Download App
87.15% Memory Of Love / Chapter 95: Kewajibanku Menunaikannya.

Chapter 95: Kewajibanku Menunaikannya.

Bila melepaskan pelukan Edwin "kak apa masih ada yang mau kakak sampaikan?".

"Ga ko Bil, udah"

"Aku ke butik dulu ya".

"Nanti aku jemput".

"Oke".

Bila segera pergi setelah terlebih dahulu mencium tangan Edwin.

Ketika mengambil tas diruangannya Bila diledek oleh dua rekannya.

"Pengantin baru habis ngapain hayoooo???" tanya pak Hadi.

"Pengen tahu aja, apa pengen tahu banget" jawab Bila "pak saya ke butik dulu ya".

"Yah.....payah Nisa, masak ga jawab" pak Wiji merasa kecewa.

"Tanya aja sama kak Edwin". jawab Bila sambil pergi.

Setelah selesai sholat Jumata pak Hadi dan pak Wijaya mendekati Edwin.

"Mas....nanti pulang kantor kita pergi ke toko jamu yuk",ajak pak Hadi.

"Toko jamu ngapain pak, enakan juga ngopi di kafe".

"Mas Edwin kan penganten baru, banyakin minum jamu biar istrinya seneng".

"Boleh pak" jawab Edwin mantap. "saya kabari Bila dulu biar nanti dia ke rumah ibu dulu".

Sore hari disebuah toko jamu dipinggiran kota pak Edwin bersama dua bapak itu berhenti didepan sebuah toko jamu, selah duduk pak Wi meminta penjual jamu tersebut membuatkan jamu pesanannya.

"Mas jamu pegal linunya dua ya, terus khusus mas ini jamu pengantin baru".

"Siap pak".

"Pak Wi memang ada ya jamu pengantin baru?" tanya Edwin sedikit heran.

"Wes ada mas, buktikan nati malam pasti joz" jawab pak Hadi.

Bakda Maghrib Edwin sampai di rumah mertuanya, setelah berbasa basi sebentar ia meminta ijin untuk membersihkan diri.

Edwin masuk ke kamar Bila untuk pertama kalinya, biasanya jika ia ke rumah Bila paling ia hanya menjemput atau duduk di ruang keluarga saja.

"Sayang aku mau mandi".

"Iya kak bajunya lagi aku siapin, tadi udah bawa dari rumah, ini anduknya". sambil menyodorkan selembar handuk.

" Ya makasih ya" Edwin mengambil handuk itu kemudian memeluk Bila "sayang cium aku dulu dong!".

"Kakak kan belum mandi, mandi dulu ya".

Mendengar jawaban Bila Edwin merasa kecewa, ahirnya ia keluar untuk mandi.

Setelah makan malam mereka berkumpul diruang keluarga.

"Bila pak Broto di rumah sama siapa?" ibu bertanya.

"Sama pak Darto bu" jawab Bila.

"Iya bu, kalau di rumah ga ada orang pak Darto biasanya nginep.

"Oh....ibu kira sendiri, kasihan".

"Ga bu, tadi kan kamin sudah ijin". Edwin menjelaskan.

Pukul 22.30 Bila sudaj tertidur lelap, berbeda dengan Edwin yang tampak begitu gelisah, ia hanya duduk berdiri lalu mondar mandir secara berulang-ulang, ia merasakan terbebani dengan sesuatu yang harus segera ia tuntaskan akibat jamu pesanan pak Wijaya.

"Bila...bangun" Edwin membangunkan Bila.

"Ya kak ada apa, kakak haus".

"Ga tahu, tapi aku ngerasa ga enak badanku panas".

"Kakak sakit?" Bila segera memeriksa suhu badan edwin.

"Ga Bil, tadi aku dikasih jamu pak Wi katanya jamu untuk penganten baru, jadinya malah kayak gini" Edwin menunjuk ke arah tertentu.

Bila tak bisa memberi solusi atas apa yang dialami Edwin, ia justru merasa malu dan bingung akan hal tersebut.

"Bila...kayaknya aku dikerjain pak Wi deh". Edwin merasa menyesal mengikuti saran pak Wijaya "sial tadi aku pasti dikasih jamu pria dewasa ini" ia menggerutu dalam hati.

