Download App

Chapter 3: 02. RAYUAN

Tidak terasa sudah empat hari berlalu sejak awal semester kemarin. Clara menjalani harinya seperti biasa, hanya saja kini dengan sedikit perbedaan. Lelaki kedua yang sering terlihat bersamanya kini bukan Andre melainkan Nando.

Clara bukannya tidak mencoba berbaikan dengan Andre. Dia bahkan sudah mencoba berkali - kali untuk bertanya kepada Andre tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tapi sikap Andre yang biasanya hangat berubah menjadi sedingin es kepada Clara sama seperti sikapnya kepada orang lain yang bukan dianggap teman-nya.

Melihat Clara yang diam Nando mencoba bertanya.

"Kenapa Clar? Kok bengong."

"Iya nih, lagi mikiran ujian? Masi lama sih" timpal Robert santai.

Kuin kesal mendengar pernyataan Robert yang menyepelekan ujian dan mulai menasehatinya.

"Hih, gimana si kamu. Ujian tinggal empat bulan lagi. Kalo ga mulai dipikirin, malah bakal susah kita nanti. Kamu mau ga lulus ay!"

"Hehe.. bercanda ay" jawab Robert menenangkan.

Bagi Clara melihat Kuin dan Robert adalah sebuah hiburan tersendiri. Menurut Clara cara berpacaran mereka berdua bisa dibilang sangat dewasa jika dibandingkan dengan kegiatan pacaran remaja pada umumnya.

Kegiatan pasangan ini lebih ke bersaing menjadi yang lebih baik dan saling support dari pada untuk menghabiskan waktu pada romansa yang tidak penting.

Bukan omong kosong, semenjak mereka berpacaran nilai mereka bukannya merosot malah meroket hingga mampu bersaing di 5 besar paralel.

Clara adalah siswi yang berprestasi yang selalu menduduki paralel satu sejak kelas sepuluh, sedangkan Robert dan Kuin awalnya sebelum memutuskan berpacaran hanya berada di paralel tengah. Namun, sejak mereka berpacaran setahun lalu, mereka selalu memperebutkan kursi kedua. Karena alasan ini pula para guru tidak ada yang mempermasalahkan hubungan keduanya.

Sikap sahabat-sahabatnya dan kini ditambah Nando ini cukup untuk membuatnya melupakan kejadian yang kurang menyenangkan itu.

"Iya nih. Hehe.. sama mulai mikirin mau masuk univ. mana"

"Tuh kan ay, Clara si pikirannya lebih maju dari kamu." Timpal Kuin.

"Heh, sapa bilang, Clara masih mikir. Aku malah udah tau tujuan aku kemana." Jawab Robert secara tidak terduga.

"Eh, serius bert??" Kini giliran Nando yang bertanya.

"Serius lah, yang jelas aku mau satu universitas sama ay. Hehe.." jawab Robert sok polos.

"Asem! Kirain beneran" jawab Nando kesal.

Berbeda dengan Nando dan Clara yang agak speechless mendengar jawaban Robert, wajah Kuin justru memerah mendengar jawaban Robert.

"Ok, kalo gitu kamu harus siap-siap kerja keras ay"

"Loh, kenapa ay?" Tanya Robert merasakan sedikit ancaman di wajah pacarnya itu.

"Kan aku punya rencana mau masuk Havard" jawab Kuin ringan.

Jadilah keheningan tidak terduga akibat jawaban Kuin itu. Bagaimana tidak. Tidak ada yang tidak tau bagaimana sulitnya untik masuk Havard, salah satu kampus yang memegang predikat terbaik di dunia.

Bahkan kuota yang diberikan univ. ini bisa dibilang sangat terbatas jika dibandingkan jumlah para pesertanya. Tapi bukan Robert namanya jika kalah dengan tantangan seperti itu.

"Siap komandan" jawab Robert memecahkan keheningan saat itu.

Kuin hanya tersenyum lega mendengar tanggapan Robert. Mungkin orang pikir pasangan ini gila, tapi bagi Clara inilah yang dia suka dari hubungan sahabatnya ini.

Ketika Robert menjawab seperti itu, itu bukan hanya isapan jempol belaka, dia akan benar-benar berusaha, begitu pula dengan Kuin yang pasti pada akhirnya tidak akan mau kalah dan berusaha lebih keras juga.

"Ok, kalo gitu aku ikut" tambah Clara menimpali.

