abang-abang pada mau turun di mana Bang? Soalnya udah mau sampe tempat Gym saya." Kata-ku.

"Ikut Koko aja deh, nanti kita tungguin Koko sampe selesai." Kata Jamal.

"Loh saya lama loh Bang, lagian mau nunggu di mana juga Bang." Kata-ku.

"Kita mah gampang Ko. Tunggu di mana aja bisa. Nanti abis Koko selesai baru anterin kita ya Ko. Tapi Koko jangan macem-macem, lapor-lapor ke mana-mana. Kalo macem-macem, foto Koko kita pasang di tempat Koko jualan." Ancam Jamal.

"Iya Bang. Saya ga macem-macem Bang." Kata-ku.

Aku benar-benar sudah terjebak ke dalam permainan preman-preman ini, kesannya hidup-ku sudah berada di tangan mereka. Mau tidak mau aku harus menuruti kemauan mereka.

--------

Cerita lengkapnya sudah dapat dibaca di Karya Karsa dengan judul yang sama.

https://karyakarsa.com/Boyaretoys/mai

Untuk lebih mudah mencari akun saya di Karya Karsa, silahkan add:

IG: lecehkanpria

Twitter: Boyaretoys_

Klik link yang ada di IG/Twitter dan buka lewat Browser.

Youtube Channel (Untuk mendengar cerita baru yang akan segera rilis): Lecehkan Pria

(https://www.youtube.com/channel/UCNT7AguOEfSxgPi_n370x4A)

Untuk pembelian PDF:

Telegram: boyaretoys

Atau download aplikasi Boyaretoys untuk membeli cerita kami. File PDF akan dikirimkan via WA.

Klik link berikut untuk mendownload apps Boyaretoys

https://apy.pw/boyaretoys

Terima kasih :)


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login