Download App
20% Manuskrip Takdir / Chapter 4: Bab 3: Langkah Pertama di Tanah Baru

Chapter 4: Bab 3: Langkah Pertama di Tanah Baru

Matahari Madinah bersinar terang di atas langit yang biru jernih. Ibrahim Nasr, yang kini berusia lima tahun, mulai terbiasa dengan kehidupan barunya. Ia bukan lagi pria dewasa yang sibuk membaca sejarah di masa depan, melainkan seorang anak kecil yang perlahan memahami dunia yang benar-benar berbeda ini.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Ia mulai belajar bahasa Arab lebih dalam, mengikuti ayahnya dalam pekerjaan sehari-hari, dan bermain dengan anak-anak sebayanya. Meskipun begitu, di dalam hatinya, ada kekaguman dan rasa penasaran yang belum bisa ia ungkapkan sepenuhnya. Ia tahu bahwa ia berada dalam era yang akan dicatat dalam sejarah sebagai titik balik peradaban.

Setiap sore, Ibrahim menemani ayahnya ke pasar, melihat para pedagang menjajakan barang dagangan dari berbagai tempat. Madinah adalah kota yang hidup, dengan budaya yang beragam dan semangat yang membara. Namun, lebih dari itu, yang membuat Ibrahim semakin yakin bahwa ia berada di tempat yang luar biasa adalah bagaimana semua orang menghormati dan mencintai Nabi Muhammad.

Suatu hari, ayahnya mengajaknya ke masjid. Ibrahim duduk di barisan belakang, mengamati bagaimana Nabi Muhammad berbicara dengan penuh kelembutan kepada para sahabatnya. Setiap kata yang keluar dari beliau terasa menenangkan, seolah mengandung hikmah yang tak terbatas. Ibrahim, meski masih kecil, merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya.

"Ibrahim, kau tampak termenung," kata ayahnya saat mereka berjalan pulang.

"Aku hanya... ingin memahami lebih dalam," jawabnya pelan. Ayahnya tersenyum dan mengusap kepalanya. "Semua butuh waktu, Nak. Kau akan mengerti seiring berjalannya waktu."

Malam harinya, Ibrahim mulai menulis di diary kecilnya. Ia mencatat perasaan dan pikirannya, mencoba menangkap setiap momen yang ia alami. Meski ingatannya tentang kehidupan sebelumnya semakin kabur, ia merasa ada sesuatu yang harus ia abadikan—sebuah warisan kecil untuk masa depan.

Maka, di bawah cahaya lilin yang redup, sejarah pun mulai ditulis dari sudut pandang seorang anak kecil yang baru saja melangkah ke dalam dunia yang penuh makna.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login