Download App

Chapter 25: Kamar Baru

"rumah ini?" Mimi menatap sisi dalam rumah yang baru saja di buka untuknya. Dari penampakan luarnya, rumah tersebut tidak buruk.

Tipe rumah klasik yang tidak jauh berbeda dengan rumah Belanda. Genteng warna merah, yang mana dindingnya berwarna putih, berpadu dengan jendela-jendela besar. Di depan rumah tersebut terdapat taman mungil tapi sayangnya tidak terawat.

Mobil yang sama klasiknya dengan rumah tersebut bertengger di garasi. Mobil itu sepertinya sudah lama tidak digunakan, kusam dan berdebu. Selebihnya empat buah motor berjajar sembarangan pada pelataran rumah.

Mimi saat ini berdiri di depan pintu putih yang baru saja terbuka. Gadis tersebut mengerutkan kening, sebelum menghembuskan nafas jengah, "bagaimana bisa, mereka tinggal di kandang ayam?"

Almarhum ibunya bakal mengatakan hal yang sama tatkala perempuan tersebut melihat kamar mimi berantakan. jadi saat ini kala gadis berkacamata tebal tersebut mengucapkan kalimat 'kandang ayam' kosakata tersebut dapat menganalisis bahwa sebuah kesimpulan tentang ruangan yang ia tatap.

Rumah tersebut Bukan lagi tidak terawat, melainkan barang-barangnya tercecer berantakan.

"masuk aja Mimi!" minta Arga, seolah tidak mau ambil pusing dengan banyaknya benda yang berserakan. Mimi merasa gatal sendiri ingin merapikannya. Sayangnya ia baru tiba. Akan jadi kurang sopan berperilaku sesuai kehendaknya. Mimi berdiam diri, matanya melirik mengamati. Sejalan dengan Arga yang berupaya mendorong tubuhnya, menyadarkan Mimi supaya lekas masuk. Mimi menghalangi pemuda lain yang tengah membawa dua buah tas miliknya.

Telah sampai di dalam ruangan, Mimi bahkan tidak tahu ia harus duduk di mana. Di atas sofa yang berada di tengah-tengah ruangan, terdapat dua buah jaket yang tersampir sembarangan. Tas segala bentuk terlempar begitu saja. Sepatu-sepatu yang tergeletak di bagian bawah berpadu dengan kaos kaki yang tercecer. Belum lagi hal-hal lain baik itu di atas meja, di pinggir ruangan, bahkan bergelantungan aneh di dekat jendela.

Daniel yang baru tiba, terlihat panik, ia sedang menarik koper milik Mimik. Pemuda tersebut buru-buru masuk, meninggalkan koper mimi, di biarkan berdiri sembarangan di dekat pintu utama. Lelaki tersebut lekas membersihkan sofa untuknya. Melempar dua buah jaket ke arah Arga, sejalan kemudian tertangkap menendang ke dalam sudut di bawah meja untuk 2 kaos kaki serta sepasang sepatu.

"Duduk di sini tidak buruk," kilahnya. Memberi ruang untuk Mimi berjalan masuk pada sela di antara meja dan sofa.

Selepas keempatnya masuk ke dalam rumah mereka mulai memikirkan di mana sebaiknya Mimi tidur. memandang satu sama lain, termasuk memandang Mimi yang duduk di sofa di antara mereka yang berdiri. lama-lama tatapan itu mengarah pada sesuatu, tiga di antara mereka mengintimidasi seseorang.

"tidak! Gue nggak mau tidur sama loe," ini suara Daniel. Tatkala Sultan menatapnya lebih intens daripada siapa pun. Di rumah ini ada 3 kamar tidur.

Sebuah kamar digunakan dua orang, yaitu Arga dan Anton. Selebihnya, keponakan dari pemilik rumah ini, Sultan tinggal di kamar utama. Satu lagi Daniel, pria itu juga memiliki kamar tersendiri sisa dari kamar yang ada.

Jadi pilihan paling tepat memang menjadikan sultan satu kamar dengan Daniel sehingga Mimi mendapatkan bagian kamarnya.

Namun ini akan jadi panjang selepas Daniel bersih kukuh dengan ketidakrelaan-nya.

.

.

Sejujurnya ketika di amati Mimi tidak membawa banyak barang. Gadis yang detik ini mengenakan baju santai, kaos oblong beserta rok selutut. Sekedar membawa sebuah koper yang kedatangannya dipeluk oleh laki-laki bernama Anton yang susah-payah bergulat dengan koper di atas motor yang mana Daniel sebagai pengemudi.