"Eh, Clara ikut? Kalo gitu aku juga." Tiba-tiba Nando jadi ikut bersemangat mendengarnya.

Clara sedikit kaget mendengar jawaban Nando. Mereka berempat tertawa menanggapi impian baru mereka ini.

"Eh, besok jangan lupa ya." Kata Nando.

Mereka bertiga memasang tampang bingung menanggapi pernyataan Nando.

"Meskipun kalian sibuk belajar aku ga peduli, kalian harus tetep temenin aku jalan buat rayain hari ulang tahunku." Nando menambahkan dengan gaya merajuk mirip anak kecil.

Secara tidak langsung Clara melihat bayangan papanya dalam sikap Nando ini, yang membuat wajahnya jadi memerah.

Kok aku jadi deg-deg an ya, Batin Clara lagi.

"Iya iya, kita ga lupa kok! Besok naik mobil Ay aja ya. Biar bisa berangkat bareng. Ntar kita ngumpul dirumahku" jawab Kuin senang.

"Ok! Lumayan makan masakan tante sebelum berangkat, hehe." Jawab Clara dengan polosnya.

Melihat ini Kuin, Robert, dan Nando hanya bisa tertawa mendengar jawaban Clara itu.

***

Bel masuk berbunyi.

"Balik yuk!" ajak Robert dan diamini yang lain.

Mereka kembali kekelas masing - masing. Nando ke IPA 1 sedangkan yang lain di IPA 2.

Ketika akan masuk kekelas pak Edy memanggil Clara.

"Clara, kamu bisa bantu bapak tolong ambilkan Flashdisk bapak untuk materi hari ini di meja guru?"

Clara yang merasa beruntung masih bisa jalan - jalan sebelum masuk kekelas pun menjawab dengan sopan dan berjalan menuju ruang guru

"Baik pak."

Saat dalam perjalanan Clara tidak sengaja melihat Andre sedang berbicara dengan seseorang wanita paruh baya.

"Ndre, kamu kok ga perna ngabarin tante sih sekarang? temen-temen kamu yang SMP pada nyariin tuh"

"Gapapa sih te, Andre cuma lebih suka sendiri sekarang." jawab Andre sopan.

Jujur ini pertama kalinya Clara mendengar Andre menjawab dengan nada bersahabat seperti itu ke orang lain selain teman-nya. Biasanya kepada guru sekalipun, meskipun sopan jawabannya terdengar sangat dingin.

"Tapi tante heran, kamu sebenarnya ada masalah apa? Sampai segitunya menghindar dari kehidupan lamamu?"

"SMP juga ngerahasiain SMA kamu. Kalo bukan karna Ana yang lihat kamu awal semester lalu. Tante ga akan tau kamu pindah kesini" tambah wanita itu lagi seakan menggali sesuatu dari Andre.

"Oh, jadi cewek yang sering ngikutin Andre semester lalu itu Ana tante? Udah besar ya sekarang. Jadi cantik lo te, si Ana."

Terus terang Clara tidak menyangka Andre bisa seakrab itu dengan seseorang. Andre terlihat berbeda, sangat berbeda. Tidak ada lagi aura dingin yang sering dia perlihatkan sebelumnya.

"Tante tau kamu belum berubah, masih teliti ke detail terkecil sekalipun ya. Haha.. pantes Anak tante ga bisa ngelupain kamu."

"Ah, ok tante kalah lagi. Kamu berhasil ngalihin topik." Tambahnya lagi.

Ntah mengapa melihat sikap Andre itu, ada rasa rindu di hati Clara, rindu dengan sikap hangat Andre itu, sikap yang biasanya hanya ditunjukan pada orang yang dianggapnya teman, dan Clara dulu adalah salah satunya.

Tidak tahan menguping lebih lama, Clara meneruskan jalan menuju ruang guru. Tapi selama dalam perjalanan nama Ana terus terngiang ditelinga Clara.

"Ana? apa itu Ana paralel satu dikelas sepuluh ya" tanya Clara pada dirinya sendiri.

Terbayang wajah anak kelas sepuluh yang kini menjadi cukup populer diangkatanya. Berbeda dengan Clara, kecantikan Ana membawa kesan imut pada orang-orang yang melihatnya.

Clara sampai di ruang guru. Setelah mengambil flashdisk yang dimaksud, dia langsung kembali ke kelas.

Sesampainya dikelas, setelah menyerahkan FD pada pak Edy, Clara kembali duduk ke bangkunya.