"Terus gimana kak?".

"Bila...aku aku...." Edwin tam terlihat bingung

"Apa kak".

"Bila....kayaknya cuma kamu yang bisa nyembuhin".

"Aku harus gimana kak?" tanya Bila cemas.

"Bila....aku tahu harusnya ga sekarang tapi, aku ga tahu lagi harus gimana."

"Ya kak ga papa, aku lakuin apa?"

"Bila" Edwin segera memeluk Bila, dengan lembut "obatnya ini Bila, kamu bersedia".

"Upz....." Bila bisa menjawab apapun, sekarang sudah tidak mungkin ia menolak keinginan Edwin karena itu adalah hak dan kewajiban seseorang yang sudah menikah.

"Bila kalau kamu ijinkan, aku janji kamu ga akan sampai hamil kok".

Bila berusaha memberikan senyum terbaiknya walaupun jauh dalam hatinya ia begitu merasa cemas.

"Kak...aku menundanya kalau kakak ikhlas. dan kalaupum kakak menginginkannya sudah kewajiban aku menunaikannya".

"Kamu yakin?".

"Insyaallah".

Mendengar jawaban Bila Edwin merasa seolah mendapatkan kesejukan ditengah gurun pasir yang luas ditengah hari buta.

Namun hal tersebut juga membuatnya bingung harus melakukan apa.

"Kak...." dengan lembut Bila memanggilnya.

"Ya sayang" Edwin menjawab namun ia masih berdiri mematung?.

Edwin segera mendekati Bila yang sudah duduk ditepi ranjang, dengan perasaan yang berhejolak dalam dadanya seolah ini adalah kali pertama mereka berada dalam ranjang yang sama.

Malam itu jadi malam pertama yang sesungguhnya bagi mereka setelah beberapa hari tertunda semua itu berkat pak Wijaya dan pak Hadi yang berusaha membahagiakan sepasang pengantin baru itu tanpa sengaja.

Adzan subuh berkumandang ketika Bila mbuka matanya, namun tubuhnya terasa begitu kaku dan sulit digerakan, seluruh tulangnya seakan remuk.

Bila memijit setiap bagian tubuhnya yang terasa nyeri dan saat itu ia baru sadar bahwa tak ada sehelai benangpun yang menpel selain selimut.

Ia menoleh ke arah Edwin yang masih tertidur lelap mungkin suaminya itu juga tengah merasakan kelelahan yang sama dengannya.

Bila segera meraih pakainnya kemudian segera menuju kamarandi, ia merasa begitu malu melihat Edwin, padahal laki-laki itu masih jauh berada dalam alamimpi.

Bila sudah selesai menunaikan shalat subuh ia lalu membangunkan Edwin dengan lembut.

"Kak bangun".

"Ya sayang" Edwin membuka matanya dan tampak didepannya seorang bidadari surga yang tampak cantik dengan rambut panjangnya yang masih basah.

"Bangun mandi, aku mau rapiin ranjangnya".

"Ya....Bila, cie....yang habis mandi" Edwin memegang tangan Bila.

Wajah Bila memerah mendengar ledekan Edwin.

"Kamu cantik banget sih, jadi ga pengen bangun".

"Bangun kakak!!!!!".

"Aku bangun....., sayang makasih ya kamu sudah bersedia jadi milikku seutuhnya.

"Sama-sama itu lewajibanku kak".

"Kamu ga menyesal kan?".

"Ga kok".

"Aku nyesel".

"Kenapa?" tanya Bila yang tampak kaget.

"Aku nyesel kenapa ga dari kemarin-kemarin".senyum mengembang melihat muka kusut Bila, lalu ia segera bangkit untuk mandi.

"Dasar jahil".

" Tapi kamu sayang kan?".

Bila tersipu mendengar bualan suaminya, tampaknya sekarang ia sudah mulai terbiasa dengan ledekan dan gobalan Edwin.


CREATORS' THOUGHTS
Bubu_Zaza11 Bubu_Zaza11

Aduh.....jadi malu sayanya ???

next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C95
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login