Kemudian sebuah tas jinjing lain berukuran medium yang dibawa oleh Sultan. Sedangkan Mimi datang dengan dibonceng oleh Arga.

Maka dari itu Mimi sekedar membawa dua tas saja bersama empat pemuda yang bersikeras menjemputnya. Untuk itu sebelum kedatangan mereka ke indekos Mimi berupaya mengumpulkan buku-buku kuliahnya selanjutnya dikirim ke kota sebelah. Termasuk beberapa benda yang ia rasa tidak berguna lagi. hanya tersisa baju dan beberapa benda kecil kebutuhan pribadinya.

Masalahnya, sesampainya Mimi di rumah yang ditawarkan 4 pemuda ini. Ia tidak yakin dirinya bisa bertahan. Mendapatkan kamar pun masih penuh perdebatan.

Mereka berdiskusi sengit, sebelum sebuah keputusan konyol di ambil.

"mimi periksa tiga kamar yang ada, pilih salah satu sebelum kamu tahu siapa pemiliknya, nanti apa pun pilihan Mimi kita sepakat. Mimi berhak mendapatkan kamar itu dan kita tidur berbagi kamar," semua mengangguk kecuali Daniel.

"Dia pasti akan memilih kamarku!" percaya diri sekali lelaki ini. Dia terus menerus menggerutu.

Sebab dorongan yang lain, mimpi berjalan melintasi 4 pemuda tersebut. Memeriksa dengan membuka satu persatu pintu kamar. Wajah gadis ini terlihat mengerutkan keningnya. Tatkala membuka salah satu kamar yang ia duga ini adalah kamar untuk 2 orang. Sama berantakannya dengan sisi luar.

Kamar yang barusan dilihat mimi belum seberapa. dibandingkan kamar lain, kamar yang kabarnya ialah kamar utama terletak paling depan dekat dengan ruang tengah. Lepas Mimi buka. Mimi Hampir berteriak melihat apa yang ada di dalam. Rasa terkejutnya itu ia tahan dalam-dalam sambil mengelus dada.

Anak laki-laki penghuni kamar ini bahkan lupa menutup laci berisikan celana dalamnya. Sungguh kacau.

Kemudian langkahnya tertuju pada kamar yang terletak di sisi belakang. Cukup dekat dengan dapur yang dimiliki rumah ini. Andai Rumah ini adalah rumah yang dihuni keluarga. Bisa jadi kamar ini melambangkan kamar seorang anak kedua dari pasangan suami istri.

Mimi membukanya lebih hati-hati, dia menjadi agak parno* lepas mengamati dua kamar sebelumnya.

Kekhawatirannya sirna sudah, tempat ini seperti ruangan lain. Ruangan di rumah berbeda. Sangat rapi, tertata dan detail oleh pemiliknya. Lego Lego kecil dipasang berderetan di sepanjang papan kayu yang dibuat eksentrik menempel pada dinding di atas kamar tidur. tim sepak bola berwarna biru menyelimuti ranjang utama.

Gantungan-gantungan eksentrik khas lelaki, bola, kamera, gitar, dan banyak lagi. Akan tetapi benda-benda itu tidak dibiarkan berantakan. Benda-benda itu tersebut tersusun sesuai tema, warna, bahkan pemiliknya memikirkan detail mana yang tepat untuk meletakkan benda-benda miliknya.

Meja bacanya memiliki pernak-pernik kecil lelaki, namun bedanya pernak-pernik itu benar-benar diletakkan dengan sangat presisi.

Mimi membalik tubuhnya, tiga pemuda tersenyum ramah. bertolak belakang dengan salah seorang yang enggan menatap mimi. Dengan begini tahu siapa pemiliknya.

Tak Lain dan tak bukan ialah Daniel. Mimi belum sempat meminta izin, tatkala yang lainnya berupaya menyeret tas jinjing dan koper Mimi menuju ke dalam kamar tersebut.

"okey, misi beres," pekik Arga.

"beres apanya??" ini suara Daniel.

Mimi di dorong masuk dalam, "silakan istirahat Mimi," kemudian pintu kamar ditutup rapat-rapat oleh Anton. Percekcokan mereka tertelan pintu yang perlahan tertutup. Di kunci dari luar. Mimi yakin Daniel dan ketiganya bisa berdebat semalaman.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C25
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login