Download App
Menjadi bintang Menjadi bintang original

Menjadi bintang

Author: An_Rye

© WebNovel

Chapter 1: Kembar

Namaku Ray, aku seorang penulis di platform aplikasi. Tentu saja, tidak ada satupun karya ku yang berhasil dicetak menjadi novel fisik. Hal itu, membuatku tidak berpenghasilan. Aku menuntut ilmu di SMA negeri dan belajar di kelas IPS, aku juga aktif dalam satu kegiatan yaitu dance. Aku dilahirkan kembar dengan jenis kelamin yang sama, wajah yang sangat identik, tinggi yang sama, suara yang sama, rambut yang sama bahkan, mata kami juga sangat mirip, ku rasa susunan gigi kami juga serupa. Teman-teman ku sering bertanya bagaimana cara membedakan kami berdua dan aku menjawab, "Adikku Rey, dia seorang idola terkenal dan aku pelajar biasa yang tidak dikenal." teman ku hanya tertawa mendengar jawaban itu, kau tahu? hanya sedikit orang yang mengetahui kami kembar. Sebab, kami bersekolah di SMA yang berbeda. Rey mengambil pendidikan musik dan dance akademi, Rey mengasah bakatnya di sana walaupun, sekarang ia sudah debut menjadi seorang artis. Rey bukan penyanyi solo, ia personel idola grub laki-laki yang sangat terkenal saat ini. Aku iri dengan keberuntungan besar yang dimilikinya.

Seperti biasanya, aku akan menghabiskan waktu ku di depan laptop. Ditemani secangkir cappucino cincau yang hampir setiap hari ku pesan, sampai ibu kantin di sekolah hafal jika aku memesan minuman. Aku sedikit tertutup, cinta damai, dan tidak suka menjadi pusat perhatian. Walaupun, banyak yang mengatakan kalau aku tampan, nyatanya itu hanya alasan agar aku lebih membuka diri. Sebenarnya, aku juga sudah beberapa kali mencoba peruntungan di dunia industri musik, aku mengikuti banyak audisi. Tapi,tidak satu pun yang menerima ku menjadi peserta magang mereka, ketentuannya seperti ini, sebelum debut menjadi grub idola calon bintang harus menjalani magang sekitar dua sampai tiga tahun, kalau sudah layak maka akan debut, kalau belum layak tentu saja waktu magang akan diperpanjang sampai calon idola layak.

Dulunya aku sangat percaya diri, sebelum berkali-kali ditolak menjadi peserta magang. Karena, aku sudah tak peduli dengan mimpiku yang ingin menjadi seorang artis, aku mencoba menjalani hidup dengan hobi dan mimpi yang berbeda, apalagi kalau bukan menulis novel yang dipublikasikan di internet. Tapi, nasibku tetap sama. Tidak ada yang tertarik dengan karya ku untuk diterbitkan menjadi novel fisik. Cukup, hidupku sangat menyedihkan.

Aku segera menutup laptop lantaran, ide ku benar-benar buntu. Aku sudah tidak tahu apa yang akan ku tulis dalam setiap halaman. Aku langsung menghabiskan capuccino cincau yang belum sempat ku nikmati, sayup-sayup kudengar lantunan lagu yang sangat populer lantaran baru dirilis dua hari lalu, aku tahu betul itu lagu dari grub adikku, Rey. Jujur saja, sejak dirilis sampai hari ini aku belum melihat musik videonya, lagunya pun hanya dari orang-orang yang tidak sengaja ku dengar. Untuk mengisi kebosanan dan kekosongan ini, aku kembali membuka laptop dan segera menjelajahi internet untuk menonton musik video terbaru grub adikku. Belum lagi ku ketik nama grub itu di kolom pencarian, musik video itu ternyata sudah tersedia di beranda YouTube. Saat ku lihat, ternyata video itu trending satu.

Aku segera memasang earphone yang dibelikan Rey, aku tahu itu sangat mahal. Tapi, kau tahu? Aku membenci barang itu bahkan, laptop iPhone yang saat ini ku gunakan juga dibelikannya sekali lagi, aku membenci barang-barang itu lantaran itu hasil kerja kerasnya menjadi seorang penyanyi. Rey tidak hanya pandai bernyanyi, ia juga andal dalam hal dance. Sangat berbeda dengan ku, saat ku lihat sendiri diriku di depan cermin besar saat aku masih bersekolah di akademi. Saat dance, tubuh ku kaku dan seperti anak-anak yang baru belajar berjalan.

