Download App
Meneer, Ik Hou Van Je! Meneer, Ik Hou Van Je! original

Meneer, Ik Hou Van Je!

Author: AeonAero

© WebNovel

Chapter 1: Chapter 1 - Life so flat!

#Annesia POV.

Cahaya mentari perlahan-lahan mulai menyinari jendela kamarku yang tidak begitu besar namun sangat nyaman. Kamarku di dominasi warna creme dan coklat. Tempat tidur yang tidak begitu besar menghadap jendela ini sangat nyaman dan membuatku malas untuk bergerak. Kuraih smartphoneku di atas meja kecil di samping tempat tidurku. Jariku dengan lincah menyentuh layar benda kotak pintar itu mencari aplikasi note yang mencatat kegiatanku.

' Hmm.. mana jadwalku.. bukan ini.. ahh.. nemenin riset in museum.. at 08.00 AM.. ' batinku.

Pandanganku beralih ke jam waker berwarna putih di atas meja. Dengan agak alay aku terkejut hampir jatuh dari tempat tidur. Waaooww..

" Demi siti yang lagi syantiek.. jam 07.36 !?! aku telaaattttt!!! " kataku dengan paniknya.

Dengan tergopoh ku lompat dari tempat tidur tanpa sadar kaki kiriku terbelit selimut bermotif kue mangkok coklat kecil. Alhasil, wajahku yang imut nan rupawan bak miss indonesia ini dengan tidak elitnya mendarat di lantai yang dingin karena semalaman kena kipas angin.

" Duhhh.. dasar selimut bikin susah ajaa.. gak tau orang lagi telat gini.. " gumamku.

Lalu dengan cepat aku melakukan rutinitas pagiku. Mandi, ganti baju, berdandan minimalis biar cantik, dan memakan roti tawar gandum yang di temani sekotak susu sapi segar. Sesudah makan ku langkahkan kakiku keluar rumah. Kalau kalian bertanya kok dari tadi tidak ada keluargaku yang muncul? keluargaku berada di pulau yang berbeda. Ayah dan ibuku sedang bekerja, mereka adalah para pelopor penerbangan di indonesia. Dan kakak laki-lakiku yang menyebalkan itu sedang kuliah kedokteran di german. Dan aku hidup seorang diri di pulau jawa. Menimba ilmu di suatu universitas ternama di indonesia, mengambil jurusan akuntansi.

Kulihat pantulan diriku di jendela rumah setelah merasa cukup puas dengan tampilanku yang sederhana tapi modis, ku langkahkan kakiku ke garasi lalu menyalakan motor matik kesayanganku menuju museum.

Dalam perjalanan, kulihat banyak toko yang baru buka. Banyak orang yang jalan kaki dan ada juga yang mengendarai kendaraan, suasan pagi hari yang ramai. Pemandangan ini hampir setiap hari ku lihat akan tetapi membuatku bosan. Bagaimana tidak bosan hampir setiap hari kegiatanku itu itu mulu, tidak ada yang spesial.

' Sungguh membosankan.. coba hidupku kayak anime-anime isekai atau novel-novel china yang bisa pindah ke jaman dulu atau ke dimensi lain.. bertemu pangeran tampan.. punya anak dan hidup bahagia selamanya.. pasti menyenangkan.. ' batinku yang sedang menghayal.

Tanpa sadar aku sudah tiba di Museum Bahari Galangan. Museum ini dulunya gedung galangan kapal waktu jamannya VOC. Gedung ini adalah saksi bisu dari kehidupan perdangan belanda-indonesia atau dulu trendnya hindia-belanda. Banyak kapal-kapal belanda yang datang untuk mengakut hasil bumi indonesia seperti rempah-rempah, bahan mentah, dan lain-lain.

Setelah memparkirkan motorku, langsung ku cari smartphone di dalam tas kecilku lalu kucari kontak sahabatku yang bernama Christine Damayanti. Dia adalah sahabatku sejak masa putih abu-abu. Dia yang menemani hari-hariku yang membosankan, mendengar curahan hatiku yang kesepian. Setelah kontak sahabatku yang akrab di sapa Titin ini ketemu tanpa menunggu lama langsung ku hubungi.

" Tin.. kamu dimana? " ucapku melalui smartphone.

" Di pintu masuk nihh Nes.. cepetan kesini udah jamuran nih.. " omel Christine.

" Okeee.. tunggu aja.. otewe nihh. " balasku lalu mematikan sambungan telepon.

Setelah berjalan keluar dari area parkiran, aku langsung saja menuju ke pintu masuk. Dan aku langsung bertemu Titin dengan wajah masam yang siap menceramahiku.

