Download App

Chapter 72: Mulai Saat Ini Kita Juga Teman

Sore yang ditunggupun akhirnya tiba, dengan wajah berseri Bila menunggu Edwin di parkiran, sebelumnya ia sudah membuat janji dengan Fani dan Khafiz disebuah mall.

Edwin datang masih dengan muka kusutnya, melihat Bila menunggunya ada seulas senyum diwajah tampannya, namun segera ia tutupi.

Edwin membukakan pintu untuk Bila kemudian segera masuk "Kita mau ke mana?" ia bertanya dengan tak sabar.

"Khafiz sudah menungguku di mall".

"Khafiz?" Edwin bertanya pada Bila.

"Ya...Khafiz, katanya kak Edwin pingin tahu hubungan kami" Bila mulai menggoda Edwin.

Edwin melirik sinis pada Bila, kemudian ia segera menyetir mobilnya dengan cepat, sebenarnya Bila merasa takut namun ia tetap berusaha tenang.

Mereka sampai disebuah food cort sebuah mall dikota, dengan tak sabar Edwin menggandeng tangan Bila menuju meja dimana Khafiz sedang duduk.

"Edwin" Khafiz terkejut melihat Edwin bersama Bila, walau ia akan menikah dengan Fani namun ia masih merasa tidak senang melihat kebersamaan mereka.

Mereka duduk sambil berbincang, tak lama kemudian Fani datang dengan tergesa-gesa.

"Bila....maaf aku telat, soalnya aku lupa bawa ini" Fani menyerahkan sebuah kartu undangan pada Bila" jadi aku balik ke rumah ambil itu dulu".

"Ga papa kok" Bila menjawab.

"Kak Edwin, kok kak Edwin disini?" Fani bertanya dengan heran "Bila...apa kalian?"

"Ya Fan kami sudah jadian lagi" dengan sombong Edwin menjawab pertanyaan Fani sambil memegang tangan Bila lalu menciumnya.

"Kak Edwin ga usah lebay deh" Bila melepaskan tangan Edwin.

Fani dan Khafiz sama-sama terkejut mendengar pernyataan mereka " Bila serius?" pasangan calon suami istri itu bertanya dalam waktu bersamaan.

"Serius" Bila menjawab.

"Kamu...ga takut kejadian waktu itu terulang Bil?" Fani bertanya dengan hati-hati.

"Ga kok Fan aku sudah tahu, semua itu ga seperti apa yang kita batangkan".

"Oh...." Fani mengangguknan kepalanya "jadi orang yang salah faham kemarin sama kamu dan Khafiz tuh kak Edwin ya?"

"Ya, makanya sekarang biar dia denger sendiri dari kalian cerita sebenarnya".

Sambil menikmati makanan, Fani menjelaskan semua pada Edwin kalau ia dan Khafiz akan menikah Jumat depan dan kemarin ia meminta Bila menemaninya mengambil baju pernikahan, selain mengundang Edwin dan Bila pada acara resepsi, Fani juga meminta mereka datang ke acara ijabb Qobul pasangan itu.

Khafiz terlihat canggung dengan situasi itu terlebih ketika Edwin menanyakan soal hubungannya dulu dengan Bila.

"Fiz lo pernah jadi cowok Bila ya, kok sekarang nikahnya sama Fani?"

"Kak Edwin, diem deh" Bila merasa tidak enak.

"Ceritanya panjang kak, yang jelas hubungan kami baik-baik saja kok"

"Fiz lo jaga Fani dengan baik, sayangi dia, jangan pernah khianati istri lo" Edwin menasehati Khafiz, padahal sebenarnya ia ingin mengingatkan kalau Bila sekarang adalah miliknya.

"Sok nasehatin gua lo, bukannya dulu lo juga selingkuhin Bila?" Kalimat pruvokatif Khafiz berhasil memancing emosi Edwin.

Muka Edwin menegang mendengar omongan Khafiz, ia segera menatap tajam ke arah Khafiz.

"Kak Edwin, Khafiz stop!" Bila segera menengahi mereka" kalian bukan anak-anak lagi, ini tempat umum, Khafiz kamu sudah hampir jadi srorang suami, jadi dewasa sedikit, kak Edwin juga kakak tuh lebih tua dari kami kasih contoh yang baik dong!" Bila berkata dengan nada tegas.

"Iya...kalian berdua masih aja musuhan, emang ga malu, ingat calon istri kalian itu sahabatan" Fani mengingatkan.

"Maaf Fan, Bila" Khafiz menjadi tidak enak.

"Aku juga minta maaf" Edwin menyahut.

"Sudah sekarang kalian baikan!"Bila mememerintah seolah ia seorang istri yang sedang menghukum kesalahan kecil suaminya.

Edwin dan Khafizpun segera bersalaman dengan berat, sambil saling mengucapkan maaf.

"Ih...kalian lucu" Fani meledek.

Bila dan Fani tertawa terbahak-bahak sampai mereka sadar orang disekitar mereka memperhatikan.

Fani dan Bila terus bergosip kesana kemari tanpa memperdulikan Edwin dan Khafiz yang masih tidak mau saling menyapa, bukannya dua gadis itu tidak tahu situasinya mereka memang sengaja agar laki-laki disamping mereka bisa lebih akrap.

Lama kelamaan dua pria yang menunggui prempuan bertemu untuk bergosip bosan juga, walau awalnya canggung akhirnya Edwin dan Khafiz mulai saling berbicara.

Semakin lama mereka juga akhirnya mau saling bercerita, bahkan mereka pindah tempat duduk membiarkan pasangannya bercerita dengan bebas.

Awalnya Edwin dan Khafiz mengobrol tentang pekerjaan masing-masing, hingga obrolan mereka merujuk pada sosok Bila gadis yang penting dalam hidup mereka.

"Win...gua titip Bila ke elo, jaga dia jangan pernah lo sakitin Bila lagi".

"Pasti man, elo juga ingat lo udah ada Fani dan lo tahu mereka berdua sahabat deket jadi jangan lo hancurkan persahabatan mereka.

"Ya win..., Fani adalah gadis yang baik, gua juga sadar kalau cinta Bila cuma buat lo, kita emang pernah pacaran, tapi jujur gua tahu banget kalau Bila ga pernah mencintai gua"

"Mulai sekarang kita jaga pasangan kita masing-masing dan kita harus berusaha membahagiakan mereka"

"Ya Win gua setuju sama lo, mulai sekarang karena istri kita shabatan, mulai saat ini kita juga temenan"

Edwin dan Khafiz saling berjabat tangan, tanda permusuhan mereka telah berakhir.

Bila dan Fani melihat mereka dengan senyum mengembang, kemudian mereka mengucapkan selamat.

"Nah gitu dong, masak musuhan terus kaya anak SD" Bila meledek Edwin dan Khafiz.


CREATORS' THOUGHTS
Bubu_Zaza11 Bubu_Zaza11

Maaf Up Ulang.

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C72
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login