Aku segera memutar video musik itu, saat pertama video musik itu di putar hal pertama yang membuatku terpukau adalah jenis musik yang mereka bawakan. Lubang telingaku terasa membesar saat beat lagu yang benar-benar ku cintai menelisik memasuki jiwa. Dari awal, video musik itu langsung menayangkan visual semua personel yang sangat tampan bak pangeran di dunia sihir. Sekilas aku melihat Rey juga, satu-persatu mendapat bagian mereka dengan baik namun, saat tiba-tiba layar laptop ku menampilkan gambar Rey yang tengah menari dan bernyanyi aku langsung menutup laptop ku dengan keras. Bahkan, meja tempatku sekarang bergetar, aku juga melepas earphone dan melemparnya ke dalam tas.

Semua orang yang berada di kantin menoleh ke arah ku, ternyata aku menjadi tontonan banyak orang. Apalagi, kalau bukan tingkah aneh ku yang tiba-tiba menutup laptop dengan amarah dan ekspresi yang tidak nyaman dilihat orang. Aku segera berdiri dan melangkah meninggalkan kantin, saat melangkah pun semua mata tetap tertuju pada ku, sampai pada akhirnya aku berjalan jauh dari kantin, barulah semua orang kembali sibuk dengan aktivitas mereka.

Di dalam kelas ternyata hanya ada aku dan teman akrab ku, namanya Ryker. Laki-laki berambut cokelat yang disisir rapi, rambutnya yang di potong taper cut memang sangat cocok dengan wajahnya yang oval. Ryker yang sedang sibuk menyusun puzzle hanya melirik ke arah ku.

"Kenapa wajahmu masam seperti itu?" Tanyanya tanpa menoleh. Aku tidak menjawab pertanyaannya, pertanyaannya sangat tidak penting untuk ku jawab, kalau saja saat aku menjawab pertanyaannya bisa menghasilkan uang. Mungkin dengan sangat cepat akan ku jawab. Aku melipat kedua tanganku di atas meja dan menopang wajahku di atas tangan, aku memejamkan mata mencoba melupakan adegan di musik video itu.

"Apa kau sudah melihat comeback grub Adik mu?"tanya Ryker membalik posisi duduknya menghadap ke arah ku, puzzle sudah selesai disusunnya.

"Jangan bicara soal itu." jawabku malas. Bukan waktunya membahas lagu baru seorang artis.

"Kenapa kau seperti itu, grub mereka benar-benar fenomenal. Bahkan, sudah berhasil memasuki kancah internasional. Kalau aku jadi kakaknya, aku sangat bangga dengan Rey." ucap Ryker tidak berhenti menampilkan senyumnya, anak nakal itu mengeluarkan rokok dari sakunya.

"Jangan merokok di depan ku!" Aku merebut rokok murah itu dari tangannya. Mematahkan benda itu dengan satu tangan lalu, membuangnya ke lantai dan menginjaknya dengan emosi.

"Kenapa hari ini kau aneh Ray? Aku merokok saja tidak boleh. kau iri dengan prestasi Adikmu, benar? Lalu, kau meluapkan emosi itu padaku." tanya Ryker yang menatap bergantian ke arah ku dan rokok murah yang tersisa satu-satunya.

"omong kosong." jawabku malas lantaran, Ryker selalu berbicara Rey.

"Ganti rokok ku, itu yang terakhir dan kau mematahkannya." Ryker mendengus kesal, berdiri dari duduknya dan menengadahkan tangan kananya di depan ku.

"Lain kali, kau jangan menghisap rokok murah seperti itu! pola pikir mu nyaris seharga gudang garam itu! Akan ku ganti dua kotak. Lagi pula, harganya di bawah sepuluh ribu!" Aku menjawab ucapannya dengan emosi yang berusaha ku tahan, sambil menyandang tas aku melangkah meninggalkan dirinya di dalam kelas. Menurut ku, membolos untuk hari ini bukan masalah.

"kalau begitu, kau harus bawa kotaknya supaya tidak salah beli!" Ryker memasukkan kotak rokok ke dalam saku kemeja ku. Ia terlihat senang oleh jawaban ku ralat, janjiku yang mengatakan akan membelikannya dua kotak.

0:00 ───|────── 0:00

Aku memilih pulang kerumah, tidak peduli Ibu dan Ayahku yang mungkin akan marah jika mengetahui ku membolos hari ini, mereka berdua cukup perhatian dengan anak-anak mereka walaupun, sangat sibuk bekerja di luar kota. Di rumah, aku tinggal dengan seorang maid yang di beri kepercayaan penuh untuk mengurus rumah beserta aku dan Rey. Wanita itu ramah dan penyayang, aku dan Rey sangat mengenal Wanita itu lantaran, Beliau lah yang membesarkan kami karena Ibu sibuk bekerja.