" Jam tanganmu mati? Atau emang Cuma aksesoris doang? Lihat tuhh udah jam berapa.. jam 9.35.. janjian jam berapa datang jam berapa.. " ceramah titin. Seee..? benerkan? langsung di ceramahi..

" Sorry Titin cantik.. tadi aku tersesat di jalan yang namanya kehidupan.. aku susah menentukan arah ke jalan yang benar tiinn.. aku-" ucapku terhenti dengan telapak tangan Titin di depan mulutku.

" Alasan mulu.. mana gaje lagi, udahhh.. ayoo masuk.. temenin aku nyelesaikan tugas terus pulang.. aku masih banyak urusan. " omel Titin yang tiada henti. Curiga kalau udah nikah titin jadi emak-emak galak penakluk suami.

Lalu kubalas dengan anggukan kepala yang tampak pasrah. Aku berjalan mengikuti atau lebih tepatnya mengekori Titin keliling museum. Kita berjalan sambil mangamati benda-benda yang di pajang di museum ini. Beraneka bentuk dan rupa, ada yang unik juga. Tak lupa dengan lukisan-lukisan yang menggambarkan situasi pada jaman VOC dulu tergantung rapih di dinding. Akhirnya kita menyelesaikan tugas dan tidak lupa kita berselfie ria mengabadikan moment di museum ini.

Tak terasa waktu telah berlalu dengan cepat, waktu di jam tanganku telah menujukan pukul 15.17 WIB. Lalu dengan inisiatif aku memulai percakapan.

" Tin.. udh mau sore.. yukk pulang.. capek nihh. " ucapku.

Kulihat si titin melirik jam tangan rolexnya sambil menganggukan kepalanya yang bersurai hitam yang tampak lembut.

" Okee.. kuyy.. aku juga ada janji. " balas titin.

Lalu kita berdua mulai melangkahkan kaki ke parkiran. Sebelum kita sampai ke parkiran, kita melihat bagian museum yang dulu menjadi dermaga. Dari sini kita dapat melihat laut biru yang membentang dan langit cerah berawan yang tampak teduh. Kita melangkahkan berjalan ke arah pinggir dermaga untuk menikmati pemandangan.

" Gimana yahh waktu dulu tempat ini masih jaya-jayanya? Pasti rame banget? " kata titin.

" Kayaknya iyaa Tin.. kan dulu pernah jadi tempat dagang. " balasku dengan sekedarnya sambil menatap kearah air yang tampak dalam.

" Tin ini air asin atau air biasa? " tanyaku dengan tampang polos.

" Coba jilatin ajaa biar tau rasanya seperti apa. " jawab titin sekedarnya.

" Hiiii.. kok gituuu.. jahatnyaa.. kan aku cuma tanya! " jawabku dengan wajah cemberut.

" Hahaha.. kan aku cuma jawab. " balasnya sambil tertawa.

Tanpa aku sadari ada segerombolan anak sekolah dasar berlari membawa layangan menuju ke arahku dan Titin. Dan tiba-tiba saja ada seorang anak laki-laki tersandung lalu menabrakku. Karena kaget dan tidak siap akan dorongan yang datang tiba-tiba. Tubuhku langsung saja tidak stabil dan masuk kedalam air. Byuurrr.. begitulahh kira-kira bunyinya.. dan aku tau sekarang airnya terasa payau..

' Duhh.. aku lupa.. aku gak bisa berenang! ' batinku.

Entah mengapa semakin aku banyak bergerak, aku merasa semakin tenggelam. Aku berusaha untuk mengapung tapi tak bisa. Seakan-akan ada pemberat di kakiku. Dadaku mulai terasa sesak karena banyak menghirup air. Kulihat gelembung-gelembung udara satu persatu keluar dari mulut dan hidungku dan kesadaranku mulai memudar.

' Tuhan.. apakah aku akan mati? Beginikah akhir hidupku? Maafkan aku Tuhan yang selalu mengeluh akan hidupku.. aku belum sempat mengucapkan apa-apa sama keluargaku.. titin pasti panik sekarang.. tapi untungnya aku gak usah bingung sama tagihan wifi di rumah.. ahh.. koleksi album baozi hannaku yang berharga.. Tuhan.. aku mati jomblo.. mengenaskan sekali. ' batinku dengan pasrah.

To Be Continued :D

.

.

.

Author Corner!

Yuhuuu~

ini pertama kalinya aku menulis.. mohon sarannya dan kritiknya.

aku masih belum terbiasa dengan menulis yang baik dan benar.. jadi mohon arahannya yaa..


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login