Download App

Chapter 14: Losing mind with: Gibran. [WARNING!]

TOLONG BERITAHU AKU KALAU ADA TYPO DAN KESALAHAN TULISAN DARI GUE KE AKU.

HUHUHUHUHU AKU SERING MELAKUKAN KESALAHAN ITU. Selamat membacaaaaaa

________

18+

Gue menghindar, dari tempat dimana ada Faras disana. Dengan ketiga teman gue yang datang bersama pasangannya juga Farhan yang membawa adik-adik annya itu. Perempuan yang terlihat sama mungilnya dengan Faras, tubuhnya terlihat kerdil berdiri disisi Farhan yang tidak bisa menutupi rasa cemburu dan tidak terima ketika dikatai seperti om-om membawa anak sekolah.

Apalagi itu memang benar, Santika namanya. Dia terlihat seperti anak sekolah berumur 18 tahun. Apalagi dia memakai celana jeans semakin mendukung wajah awet mudanya itu. Padahal yang gue tau perempuan itu berumur 25 tahun, setahun lebih tua dari gue.

"Kamu nanti jangan pakai celana lagi, pakai dress saja atau rok. Tapi bukan rok mini yang kurang bahan, awas saja." Itu suara Farhan yang cemburu menolak memiliki rasa pada Santika, sedang Santika merengut tidak terima cara berpapakainnya diatur oleh Farhan.

"Apasih abang, biasanya juga nggak masalah. Komen mulu udah kaya juri stand up."

Kadang gue iri dengan hubungan Farhan dan Santika, sudah bertahun-tahun mereka menjalin hubungan adik-kakak zone tapi tidak ada yang berubah dari sikap keduanya, hanya perasaan yang ditolak Farhan dan pikiran yang lebih dewasa.

Lengan gue disenggol kasar sampai gue hampir terjerembat kedepan. Ketika menoleh ternyata Bara, kurang ajar sekali memang orang satu ini. Tidak sadar tubuh sudah seperti banteng siap menyeruduk.

"Bisa kagak, lu kalau negur nggak usah pake otot."

"Hahahaha... sorry bosquee, abis lu ngelamun mulu. Banyak pikiran sekali sepertinya kawan kita ini bro." Dia memukul punggung gue sampai gue terbatuk karena bukan main tepukannya sampai dada depan terasa.

"Sepertinya teman kita yang payah ini, butuh wanita untuk penyegar. Pilih satu disini Gibran, gue yang akan bayar dan sewa."

"Ka Dennis ih!! Aku juga cewek loh, berasa rendah banget harga diri kayanya."Itu suara Tika yang tidak terima.

"Kamu mah beda Tik, disinikan memang ada cewek BO khusus diundang buat para tamu undangan yang berminat. Yang ngundang dari keluarga Lee sendiri, mereka sangat baik kan, cowoknya juga ada, Tika kalau butuh teman kencan bisa pilih, nanti kakak yang bayarin-Ohoho selow mas bro, jangan ngamuk gitu dong, becanda saya."

Ujar Dennis ketika menghindar dari kepalan tangan Farhan akibat ucapan terkahirnya.

"Ogah!!! Kaya aku nggak laku aja sampe mesen gigolo, huh. Tawarin aja tuh abang, pasti dia mau."

"Ahahaha, dia suka batangan emang ya?."

"Tik, kamu jahat banget. Aku nggak mungkin ya begitu,"

"Ya kali. Takut abang tertarik, nanti dosa tanggung sendiri." Tika kemudian melengos sambil bersedekap.

Gue tau kalau Tika mulai tidak nyaman dengan obrolan Dennis, dia salah satu teman yang tidak punya pikiran kalau ngomong. Seketemunya dijalan pasti dia omongkan tanpa pikir panjang. Pada akhirnya obrolan diisi oleh Tika yang sesekali menjawab kesal omongan Dennis dan ditambah Bara menambah bumbu pedas agar Farhan cemburu dan memahami perasaannya.

Dan gue kosong.

.

.

.

Alkohol telah merenggut setengah kesadaran gue ketika Zidan menawarkan obat tidur untuk digunakan para lelaki yang ingin meniduri wanita dipesta. Sudah gue bilang bukan, pesta ini sangat brengsek dan tidak aman bagi perempuan maupun laki-laki polos yang datang sendiri tanpa pasangan. Pesta disini banyaknya lelaki dan sebagian perempuan sudah punya target mereka.

Gue yang kehilangan akal meminta obat itu, memberikan uangnya dan memasukkan dalam minuman jus beralkohol. Obat itu tidak tercium baunya, tersamarkan oleh wangi jus buah dan rasanya juga dapat tertupi oleh manisnya jus.

Menyuruh seorang pelayan memberikan minuman itu pada perempuan bergaun indah nan cantik dengan bagian kerah rendah sampai sesekali gue dapat melihat belahan dadanya melambai merayu gue.

"Sialan!."

Kepala gue pusing sekali, tapi gue butuh sadar untuk sekarang.

Dia berada di ujung ruangan yang kini mulai sepi. Dan gue tiddak tau ada dimana sahabat-sahabatnya berada. Jadi ini adalah kesempatan ketika tubuhnya mulai kehilangan daya karena obatnya mula bereaksi sepuluh menit setelah dia minum.