"Loh, Andre mana?"

"Ga tau, tadi aku masuk udah ga ada" jelas Kuin.

Clara hanya mengangguk, mengeluarkan buku dan mulai memperhatikan pelajaran yang diberikan pak Edy.

***

Malam itu Clara berada dikamarnya, membaca buku dan mengulang pelajaran tadi siang.

Clara tidak bisa fokus. Pikirannya kembali teringat kejadian tadi siang.

"Siapa sih wanita tadi? Masudnya gimana sih? Kok aku jadi bingung ya."

"Kenapa Andre deket banget sama dia ya?"

"Terus apa hubungan Ana sama Andre, kenapa Andre kaya akrab banget waktu nyebut nama Ana?" tambahnya lagi.

Saat pikirannya kalut dengan bamyak pertanyaan hpnya berbunyi. Tanda ada pesan masuk. Menyerah dengan belajarnya yang tidak bisa fokus akhirnya Clara mengambil Hpnya dan memeriksa pesan. Ternyata pesan dari Nando.

Clara lagi apa nih?

"Ok, ini kenapa kalo pada sms ga pernah disingkat sih, pada banyak pulsa semua?"

"Apa emang banyak gratisan smsnya?"

"Ok kalo gitu aku ga akan nyingkat juga, hahh... kaya kayadeh operatornya" kata Clara jadi kesal sendiri.

Merasa lucu dengan racauannya, Clara tertawa sendiri.

"Eh, hahaha."

Kembali ke hpnya, Clara membalas pesan dari Nando.

Belajar aja. Cuma ga bisa konsen. Kamu?

Tak lama kemudian Nando membalas dan mulailah sesi sms-an mereka.

N : oh, belajar apa? Kok ga konsen? Baru kelar olah raga.

C : ciee olah raga, buat mikat hati cewek - cewek di sekolah ya. Fisika. Ntah ga konsen aja.

N : hmm ya uda temenin aku SMSan yuk sambil nunggu konsen lagi. Ih gak lah, ngapain, kalo cuma mau mikat cewek sih, wajah gantengku udah cukup.

Clara yang membaca pesan ini benar-benar kehabisan kata, lalu teringat bayangan papa pada sifat Nando yang kekanakan ini.

C : ....

N : Kenapa? Kamu mulai jatuh hati ya sama aku.

C : haha.. mimpi.. gapapa sih, cuma kamu kaya pd aja.

N : Kan emang kenyataan.. hihi, kamu aja yang aneh ga terpikat sama ketampananku.

C : halah, iyain deh iyain. Biar seneng.

N : wkwkwk.. kamu uda makan?

C : Udah, ini habis belajar niatnya mau bobo.

N : Oh gitu, eh Clar aku boleh telpon ga?

C : Ngapain?

N : Ada deh. Pengen ngobrol aja, boleh ya.

C : Ok deh. Tapi awas sampai gombal, langsung aku tutup lo.

Tidak lama hp clara menjadi sunyi. Karena merasa haus Clara pergi kebawah untuk mengambil minum sebentar.

Sekembalinya kekamar, Nando belum juga telpon. Karena sudah malam, Clara merapikan mejanya dan menyiapkan buku untuk kesekolah besok.

Setelah selesai menyiapkan perlengkapan sekolahnya besok, ternyata Nando belum juga menelpon dan tentu saja itu membuat Clara sangat kesal.

"Ini dia yang minta sendiri, tapi dia yang ingkar!" katanya marah.

Akhirnya lelah menunggu, diapun memutuskan untuk tidur.

Baru saja kepala Clara terbaring di bantal, hpnya berdering. Ketika dia mengambil hpnya, disitu tertulis panggilan dari Nando.

Clara mematikan panggilan itu. Namun Nando menelponnya lagi dan Clara tetap mematikan panggilannya.

Pada panggilan ketiga Clara memutuskan untuk mengangkatnya, tapi dia sudah siap untuk menjawabnya dengan ketus, menumpahkan kekesalannya. Lalu dia mengangkat telponnya.

"Halo!" Jawab Clara ketus.

Tiba-tiba alunan melodi terdengar dari sebrang sana.

.

.

.

.

Dengar indah suaramu gadis

Buat jantung ini bergetar hebat

Langit kirim pertanda manis

Oh Tuhan, mungkinkah dia kudapat

.

Dimalam yang sunyi ini

Bulir bulir kata tercipta

Kucoba rangkai lagu manis

Persembahkan bagimu cinta

.

