Hari yang tidak terduga datang tiba-tiba dengan serangan brutal kedua kubu penguasa.
Angin bertiup kencang diikuti dengan suara tembakan dan teriakan manusia yang berlarian. Rumah mewah di tengah Italia, berdiri kokoh dengan cat putih bersih. Dengan puluhan pengawal berbaju hitam bertubuh tegap.
"Cepat lindungi Calorin, bawa dia ke ruangan bawah tanah!" Seckam mengatakan itu pada seorang anak buahnya, Mafia berusia 45 tahun itu berbicara dengan pengawal itu sambil terus menarik pelatuk di tangannya! Membuat suara tembakan makin bersautan terdengar.
Putri cantik berusia 21 tahun itu terpaksa mengikuti pengawalnya ke ruang bawah tanah, dia terus menangis karena harus berpisah dengan ibu dan ayahnya di saat seperti ini. Meski berada di ruangan tertutup, ia masih bisa dengan jelas mendengar suara tembakan yang terus bersautan di rumahnya.
Serangan itu dilakukan oleh musuh ayahnya, ya Seckam adalah seorang Mafia tanpa ampun dia akan membunuh siapa saja yang menghalangi jalannya. Namun tidak banyak yang tahu bahwa ia memiliki anak perempuan bernama Calorin, ia menyembunyikannya karena takut menjadi kelemahan bagi dirinya sendiri.
Calorin hampir setengah hari di basement, akhirnya dia keluar dari sana. Semua orang berkumpul di rumahnya, anak buah ayahnya yang bersenjatakan senjata satu per satu menundukkan kepala. Calorin berjalan selangkah demi selangkah menuju pusat rumah, untuk melihat apa yang mereka lihat.
Seketika langkahnya terhenti, seluruh tubuhnya menegang! Wajah cantik yang selalu dipuji mirip dengannya, kini memejamkan matanya dalam peti yang dipenuhi bunga. Wanita itu adalah ibunya. "Mom, kenapa kamu di sini?" Calorin berbisik, dia memaksakan kakinya untuk memastikan dia lebih dekat dengan wanita di peti mati itu.
Tapi tidak ada jawaban, wajah cantik itu masih belum bangun. Ada sedikit noda merah di dadanya, bekas tembakan yang telah bersarang dari kekacauan tadi. Seckam mendekat ke putrinya. "Sayang, Mama sudah pergi, dia akan tinggal di surga mulai sekarang!" kata sang ayah. Semakin tidak setuju dengan kata-kata ayahnya, Calorin hanya bisa menangis! Akhirnya membuat Seckam memerintahkan anak buahnya untuk memasukkan Calorin ke kamarnya.
Gadis itu terus berteriak, dia ingin dekat dengan ibunya sebelum dikuburkan. Namun sang ayah dengan tegas melarang sang putri menangisi istrinya.
Istri Seckam berasal dari Turki. Dia menikah 22 tahun yang lalu, istrinya bernama Aise. Nama wanita itu tidak diubah meskipun dia tinggal di Italia karena itu adalah nama modern. Mereka memiliki seorang putri yang lahir di Turki, ia bernama Zeynep sebelum akhirnya dibawa ke Italia dan namanya diubah menjadi Calorin Seckam.
Tapi Calorin terus meminta ayahnya untuk berhenti melakukan hal buruk pada orang lain, meskipun dia sangat mencintai pekerjaan itu karena disegani.
Setelah istrinya dimakamkan. Seckam kembali ke rumah untuk menemui Calorin. Gadis itu langsung berlari begitu ayahnya membukakan pintu kamarnya. "Di mana Mama? Di mana dia?" teriak Calorin.
Seckam sudah tahu bahwa putrinya akan mengamuk seperti ini. "Calorin, mama sudah dikubur, kuharap kamu berhenti merengek dan melanjutkan hidup kita." Mendengar perkataan ayahnya, Calorin menghampirinya. "Lanjutkan hidup? bagaimana bisa?" Calorin menjawab dengan mata berkaca-kaca. "Tentu saja saya bisa!" jawab ayahnya.
"Ibuku yang meninggal, dia adalah istrimu. Tidak ada orang lain! Apakah kamu akan melanjutkan hidupmu juga jika aku tertembak selanjutnya?" teriak Calorin.
"Karena itu, aku harus punya anak laki-laki! Anak perempuan hanya bisa merengek sepanjang waktu." Calorin menarik napas dalam-dalam. "Aku juga tidak ingin dilahirkan sebagai anakmu, jika aku bisa memilih, aku akan hidup normal dengan orang tua yang normal juga."
