Download App

Chapter 14: 13 Back Hug

Naya melangkah dengan santai begitu keluar dari lift yang mengantarkannya sampai di lantai tempat kerjanya yang baru. Semalaman dia mencoba untuk searching tentang trend dari fashion yang cocok untuk seorang sekretaris. Dan drama korea yang sedang ramai di perbincangkan teman kantor saat ini memberi pengaruh pada gaya seorang sekretaris karena drama itu memang menceritakan tentang si sekretaris. Jadi, bukannya mencari referensi berbusana dia malah menonton drama itu sampai episode 6 dan bergadang karenanya.

Namun Naya harus profesional, menyembunyikan rasa kantuk, Naya memilih blouse warna coklat mocca dan rok span warna putih gading dengan sepatu prada warna coklat susu. Rambutnya yang warna coklat gelap ia ikat setengah untuk memberi kesan manis namun tetap rapih. Sebelumnya, dia juga sudah membaca buku yang diberikan oleh Yudit padanya kemarin, dia mencoba memahami semua yang ada disana dan menyimpannya ke dalam kepala.

Dan hal pertama begitu ia sampai di meja kerjanya adalah membersihkannya lalu dia bergerak menuju ruangan bosnya dan menyalakan penyaring udara selama 5 menit, kemudian membersihkan debu di kursi-kursi yang ada di dalam ruangan tersebut. Sesuai pesan, dia tidak diperbolehkan menyentuh apapun yang ada di meja kerja Fazran sekalipun itu sangat berantakan seperti yang ia lihat saat ini.

Setelah itu dia masuk ke pantri untuk melihat persedian teh dan snack untuk Fazran. Mengecek makanan untuknya dan Yudit yang sudah disiapkan oleh koki perusahaan. Setelah rutinitas paginya sebagai seorang sekretaris selesai, Naya kembali ke meja kerjanya.

"Masih ada waktu 10 menit." Gumamnya melihat jarum jam di jam tangannya.

"Pak Fazran datang."

Naya spontan berdiri ketika suara Yudit terdengar memberitahu kedatangan bosnya, Fazran yang saat ini tampil menggunakan setelah warna biru muda dengan dasi warna biru tua motif garis putih diagonal.

Naya menundukan badannya begitu Fazran melewatinya. Sesuai pedoman, dia akan menyajikan snack untuk Fazran begitu atasannya tu sudah tiba di ruangannya.

"Masuk."

"Semoga anda menikmatinya." Ujar Naya ketika dia meletakkan snack dan teh untuk Fazran di atas meja kopi yang bersebelahan dengan meja kerja Fazran.

"Terimakasih." Kata Fazran.

Naya pun kemudian undur diri dari hadapan Fazran. Namun suara Fazran terdengar di telinganya mencegah dirinya pergi dari ruangan yang luas itu.

"Tunggu." Fazran menginterupsi Naya dan memberi isyarat pada Naya untuk mendekat ke arahnya.

Naya kembali mendekat ke arah meja Fazran dan berdiri di depan meja kerjanya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Naya.

"Apa kau sudah tahu mengenai pekerjaan sekretarisku tentang mengecek laporan yang sudah ku tanda tangani?" Tanya Fazran.

Naya mengernyitkan dahinya, sepertinya Yudit belum memberikannya panduan seperti itu, di buku panduan pun tidak ada. "Saya belum mengethuinya."

Fazran mengangguk mengerti. "Ooh.. jadi mulai sekarang kamu akan mengecek lagi laporan yang sudah saya tanda tangani. Jadi setiap laporan yang masuk akan 3 kali dicek, olehmu sebelum sampai pada saya, lalu oleh saya, kemudian dicek lagi olehmu. Saya tahu ini sedikit merepotkan, tapi aku tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun. Mengerti?"

Naya mengangguk mengerti dengan arahan Fazran.

"Lagi pula pekerjaanmu dibantu oleh Yudit juga karena dia yang akan mengurusi pekerjaan selain yang ada di kantor. Jadi kamu bisa bersantai soal dinas luar kota atau negeri."

"Baik, pak." Naya mengangguk lagi.

///

Ada beberapa laporan yang masuk, hal itu membuat perhatian Naya hanya tersita pada layar komputer dan kertas laporan yang ada di atas meja. Matanya mengamati dengan serius setiap huruf dan angka yang tercetak disana untuk menyesuaikan dan meminimlisir kesalahan. Walaupun kenyataannya hanya beberapa typo dari kata yang salah bukan data yang salah membuatnya bersyukur.

Pemandangan itu disaksikan oleh Fazran dengan asyiknya. Dia tidak terlalu sibuk sehingga bisa meluangkan waktunya untuk mengamati sekretarisnya yang cantik dan tampak sangat manis dengan penampilannya hari ini. Raut wajah serius yang ditampakan oleh Naya membuatnya tersenyum geli dan menahan gemas untuk tidak mengurai alis yang berkerut di wajah Naya.

