Download App
33.33% OXEAN

Chapter 2: 01

Tenang, aku akan selalu ada bersamamu. Kapanpun dan dimanapun kamu butuhkan aku. Aku akan selalu ada bersamamu

~~~

"Ih, mana sih si Kiki," keluh Nana sembari melihat jam tangan hitam yang melingkar manis di tangan kirinya, yang menunjukkan pukul 06.55 yang artinya lima menit lagi kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai dan gerbang sekolah akan segera ditutup.

"Lo napa, Na?" tanya Fafa bingung setelah begitu lama melihat air muka Nana yang khawatir.

"Itu si Kiki, gak dateng-dateng." Nana menolehkan wajahnya dari pintu menuju Fafa yang duduk di sebelahnya dengan air muka khawatir.

"Cia ... Khawatir nih sama cowoknya." goda Rina yang berada di seberang kiri Nana.

"Ih, lo apaan sih, kan dia sahabat gue. Ingat! SAHABAT bukan PACAR," jawab Nana sembari menekankan kata sahabat dan pacar.

"Serah lo deh." Rina kembali fokus dengan novelnya.

"Nah itu dia," ucap Fafa yang langsung disambut dengan tolehan Nana. Nana yang bertemu pandang dengan Kiki langsung memasang wajah juteknya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Hai Na," sapa Kiki yang baru masuk ke dalam kelas dengan wajah tanpa bersalah. Ia mendudukkan dirinya di meja Nana dan mengulas senyum.

"Asalamualaikum, kalo datang itu salam Ki," kesal Nana dengan posisi yang masih sama.

"Iya-iya, waalaikumsalam, puas?"

"Hm, lama banget sih kamu. Pasti gara-gara PS kan?"

"Tau aja sih kamu." Kiki menarik hidung Nana gemas yang membuat sang pemilik hidung meringis kesakitan.

"Aw, sakit tau hidungku," kesal Nana sembari mengelus hidungnya. Kiki yang melihatnya terkekeh.

"Makannya, hidungnya jangan pesek terus."

"Ih, apaan sih. Hidungku sudah mancung ya," kesal Nana yang kembali melipat kedua tangannya di depan dada.

"Iya, mancung ke dalam," ejek Kiki yang berhasil membuat Nana kembali cemberut.

"His ... Gak tau deh. Nih, aku bawain kamu minum," ucap Nana sembari memberikan sebuah botol ke arah Kiki.

"Thanks Na."

"Hmm, sudah sana kamu duduk," usir Nana dengan ketus. Kiki menurutinya dan berjalan menuju bangkunya.

~~~

Kring ....

Bel istirahat berbunyi, yang membuat seluruh penghuni SMA Nusa Bangsa melenggang keluar dari kelas menuju kantin guna meredam suara dangdut yang berirama di perut mereka masing-masing. Yang dimana sang biang keroknya sendiri adalah para cacing yang keroncongan.

"Na, yuk ke kantin," ajak Kiki ketika menghampiri bangku Nana.

"Yuk, eh bentar bentar, lo ikut yuk Fa." Nana menolehkan wajahnya ke arah Fafa yang masih duduk terdiam di bangkunya.

"Gue?" Fafa menunjuk dirinya dengan wajah bingung.

"Iya, siapa lagi? Masa Pak satpam."

"Emang ada Pak satpam di kelas ini?

"Ya gaklah, tau ah," ucap Nana yang mulai kesal dengan perdebatan antara keduanya.

"Iya iya, beneran nih? Entar gue ganggu."

"Enggak enggak, biasanya juga gimana."

"Okelah kalo gitu."

"Btw Ki, si Vino dan Deni gak ikut?" kali ini Nana mengalihkan pandangannya ke arah wajah tampan milik Kiki. Kiki mengerutkan keningnya. Lantas, ia tersenyum.

"Ikut kok, tapi mereka sudah di sana. Kalo gitu yuk buruan ke kantin."

"Iya-iya, sabar napa?" kesal Nana yang sibuk merogoh saku tasnya.