Aku masuk ke dalam rumah tanpa menyapanya, namanya Cazilia. Wanita itu sedang sibuk mengganti gorden ruang keluarga yang sudah berdebu dan berbau matahari, saat aku masuk, ruang keluarga yang biasanya wangi dengan aroma lemon sekarang digantikan oleh aroma tidak sedap dari gorden yang di tumpuknya.

Aku segera menaiki anak tangga menuju kamarku, aku mengambil kunci dari dalam tas untuk membuka kamar. Aku memang terbiasa menguncinya kemanapun aku pergi, aku sangat teliti dan tidak mau orang lain melihat isi kamar ku. Lagi pula, itu privasi bukan?

Aku memutar kenop pintu dan, mendorong daun pintu memberi ruang untuk tubuhku yang kurus, aku masuk ke dalam kamarku dan kembali menutup pintu tidak lupa menguncinya. Aku menggantung tas ke tempatnya, bergegas melepas kemeja ku di depan cermin. Ku lihat sebentar tubuhku yang kurus namun, cukup atletis di depan cermin. Ku tatapi bentuk wajahku, di dahiku yang tertutup poni tersembunyi dua biji jerawat yang belum matang.

Suara ketukan di pintu kamarku, membuatku tersadar dan segera membuka lemari dan mengambil asal kaus oblong polos. Aku segera mengenakannya sambil berjalan mendekati pintu, ku putar kuncinya ke kiri dan ku tarik pintunya hingga memberi ruang yang cukup untuk menyembulkan kepala. Di depan pintu, ku dapati Cazilia dengan wajah keriputnya sedang berdiri dengan kedua tangannya yang dikaitkan di depan.

"Ada apa,Bi?" Tanyaku heran, kedua mata ku menatap Cazilia dari atas sampai bawah.

"Kurir paket menunggu mu di luar." jawabnya pelan,seakan takut padaku.

"Bibi saja ambilkan, Aku malas keluar." Jawabku memerintahkan kepadanya. Cazilia mengangguk setuju, saat ia berbalik aku segera menutup pintu dan melepas kaus polos yang baru saja ku kenakan. Kalian pasti tahu, negara tempat ku tinggal cukup panas, Indonesia. Tapi, aku dan Rey anak blasteran Indo-korsel.

Aku berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu besar tapi, muat untuk diriku sendirian. Udara sejuk dan dingin dari pendingin ruangan membantu mengurangi panasnya cuaca yang baru ku dapat dari luar ruangan. Belum lama aku berbaring, suara ketukan terdengar lagi.

"Letakkan saja di depan pintu, Aku ingin tidur." Ucapku beralasan karena malas berdiri lagi. Memakan waktu yang lama aku berada di kasur, aku cukup penasaran dengan paket yang dikirimkan untukku. Aku bangun dan melangkah ke arah pintu, saat ku buka benar saja box berukuran sedang terletak di depan pintu. Aku segera memungut benda itu dan membawanya ke dalam kamar, aku mengambil gunting untuk membuka lakban putih yang menjadi segel benda itu. Cukup lama, dan aku berhasil melepas semua lakban yang menempel. Notifikasi dari telepon canggih milikku berbunyi nyaring, aku meraih benda canggih itu yang ku letakkan di atas nakas.

Saat ku periksa, ternyata itu pesan chat dari saudara kembar ku, Rey. Rey mengirimiku sebuah foto, aku segera membukanya dan melihat apa yang sebenarnya ia kirim. Aku melihat baju branded Chanel yang dibelikannya untuk ku. Mengetahui itu,aku menarik napas karena kesal. Aku melempar benda canggih itu ke kasur, bergegasa aku membuka isi box itu. Persis sama seperti yang dikirimkan Rey padaku, selembar baju dan celananya dengan motif dan model yang sama seperti miliknya. Mungkin, Rey membeli benda yang sama dan model yang sama karena kami kembar.

Aku mengambil benda mahal itu, menggumpal benda itu dengan kedua tangan ku dan, melemparkannya ke dalam lemari yang sudah tidak terpakai. Membiarkan benda yang dibelikan Rey untuk ku di penuhi debu, aku tidak peduli seberapa mahal. Aku hanya tidak ingin mengenakannya.

0:00 ───|────── 0:00


CREATORS' THOUGHTS
An_Rye An_Rye

Semoga Anda sekalian menyukai karya ini. Terima Kasih, saya sangat membutuhkan dukungan dari Anda semua. Ah benar, Saya menulis ini karena kebetulan saya juga anak kembar identik.

Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login