"Apakah ini tidak normal? Kamu memiliki semua yang kamu inginkan, lihat di luar sana tidak ada yang memiliki kekayaan sebanyak yang bisa aku berikan."
"Tapi sayang, ayahku bahkan tidak berduka ketika istri yang telah menemaninya selama beberapa dekade meninggal, dia bahkan mengunci anaknya hanya untuk menutupi ketakutannya diketahui memiliki anak perempuan."
"Calorin, masuk ke kamarmu!" teriak Sekam. Sebaliknya, gadis itu berlari turun ke lantai pertama rumah mewah itu, ia lalu pergi ke pemakaman ibunya.
Sesampai di sana, kuburan dikenal sebagai tempat peristirahatan mewah, dengan harga miliaran! Gadis itu berjalan dan melihat banyak karangan bunga dengan foto ibunya. Sebuah gundukan tanah segar, dengan foto yang indah di atas makam membuat hati Calorin hancur. Dia menjatuhkan diri di samping gundukan itu. "Mom, bukankah kamu bilang aku harus menunggu di ruangan gelap itu! Kamu bilang kamu hanya ingin menghentikan Ayah, tapi kenapa berakhir seperti ini?" Tangisan Calorin semakin keras, tangannya meremas tanah di depannya.
"Aku tidak mau hidup dengan Ayah yang kejam, aku hanya butuh Mama! Tolong kembalilah Ma, bagaimana aku akan hidup setelah ini." Suara Calorin nyaris tidak terdengar. Gerimis membasahi makam, tangisannya bercampur dengan hujan dan menyamarkannya.
Bayangan demi bayangan mendarat di ingatan gadis itu, bahkan setiap potret senyum ibunya terus terngiang. Calorin akhirnya kembali dengan tubuh yang basah, Seckam yang melihat itu langsung memerintahkan pelayan untuk membantu putrinya ke kamar untuk berganti pakaian.
Calorin tidak bisa tidur sepanjang malam, biasanya ibunya akan datang ke kamar setiap malam hanya untuk mengucapkan selamat malam. Hari-hari berlalu, gadis itu tidak membuka mulutnya sama sekali. Dia tidak berbicara dengan siapa pun, termasuk ayahnya. Hingga akhirnya membuat Seckam geram dan memukul meja. "Hentikan serangan bicaramu pada Ayah, katakan padaku apa yang kamu inginkan Calorin!" teriak Sekam.
Setelah waktu yang lama, gadis itu akhirnya membuka mulutnya. "Bisakah kamu memberi ibukuebih banyak waktu untuk bersamaku lagi, aku membutuhkan nya?" dia menjawab.
Seckam mengusap wajahnya. "Aku akan memberimu apa saja, mobil mewah atau barang bermerek yang kamu inginkan!"
Calorin menatap mata ayahnya dengan tatapan yang seolah ingin menerkam. "Bagaimana saya bisa meminta hal seperti itu, ketika saya bahkan tidak bisa makan dan tidur karena saya merindukan ibu saya. Saya biasa makan dengannya, pergi keluar dengannya, bahkan bertukar barang yang saya inginkan dengannya, lalu apa sekarang yang bisa saya lakukan? melakukannya dengan siapa sekarang ketika dia satu-satunya orang yang kumiliki!" Calorin memiliki energi untuk menjawab pertanyaan ayahnya, yang langsung membuatnya gugup.
Seckam menyadari setelah melihat putrinya meninggalkannya, dia melihat ke belakang gadis yang sedang tenggelam di balik pintu kamarnya. Dia menyadari bahwa selama 21 tahun Calorin hanya bermain dengan ibunya, ini semua karena ketakutannya akan musuh di luar sana yang dapat membahayakan Calorin. Meskipun gadis itu kaya dan memiliki segalanya, dia masih kesepian! Dan hanya menganggap ibunya sebagai teman dan orang yang dia butuhkan. Itu membuat Seckam berpikir panjang, sebagai seorang ayah yang memiliki temperamen kejam! Dia masih mencintai putrinya seperti pria lain.
Hatinya hancur melihat kesedihan yang dialami putri semata wayangnya, ia juga tidak bisa mengatakan kepada siapapun bahwa sebenarnya kehilangan Aise adalah kelemahan terburuk baginya dan membuat setengah jiwanya ikut mati bersama sang istri. Ia bertekad kuat karena melihat Calorin yang harus dilindungi nya dan itu adalah tugasnya yang paling berat yang di ucapkan Aise ketika ia menghembuskan nafasnya, Aise ingin Calorin bahagia.
Hal itu sekuat tenaga Seckam tahan demi kebaikan putrinya, ia tidak memperlihatkan luka di hatinya itu.