Senyum di bibir tercetak miring ketika dia menemukan sebuah ide. Ia lalu menuju ke arah laptopnya dan melakukan sesuatu dengan benda itu. Beberapa menit kemudian dia tersenyum puas melihat apa yang baru saja dikerjakannya. Membuat data laporan yang dikirim Naya lewat online setelah di cek oleh wanita itu dia kacaukan dengan memberikan typo di beberapa tempat, padahal laporan itu sudah dicek oleh Naya dan tidak ada lagi kesalahan.

Fazran kemudian membunyikan line telepon yang menghubungkan pada meja kerja Naya. Dia bisa melihat Naya yang kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari meja kerjanya. Sedetik kemudian dia mendengar suara ketukan pintu, pintu ruangannya.

Fazran langsung membuat raut wajahnya kembali serius dan datar, juga efek mendung seolah dia sedang kesal.

"Masuk."

Naya masuk dan menutup pintu kembali dengan pelan. Dia berjalan menuju meja kerja Fazran dengan sedikit gugup ketika melihat raut wajah dan aura atasannya yang sangat tidak mengenakkan. Dia berpikir kesalahan apa yang diperbuatnya sejak pagi?

Karena dia sudah yakin pekerjaannya dia kerjakan dengan baik dan sesuai dengan pedoman pekerjaannya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Naya begitu sampai di depan meja Fazran.

Fazran mendongak dan melihat kearah Naya dengan menghunuskan mata tajamnya dan raut wajah datar. Hal itu tentu saja membuat nyali Naya menciut. Dia semakin berdiri dengan gugup karena itu.

"Kamu sungguh sudah mengecek laporannya dengan benar, Nayara?" Tanya Fazran masih menatap Naya dengan penuh intimidasi.

"Iya.. pak..." Jawab Naya tanpa berani menatap mata atasannya.

"Lalu apa yang saya temukan disini." Fazran menunjuk laptopnya. "Bahkan ada banyak kesalahan tulis yang kamu lewatkan. Kamu sedang tidak bercanda 'kan, Nayara?"

Naya terkesiap dengan perkataan Fazran. Benarkah dia melewatkan kesalahan tulis di laporannya yang dia kirim? Batinnya mengingat.

"Kamu benahi lagi laporan ini!" Perintah Fazran.

Naya mengangguk mengiakan, dia akan segera pergi namun Fazran kembali bersuara.

"Siapa yang menyuruhmu pergi?"

"Hah?"

"Lakukan disini!" Fazran bangkit dari duduknya dan menunjuk kursi kerjanya pada Naya.

"Ta—tapi.." Naya tergagap dengan maksud Fazran.

"Saya tidak ingin buang-buang waktu. Lakukan segera." Kalimat Fazran bernada final.

Naya yang tidak punya pilihan lain pun akhirnya hanya patuh apda perintah Fazran. Dengan pelam dia duduk di atas kursi seorang direktur utama. Ingat, DIREKTUR UTAMA. Apa ini sebuah candaan?

Tidak, nyatanya dia baru saja duduk di atas kursi atasannya itu dan mulai melihat pada layar laptop dan matanya langsung melebar melihat kesalahan tulis yang tertera pada laporan yang dia kirim kemarin sore.

"Ini.."

"Ya, itu kesalahanmu. Saya tahu kemarin kamu buru-buru untuk pergi, tapi jangan sampai kamu menyepelekan pekerjaanmu." Ucap Fazran yang terdengar seolah sebuah sindiran untuk Naya soal kemarin.

Naya hanya meringis menanggapi soal itu dan kembali melihat kearah laptop. Fazran sendiri saat ini bekerja di atas sofa dengan wajah seriusnya. Naya melirik atasannya itu yang ternyata sedang meminum tehnya saat ini—

"Ya ampun!" Naya dengan sigap berlari menuju Fazran yang baru saja menumpahkan teh di atas bajunya. "Tunggu sebentar, pak."

Naya segera berlari menuju kamar mandi di dalam ruangan Fazran ini. kamar mandi yang luasnya 2 setengah kali lipat dari kamar mandinya di apartemen yang menurutnya saja sudah luas. Dia menemukan handuk disana dan sebuah kemeja warna putih. Naya mengambil itu dan juga sehelai dasi tanpa motif warna abu.

"Ini, pak." Naya memberikan sebuah handuk pada Fazran yang kemudian menerimanya.

Namun bukan segera melap bajunya yang basah juga tangannya, Fazran meletakkan handuk itu di atas sofa dan dia berdiri kemudian tangannya bergerak membuka kancing kemejanya.