Oh kuhanya ingin bersamamu

Memegang lembut tanganmu

Belai indah halus rambutmu

Peluk erat dirimu

takkan kulepas...

Lagi

.

.

.

.

Clara yang tadi niatnya marah, luluh dengan suara merdu Nando. Dia tak bisa berkata-kata, itu adalah kali pertama seorang pria mengerjainya seperti ini.

"Hehe.. maaf Clar lama, tadi latihan dulu, bikin sendiri soalnya"

"Bodo! Tau ah aku mau bobo!" Jawab Clara mematikan telponnya dan berbalik tengkurap menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Astaga tuh anak! Batin Clara bahagia sambil tetap menyembunyikan wajahnya.

Hpnya berbunyi lagi tanda pesan masuk.

Clar, selamat malam ya. Mimpi indah, God bless.

"Dasar cowok nyebelin!"

***

Keesokan harinya Clara berangkat lebih pagi untuk mengikuti ibadah pagi di kapel sekolah. Terimakasih kepada Nando, berkat kejutan yang dibawakannya semalam, membuat Clara teralih dari kesedihannya akan sikap Andre.

Sesampainya disekolah, Clara langsung memasukan motornya ke parkiran dan berjalan ke arah kapel. Pagi ini masi sepi, hanya ada beberapa anak asrama dan orang orang tua yang pergi untuk ibadah pagi juga.

Sesampainya dikapel, setelah pastur masuk, dimulailah ibadah pagi.

Setelah ibadah selesai, Clara menyempatkan diri dulu untuk tetap di kapel dan berdoa secara pribadi. Setelah selesai dia mulai berbalik dan berjalan menuju keluar.

Betapa terkejutnya dia ternyata ada Andre disana sedang berdoa juga. Ingin Clara menyapanya. Namun karena ini tempat ibadah, Clara kembali duduk dibelakang dan menunggu Andre selesai berdoa.

Andre selesai berdoa. Namun dia berjalan menuju keluar tanpa menoleh kearah Clara.

Clara yang menyadari itu langsung berdiri dan pergi menyusulnya, setelah berada diluar area berdoa, dia mencoba untuk memanggilnya.

"Andre" panggil Clara.

Namun Andre tetap berjalan keluar tanpa menoleh kebelakang. Clara yang melihat ini jadi kembali sedih. Sambil menunduk dia berjalan keluar.

"Hai, kok keluar dari gereja sedih gitu mukanya?" tanya sebuah suara.

Clara menoleh ternyata ada Nando disitu yang sepertinya memang sudah menunggu dirinya.

"Eh do, kok kamu ada disini?" tanya Clara heran.

"Ngapain lagi? Nungguin kamu lah."

"Loh? Kok tau aku disini?" Tanyanya lagi

"Feeling aja." jawab Nando cuek.

Clara sebenarnya yakin Nando tau dia disana. Meskipun tidak tahu bagaimana cara Nando mendapat info. Tapi melihat Nando dia jadi ingat lagi kejadian semalam.

Wajah Clara bersemu merah, dia jadi teringat lagi suara merdu Nando semalam teralih lagi dari kejadian yang kurang mengenakkan barusan. Nando mengajak Clara kembali kekelas.

"Ya udah yuk ke kelas bareng."

"Ah ok, aku juga masi ada tugas yang harus di diskusiin sama Kuin juga sih."

Nando tersenyum kepadanya. Melihat senyuman Nando membuat Clara semakin salah tingkah.

"Ok, aku tadi liat Kuin masuk sama Robert, kayanya udah dikelasnya deh" kata Nando lagi.

Clara hanya mengangguk malu mendengar Nando berbicara. Akhirnya mereka berjalan bersama ke arah kelas. Sesampainya di depan kelas Clara, mereka berpisah untuk masuk ke kelas masing - masing.

"Duluan ya Clar" pamit Nando.

"Eh iya" jawab Clara malu.

"Kenapa? Ga iklas gitu? Ga rela ya, pisah sama aku?"

"Ih ngarep!" jawab Clara sambil memalingkan wajahnya yang malu.

Melihat sikap malu-malu Clara membuat Nando tertawa. Puas menggoda Clara dia berjalan kembali kekelasnya.

***

Memasuki kelas, Clara melihat Kuin, Robert, dan Andre sedang mengobrol.

Baru saja melihat dirinya datang, Andre pergi meninggalkan Robert dan Kuin kembali ke tempat duduknya.

