Download App

Chapter 27: MD 27 - Malam Pertama (2)

Terimakasih buat readers yang setia menunggu kelanjutan dari cerita ini. Maaf agak lama updatenya karena kesibukan author sebagai maba alias mahasiswa baru membuat author agak kesulitan untuk meluangkan waktu buat menulis.

Mohon dukungannya untuk cerita ini, jangan lupa vote, like dan comment and share.

Happy reading

@@@@@@@

Mumut merasakan tangannya seperti dialiri listrik yang sangat kuat. dia merasa tegang dan jantungnya berdegup lebih kencang lagi saat Bian membimbingnya ke kamarnya. Mumut terpaku di dalam kamar yang telah dihias bunga, wanginya kamar itu membuatnya gugup.

Tatapannya terpaku pada sprei yang telah ditaburi mawar berbentuk love. Pasti yang mendekorasi kamar ini tidak tahu bagaimana hubungannya dengan Bian. Tubuh Mumut membeku saat mendengar suara pintu ditutup.

Bian melepaskan genggamannya dari tangan Mumut kemudian dia melepas kemeja yang dikenakannya membuat Mumut tak bisa bernafas saat Bian menampakkan tubuh bagian atasnya yang seksi dengan dada bidang dan perut six packnya.

Mumut segera memalingkan muka saat melihat Bian juga melepas celana panjangnya kemudian mengambil piyama dan mengenakannya di depan Mumut dengan cueknya.

Wajah Mumut semakin memerah, ia berusaha untuk tidak menatap Bian yang membuat kesadarannya melayang. Lelaki itu membuatnya sedikit takut dengan segala keindahannya.

Mumut segera mencari pakaiannya di dalam walk in closet. Tadi bi Atik bilang sudah memindahkan pakaian Mumut ke kamar ini. Mumut terkejut saat melihat beberapa lingerie di antara pakaiannya.

Mumut menduga ini pasti ulah mama karena tadi mama sempat mengisyaratkannya. Mumut merasa malu melihatnya, pipinya memerah, ia segera menutupinya dengan pakaian yang lain agar tidak terlihat olehnya. Bian yang melihatnya tak bisa menahan senyumnya.

Akhirnya Mumut mengambil sebuah daster panjang untuk ia kenakan malam ini. Gadis itu segera berlari ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Mumut segera mengambil nafas sebanyak-banyaknya saat Bian tak lagi tampak di matanya.

Bian masih menatap tabletnya saat Mumut keluar dari kamar mandi dalam balutan dasternya. Bian terpana menatapnya, meski tanpa riasan wajahnya, gadis itu tetap terlihat cantik.

Dia merasa gelisah saat sesuatu di bagian bawahnya bangkit dan mulai menegang. Bian merasa ada sesuatu yang salah dengan dirinya, seharusnya dia tidak tertarik gadis itu.

"Kemarilah, " suara Bian terdengar parau. Bian sendiri terkejut mendengarnya.

Mumut berjalan dengan pelan ke arahnya, ada ketakutan dan kebingungan di wajahnya yang membuatnya terlihat seperti anak kucing yang menggemaskan. Bian semakin terpana ketika gadis itu mendekat.

Mumut duduk di sebelah Bian dengan tubuh mengejang. Bian meraihnya sembari menatap gadis di sebelahnya dan mengarahkan wajah Mumut ke arahnya. Bian merasakan dadanya berdegup kencang berpacu dengan jantung Mumut memecah suasana sepi malam ini. Bian merasa seluruh tubuhnya gemetar ketika menyentuh wajah Mumut, nafasnya memburu.

Sial! Dia bahkan tak pernah segemetar ini saat bersama Ristie. Dibukanya kerudung merah marun yang menutupi kepala gadis itu untuk melihat wajahnya dengan lebih jelas.

Mumut terlihat sangat malu tapi dia tak berani menolaknya, dia tak pernah melepas kerudungnya dihadapan laki-laki semenjak dia masih kecil, tetapi lelaki dihadapannya sekarang adalah suaminya, bagaimanapun mereka telah menikah tadi pagi.

Bian memandang wajah cantik dihadapannya, terpesona. Rambut Mumut yang tak terlalu panjang tampak dikuncir ekor kuda, Bian melepasnya ikatan rambut itu membuat rambut Mumut tergerai. Jantung Bian berasa ingin meledak ketika menatap rambut Mumut yang terurai membuat gairahnya semakin melambung.

Bian merasa ini salah, dia telah berjanji untuk dirinya sendiri untuk tidak menyentuh gadis itu.

Dia ingin menghentikan tindakannya tapi kepalanya telah bergerak lebih cepat dari pikirannya, ia merasa terbakar saat mulutnya telah menempel di mulut Mumut. Dia terkejut dengan reaksi kaget yang ditunjukkan Mumut.

Bian merasa ini pasti hal pertama bagi gadis itu dan dia merasa beruntung untuk itu. Bian mencium Mumut dengan lembut dan cukup lama ketika akhirnya Mumut memejamkan matanya. Bian merasakan tubuh Mumut gemetaran dan itu mengingatkan niat awalnya menikahi gadis itu.

Bian menghentikan ciumannya yang membuat Mumut membuka matanya. Bian menatap wajah gadis itu yang menjadi semakin kemerahan karena malu, Mumut menunduk dan terlihat cemas tak berani menatap Bian.

Kalau menuruti nafsunya, Bian ingin menyeret gadis itu ke atas tempat tidur dan memuaskan dirinya tapi melihat kepolosan gadis dihadapannya dia merasa tidak tega. Dia jadi teringat lagi janjinya untuk menjaga gadis itu hingga mereka berpisah nanti. Wajah Ristie membayang di mata Bian, membuatnya semakin yakin untuk tetap membuat gadis itu tetap suci untuk suaminya kelak.

Bian berdiri memeluk gadis itu dan mencium keningnya dengan lembut kemudian berbisik di telinga Mumut, ' Maaf, kita tidak akan melakukannya malam ini."

Mumut mengangguk, ada kelegaan terpancar di matanya.

Bian tersenyum dan berjalan ke balkon untuk menenangkan diri.


CREATORS' THOUGHTS
AlanyLove AlanyLove

Maaf lama up nya, sudah beberapa kali nulis di hp ternyata lupa ngesave, jadi harus mulai dari awal lagi.

Dan kemarin sudah sudah mau terbitkan tapi pas ngasih catatan malah kepencet tombol delete.

Terimakasih buat readers yang setia menanti cerita ini. Semoga makin suka dengan ceritanya.

Jangan lupa vote, like, koment biar author makin semangat nulisnya.

Thanks

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C27
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login