"Pak Fazran!" Pekik Naya ketika melihat apa yang akan dilakukan Fazran.

Fazran yang mendengar pekikkan Naya menoleh pada wanita itu. Dan menaikkan alisnya bertanya.

"Gunakan handuk anda dahulu dan berganti pakaian di dalam kamar anda." Kata Naya sembari menunjukan sebuah kamar tempat Fazran bisa istirahat dari lelahnya bekerja.

Bukan mendengar rujukan Naya, Fazran justru memilih merealisasikan ide yang baru saja melintas di benaknya.

"Astaga." Naya langsung memalingkan wajahnya ketika Fazran sama sekali tindak mendengarnya dan memilih membuka pakaiannnya di depannya. Yang lucunya dia sudah pernah melihat Fazran shirtless tapi kenapa juga dia harus malu?

"Kenapa kamu memalingkan wajah? Bukankah kau sudah pernah melihatnya?"

Naya terdiam dan hendak menoleh pada Fazran, namun dia menahannya. Dia berpikir setelah mendengar kalimat Fazran.

Apa katanya?

Pernah melihat?

Apa mungkin..

"Bantu saya memasangkan dasi,"

Belum selesai Naya berpikir, Fazran sudah ada di hadapannya dan menyodorkan dasi yang diambilnya tadi pada Naya.

"Saya tidak bisa memasangkan dari sendiri, biasanya saya memakai dasi yang tinggal direkatkan saja. Dan saya lupa mengganti semua dasi di ruangan ganti dengan yang otomatis." Jelas Fazran melihat raut wajah Naya yang penuh tanya.

Meski ragu dan canggung, Naya mau saja menerima dasi itu kemudian dia berdiri mendekat pada Fazran. Dia berjinjit untuk mengalungkan helaian dasi itu melewati leher Fazran dan memasukkannya pada kerah, lalu dengan canggung dia mulai membuat simpul dasi. Tangannya jelas bergetar apalagi dia bisa merasakan Fazran yang seolah menyorotnya dengan matanya yang tajam dan nafasnya yang terasa disekitar puncak kepalanya.

Pada akhirnya dia bisa melakukan pekerjaan tambahannya sebagai sekretaris hari ini. memasangkan dasi bagi atasannya.

"Ini bagus." Fazran melihat dirinya di depan cermin yang ada di ruangannya. "Mulai sekarang kamu yang akan memasangkan dasi untuk saya."

"Apa?"

///

Setelah drama menyimpulkan dasi dan shirtless. Suasana menjadi kondusif kembali. Naya masih sibuk membereskan kekacauan yang dia yakini bukan dia yang membuatnya, tapi dia juga tidak bisa mengelak bahwa orang terakhir yang menyentuh laporan ini memanglah dirinya.

Namun kemudian dia menemukan kendala ketika sebuah rumus matematika yang tidak dia pahami muncul dalam laporan, menurut panduan dia tidak wajib melakukan pengecekan soal itu dan biar Fazran saja yang mengeceknya. Namun demi selesainya laporan ini dengan benar, Naya pun mencoba bertanya langsung pada Fazran yang masih berkutat dengan tablet dan kertas-kertas.

"Pak Fazran."

Fazran menolehkan kepalanya pada Naya. "Kenapa?"

"Ada beberapa hal yang tidak saya pahami, apakah pak Fazran bisa membantu?" Pinta Naya sopan.

Fazran segera menghampiri Naya yang masih duduk di kursi kerjanya. Di berdiri di belakang kursi dan langsung menunduk. Posisi ini membuat mereka seolah melakukan back hug, dengan kedua tangan Fazran yang diletakkan di atas meja mengurung Naya diantarannya.

Naya yang kebingungan mencoba mencari celah untuk terbebas dari sana, namun Fazran justru semakin merapatkan posisinya membuat Naya sedikit kelabakan.

"Jadi apa yang bisa saya bantu."

Mata Naya membulat mendengar suara Fazran yang terdengar tepat di samping telinganya. Dan dia sama sekali tidak berani menolehkan kepalanya.

"I—ini.." Naya menunjukkan apa yang membuatnya bingung.

"Ah..soal ini.." Dengan cekatan Fazran membereskan semua persoalan yang kemudian malah menjebak Naya dalam posisi seperti ini.

Beberapa kali tangannya bersentuhan dengan tangan Fazran, begitu juga kepalanya yang bersenggolan dengan kepala Fazran.

"Sudah."

Naya menegang seketika saat bisa dia rasakan sepintas Fazran mendaratkan bibirnya di atas rambutnya. Memang bukan mengecup—tapi dia sungguh merasakan sentuhan itu di rambutnya.

Ya ampun.. apa ini?

///


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C14
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login