"Eh?"

Kuin dan Robert keheranan melihat kejadian itu. Namun mereka berdua tidak mencoba bertanya pada Clara, karena merasa tidak bijak kalo menanyakan itu sekarang.

"Hei Clar baru dateng?" Sapa Kuin.

"Nggak, tadi mampir kekapel dulu." Jawabnya.

"Ciee, anak baik, hehe.." sindir Robert.

Mengingat kapel, membuatnya mengingat insiden kecil pagi tadi. Clara jadi agak canggung mengingat sikap Andre mencoba menutupinya dengan mengeluarkan bukunya sebelum menjawab sindiran Robert.

"Iya lah, haha..."

Clara lalu membuka buku tugasnya dan menanyakan soal yang ingin dia diskusikan.

"Oh iya Kuin kamu inget soal relativitas kemaren?"

"Aku masi agak bingung. Kamu udah les kan kemaren, bantuin ya" lanjutnya.

"Oh itu. Susah si memang, kemaren guru lesku juga nyerah tapi tadi An..." Kuin berhenti bicara.

Robert memberikan pandangan mengingatkan pada Kuin.

"Anku tanya ketemen sebelah, ternyata bisa nyelesain, nih."

Kuin menyelesaikan kalimatnya dengan aneh. Melihat tingkah aneh kedua sahabatnya, membuat dirinya bingung. Mengingat bel masuk sebentar lagi, Clara mengabaikan sikao keduanya dan mulai mempelajari soal itu.

"Ohh, ternyata cuma perlu integralin ini ya.. simpel ya tapi menjebak.. hmmm.." Clara bergumam sendiri.

Robert dan Kuin hanya bisa merasa bodoh melihat kemampuan Clara dalam memahami jawaban dari soal ini. Mereka sendiri tadi perlu lebih dari tiga kali penjelasan sampai bisa memahaminya.

Akhirnya bel tanda masuk berbunyi. Pak Edy masuk dan kelas dimulai.

***

Siang hari saat pulang diparkiran sekolah, Nando memanggil Clara dan Kuin.

"Clar, Kuin nanti sore jangan lupa ya."

"Siap pak bos, Ay nanti jemput kerumah jam 5 kamu jangan telat ya. Kita berangkat bareng."

"Ok! Clara nanti juga langsung kerumahmu kan?" Tanyanya lagi.

"Dia mah ga usah ditanya, rumahku uda kaya markas buat dia. Setengah dari isi lemariku itu baju-baju dia."

"Ini juga dia mau langsung kerumah." Lanjut Kuin masa bodo.

"Hah? Ngapain?"

"Biasalah mau ngabisin nasi.. bener-bener ngabisin nasi kalo kamu mau tau." Jawab Kuin menjelaskan secara detail.

Clara yang mendengar jawaban Kuin itu menyenggol badan sahabatnya sambil malu malu, Sedangkan Nando hanya bisa terbengong dan tertawa mendengar jawaban itu.

"Haha.. ok lah, aku balik kos dulu ya kalo gitu. Sampai ketemu nanti."

Setelah Nando cukup jauh Clara menegur Kuin.

"Ih, perlu ya jelasin sedetail itu. Malu tau."

"Haha, ice princess kita akhirnya bisa malu didepan cowok" jawab Kuin menggoda.

Digoda seperti itu oleh Sahabatnya Clara tidak bisa lagi menyembunyikan semburat merah diwajahnya. Akhirnya yang bisa dia lakukan hanya memalingkan wajah kearah lain.

Saat mereka akan keluar dari tempat parkir, terlintas didepan mereka pemandangan yang sangat tidak biasa. Andre sedang berjalan bersama cewek yang Clara kenali sebagai Ana. Mereka tampak akrab sekali.

"Loh itu Andre kan?"

"Iya mungkin." Jawab Clara sekenanya.

Clara merasa tidak nyaman melihat pemandangan itu. Andre bagi Clara sebelumnya adalah salah satu sahabat yang sangat mengerti dirinya.

Melihat sahabatnya kini dingin padanya namun bisa tertawa lepas dengan orang lain membuat Clara merasa dikhianati.

"Ana nanti malem nonton yuk." Terdengar suara Andre mengajak Ana keluar malam itu.

"Eh? Beneran ini kak? Kak Andre ngajak aku nonton?"

"Iyalah, nanti aku jemput di kos ya."

"Ok kak"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login