Dia sempoyonga, sendinya mylai melemas sebelum tubuhnya jatuh diatas lantai yang keras. Gue tangkap dengan gesit dan mulai mememluk. Gue sangat merindukan momen ini, berpelukan dan dapat dengan mudah mencium harum yang menguar dari tubuh Faras.

Gue bawa tubuh lemas dalam dekapan gue menuju kamar villa yang tersedia untuk hal-hal seperti ini. Pesta memang sangat melindungi privasi masing-masing tamu dan sangat menguntungkan bagi gue. Faras mulai mengigau kehilangan kesadaran kalau yang sedang menggendong tubuhnya adalah lelaki bajingan ini.

Yang menggila tidak dapat menerima kenyataan kalau gue meninggalkan nyatanya merasa kehilangan lebih parah. Gue tidak meyukai rasa sakit tidak dapat menyapa, menyentuh dan mencium Faras seperti dulu. Gue yang megasingkan diri malah tidak terima dianggap orang asing oleh Faras.

Tubuh Faras muali menggeliat sampai bajunya tersingkap dan itu sangat menarik di mata gue. Gue labuhkan tangan di atas kulis halus nan lembut itu, gue sangat menyukai ini. Maafkan gue menjadi bajingan untuk kesekian kalinya, gue sangat meminta maaf.

"Kamu kalau begini semakin terlihat manis, Ra. Bagaimana aku bisa lepasin kamu. Aku menggila, tapi masih saja seperti ini."

Gue buka baju bagian atasnya dan menampilkan tubuh bagian atas tanpa pakaian dalam.

"Kamu sangat nakal Ara, kenapa tidak menggunakan bra kamu."

Gue tatap dengan senyum menyenangkan, gue rasa akal sehat gue mulai tidak dapat membedakan kesadaran dan kebejatan yang gue lakukan sekarang. Fara mula merengek karena gue tidak megelus kulit perutnya seperti tadi.

"Jangan lepas, ingin terasa baik ketika kamu usap. Uh...Jangan diremas,"

Segera gue turuti dengan menyentuhkan tangan ini untuk menggemgam dua bulatan cantik yang memiliki dua kacang merah disana. Mendekatkan mulut dan menyentuhkan lidah gue disana sampai gue dengar suara lenguhan tidak beraturan dari Faras setelah gue masukkan puting mengeras itu kedalam mulut gue. Dengan kedua tangan memegang pinggang Faras yang terus bergerak gelisah.

"Tenanglah, aku nggak akan mengasari kamu. Aku akan bawa kita ke surga sayang. Hahahaha"

Gue mulai gila, dengan itu gue segera bergerak menuju wajah Faras yang memejam namun meracau meminta. Obat itu juga bekerja baik merangsang Faras agar lebih agresif. Gue sangat suka. Apalagi dia memaksa untuk gue kembali pada bagian dadanya.

"Disana, uhhh. Tolong kaya tadi, itu enghh."

"Apa. Itu kenapa sayang?."

Tangan gue berjlan membuka rok yang digunakan Faras sambil bertanya dan melumat bibir tebal itu, manis, rasanya ini adalaah candu gue seharusnya. Gue mengigit bibir bawahnya kemudian memasukkan lidah untuk menghitung jajaran giginya. Kemudian lidah kami membelit gue semakin terbawa gila.

Gue melepas kemeja hitam dan celana gue menyisakan boxer yang tidak dapat menutupi pusat ujung selatan gue yang menegang. Begitu juga Faras yang hanya menggunakan celana dalamnya, dia masih saja merengek meminta kehangatan dari tangan gue.

"Baiklah sayang, aku akan turuti keinginn kamu."

Dengan itu gue menyusuri tubuhnya dengan bibir gue, gue mengecup kening menuju bibir yang gue lumat dengan gairah membumbung diatas awang-awang sampai dibagian yang akan jadi tempat favorit gue berlabuh, dimana bibi kacang merah itu sangat menantang untuk gue lahap. Gue mengigit gemas sampai Faras menjerit dan mencoba untuk duduk meraih kepala gue semakin menekan pada bagian dadanya.

Gue suka ini, dengan perlahan tangan gue menarik celana dalamnya dan menyentuh kelembapan itu dan memasukkan disana.

"Kamu sepertinya sudah sangat menyiapkan diri, sayang."

Gue terkekeh dengan menggesekkan kejantanan yang mencari kepuasan dalam bunga sari Faras yang mekar memerah. Gue menatap itu dan mengelusnya tidak sabaran. Faras melenguh dengan belingsakan dan gue menyatukan diri.

Bergerak dengan tempo perlahan menyesuaikan diri didalam sana.

"Ahhhh... Ini, Uh... Ra, kenapa ini terasa menyenangkan..."

Di bawah sana gue merasa kenikmatan itu menghantam sampai gue berhenti lebih dulu untuk meresapi keketatan yang menggenggam.

"Uh... Tolong be-bergerak, jangan diam ughhh."

"Sial!! Ini hanya milik gue Ra. Hanya milik gue,"

Dan gue bergerak cepat mencari gulungan nikmat itu yang kemudian datang dengan gue yang meremas payudaranya dan bibir melumat bibirnya.

'Sial!Ini seperti addicted dan gue tidak mau ini cepat berlalu.'


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C14
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login