Download App
MC MEH (HAPUS) MC MEH (HAPUS) original

MC MEH (HAPUS)

Author: BlackLand

© WebNovel

Chapter 1: Ayo menikah!

"Pria tampan... Ayo menikah denganku."

Zeline memang sedang mabuk saat ini. Namun penglihatannya masih cukup jernih. Dia masih bisa melihat sosok tinggi dan tampan di hadapannya sekarang. Dia sangat yakin bahwa pria ini bahkan lebih tampan berlipat-lipat kali dari Tommi, mantan kekasihnya yang sangat berengsek itu!

"Di mana alamatmu? Aku akan mengirimmu pulang." Gavin masih sedikit tertegun dengan gadis dihadapannya.

Awalnya Gavin sama sekali tidak tertarik untuk membantu gadis ini, tetapi dia sangat terganggu dengan beberapa lelaki yang ada di bar, yang mulai bergerombolan mencoba merayunya.

Tentu Gavin juga benar-benar tidak akan peduli jika saja gadis ini tidak sedang duduk di kursi di sebelahnya.

Gadis ini memang cantik. Dia mengenakan dress putih selutut dan jaket kulit hitam, namun sudah pasti karena dia mabuk dan merasa gerah, dia melepaskan jaket kulitnya.

Dress yang dia kenakan sangat ketat. Membalut tubuhnya tanpa ampun, menonjolkan beberapa bagian di tubuhnya. Dan bisa di tebak itulah alasan para lelaki ini mulai mendekatinya.

"Aku akan pulang denganmu. Di mana rumah kita?" Zeline menjawab Gavin dengan mudah. Sambil mengatakan itu, Zeline ikut berdiri dan melingkarkkan tangannya di lengan pria itu.

Zeline tidak peduli, dia malam ini benar-benar merasa sangat menyedihkan. Seminggu yang lalu, dia dengan terpaksa mendatangi acara pernikahan kekasihnya, Tommi, di kota tetangga.

Zeline awalnya tidak berniat untuk pergi sama sekali, siapa yang akan pergi begitu saja ke pernikahan mantan kekasih sendiri?

Oh, tidak, tunggu, mereka bahkan belum menjadi mantan, karena sama sekali belum ada di antara mereka berdua yang mengakhiri hubungan mereka yang sudah berjalan selama tiga tahun lamanya itu. Tepatnya, si berengsek Tommi itulah yang telah berselingkuh darinya.

Zeline pikir Tommi akan tetap tinggal di kota sana, di rumah keluarga Febi, istri barunya.

Zeline sudah cukup lega, setidaknya mereka berada di kota yang berbeda, sehingga akan lebih mudah untuknya membuka lembaran baru dan menutupi luka di hatinya.

Namun tadi sore, sangat disayangkan. Dia melihat langsung bahwa mantan pacarnya itu dan istri barunya telah membeli rumah di kota ini, di kota yang sama dengannya.

Itu tidak menjadi masalah besar, karena kota ini cukup besar, jadi kemungkinan untuk bertemu seseorang walau berada di kota yang sama itu hanya memiliki sedikit kemungkinan. Namun lagi-lagi yang membuat Zeline takut adalah 'takdir'. Zeline sangat yakin takdir sedang bemain-main dengannya, hingga rela membawa mantan pacarnya untuk tinggal di kota yang sama. Dia yakin, setidaknya mereka akan segera bertemu, entah di sengaja atau tidak.

"Baik, aku bisa saja membawamu ke kamarku, apa itu tidak masalah?" Gavin bertanya dengan nada nakal. Berharap gadis itu bisa sadar dan keluar dari sini untuk pulang dengan sendirinya.

Mendengar itu, Zeline langsung mengangguk antusias. "Ayo, aku gadis yang sangat patuh...." dia menjawabnya dengan serius dan suara yang menyedihkan.

Saat mencoba berdiri dari dudukannya, Zeline kehilangan keseimbangannya sendiri dan terhuyung di lengan Gavin. Seolah memiliki refleks yang bagus, Gavin langsung memegangi tubuh Zeline, membawa Zeline ke pangkuannya. Gavin hanya mendesah pasrah.

Zeline menunjuk ke arah pintu bar.

"Ayo pergi. Aku merasa mulai pusing."

Zeline cukup hebat dalam minum, dia biasanya tidak mudah mabuk. Tapi mungkin karena malam ini dia minum terlalu banyak hingga kepalanya terasa hampir pecah.

Gavin hanya menurut dan segera membawanya keluar dari bar.

Sepanjang jalan, Zeline tidak memprotes. Saat telah sampai di luar bar, tubuhnya merasa sedikit kedinginan, itu membuatnya semakin menempelkan tubuhnya kearah Gavin.

Gavin menatap Zeline cukup lama, dia berpikir dalam hati, bagaimana seorang gadis sangat tidak peduli dia akan di bawa kemana. Gavin tahu, Zeline tidak sepenuhnya mabuk, karena gadis itu terlihat masih bisa menyadari berapa hal. Seperti, Gavin adalah pria asing, di mana letak pintu bar, dan jaket hitamnya yang sempat terjatuh di lantai. Namun, dia benar-benar tidak peduli tentang dirinya yang sedang di bawa oleh pria tak dikenal.

Beberapa saat kemudian Zeline merasa tubuhnya mulai menghangat. Menandakan dia sudah berada di sebuah ruangan tertutup. Zeline mulai membuka matanya dan menerawang.

Gavin meliriknya. Bau alkohol di tubuh Zeline membuat Gavin mengernyit. "Kenapa kamu minum terlalu banyak seperti ini?" Gavin mendesah. Suaranya sangat pelan, namun masih bisa ditangkap telinga Zeline.

"Kamu tahu, aku baru saja bertemu mantan kekasihku... Dan dia bersama dengan istri barunya." Zeline tertawa menyedihkan. "Mereka tampak sangat bahagia," lanjutnya.

Suaranya sangat lembut dan manis, membuat Gavin sedikit tersentuh dan merasa sedikit terhibur, membuatnya tanpa sadar tertawa, dan Zeline menyadari itu.

Selain tampan, bahkan suaranya juga sangat bagus. Zeline berpikir sambil menyeringai bangga.

Gavin membuka pintu dan memasuki ruangan. Dia menempatkan Zeline di tempat tidur dan hendak segera berbalik untuk pergi, tetapi dihentikan oleh sebuah tangan.

Tentu saja pihak lain yang ada di sana keberatan dengan keinginan Gavin untuk pergi.

Kesabaran Gavin hampir habis. Gadis ini sangat menyusahkannya. Gavin berbalik dan mencoba melepaskan tangan kecil yang ada di pinggangnya.

"Kamu mau kemana? Jangan tinggalkan aku." Zeline mengatakan itu dengan suara sangat halus. Tidak mungkin Gavin bisa mengabaikan suara itu.

"Lalu? Kamu ingin aku menemanimu malam ini?" Gavin menggodanya.

Zeline tidak menjawab. Dia hanya melingkarkan tangannya lagi ke pinggang Gavin dan memeluknya lebih erat sambil menggosokkan pipinya yang montok ke dada Gavin dengan sangat manja.

Zeline mendongak. "Jika aku bilang jangan pergi, maka jangan pergi!"

Melihat sepasang mata yang begitu menyedihkan itu. Gavin bergerak duduk di tepi tempat tidur. Menatapnya dengan lembut.

"Baiklah... apa yang kamu inginkan?"

Karena melihat ada kesempatan, Zeline tidak membuang waktu lebih lama untuk mengeluarkan cincin yang terukir sebuah nama di salah satu sisinya. Zeline menatap cincin itu, memastikan bahwa di sana masih ada namanya. Setelah yakin, Zeline langsung menarik tangan Gavin dan menyelipkannya di jari pria itu.

Setelah memastikan cincin itu terselip sempurna, Zeline baru bergumam.

"Menikahlah denganku, hmph!"

Tidak ada nada meminta persetujuan dari Zeline, nada suaranya seperti dia tidak ingin ada penolakan dari pihak lain. Sedangkan Gavin, dia jelas sekali terkejut, namun dia juga tidak memiliki ekspresi menolak.

Alih-alih Gavin bertanya, "kamu yakin dengan ini?"

Zeline mengangguk kuat-kuat dan memegang tangan Gavin dengan erat.

"Cincin itu sudah ada di tanganmu. Kamu tidak bisa mengembalikannya, kita sudah terikat janji sekarang."

Gavin langsung terkekeh mendengarnya. Wajahnya yang kaku dan acuh tak acuh berubah lembut dalam sekejap.

Zeline menatap wajah pria itu, namun bayangan wajah Tommi tiba-tiba muncul di benaknya. Efek mabuknya semakin kuat. Selain kepalanya yang semakin pusing, Zeline malah mulai melihat wajah pria tampan itu sebagai Tommi?

Tidak! Tidak! Tidak!

Dia tidak ingin menikah dengan pria berengsek itu. Dia ingin pria tampan yang tadi. Zeline menggosok matanya dengan kuat untuk menemukan kesadarannya kembali.

"Kamu harus setuju, kita sudah menikah sekarang," ujar Zeline, sama sekali tidak memiliki keraguan di matanya.

"Baiklah... Kamu harus tahu, aku tidak suka jika seseorang mengingkari ucapannya sendiri." Pria itu tersenyum dan perlahan mulai bergerak mendekatinya.

Zeline mengulurkan tangan kecilnya dan dengan erat meraih jari-jari Gavin.

''Aku tidak akan mengingkarinya."


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login