"Kalem dong Na." Kiki memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Memberikan kesan cool bagi yang melihatnya.

"Ehem, ini jadi ke kantin gak?" deham Fafa yang berdiri dari kursinya.

"Iya jadi!" jawab mereka serempak.

Mereka bertiga berjalan beriringan keluar dari kelas dan menuju kantin yang diselingi dengan banyak ocehan dari fans Kiki.

"GILAK ITU SI KIKI MAKIN GANTENG AJA."

"ITU SAPA SIH? ENAK AJA DEKET DEKET BEBEP GUE."

"KOK DIA LAGI SIH!! APA JUGA HUBUNGAN MEREKA BERDUA."

"FOLLBACK DONG."

"KI, NANTI PULANG BARENG, YA."

"KI, BESOK KITA JALAN YUK."

"Etdah, ternyata kamu lumayan ganteng juga ya," gumam Nana menyindir Kiki. Kiki yang disindir pun melirikkan matanya ke arah Nana dengan senyum sombongnya.

"Emang aku ganteng, baru sadar kamu?"

"Idih ...." Nana memutar bola matanya malas dan memasukkan kedua tangannya di saku roknya. Kiki yang melihatnya merasa geli. Lantas, ia terkekeh melihat kelakuan sahabat karibnya itu.

"Lucu," gumam Kiki pelan yang tidak bisa didengar oleh siapa pun. Kiki yang hendak membuka suaranya pun tiba-tiba terpotong karena seorang cewek dengan gerombolannya datang menghampiri mereka. Diduga, mereka adalah fans beratnyanya Kiki.

"Ki, fotbar dong." terobos seorang cewek yang langsung berdempetan dengan Kiki.

"Iya Ki, aku juga," ucap cewek itu yang juga ikut berdempetan dengan Kiki yang berhasil membuat Nana, dan Fafa berjalan mundur. Nana yang melihat kejadian itu pun menghela napasnya kasar.

"Ki, aku pergi dulu. Urusin aja tuh fans," kesal Nana sembari menarik tangan Fafa. Kiki yang diajak mengobrol pun dibuat melongo oleh kelakuannya. Nana sendiri sudah berlalu meninggalkan Kiki sendirian beserta para fansnya.

"Ih, jadi cewek syirik amat," sindir fans Kiki yang berhasil membuyarkan lamunannya. Kiki melirik sinis ke arahnya. Seakan-akan ia tidak suka dengan hujatan cewek itu.

Cewek rese! Lihat aja ya nanti! Batin Kiki kesal.

"Eh, udah dulu ya. Bye." Kiki dengan cepat melesat pergi menyusuri lorong menuju kantin mengejar sahabatnya-Nana.

Disisi lain, Nana yang sedari tadi berjalan dengan wajah kesalnya pun sampai di kantin. Ia yang baru saja tiba pun langsung dilontarkan pertanyaan oleh Deni-teman dari seorang most wanted sekolah yang baru-baru ini membuatnya kesal. Ya, siapa lagi kalo bukan Kiki.

"Lo napa Na? Kok bete gitu?" tanya Deni yang bingung akan air muka Nana setibanya mereka di kantin. Deni menautkan alisnya bingung.

"Itu loh, fansnya Kiki ngeselin, ganggu aja. Sudah gak ada ramahnya lagi! Males deh," kesal Nana sembari duduk di kursi yang disusul oleh Fafa. Nana menggeram kesal di bangkunya dengan kedua tangan yang mengepal di udara dan kedua siku yang menyentuh meja.

"Lah, bi—" Deni yang sedang memperhatikan Nana pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah seorang cowok yang baru saja tiba. Nah, muncul juga nih si biang topik.

"Halo guys," sapa Kiki dengan tampang tidak bersalahnya. Seakan-akan ia tidak terasa jika sedari tadi ia sedang terusik dengan sebuah masalah. Kiki mengalihkan pandangannya ke arah Nana yang baru saja memalingkan wajahnya dengan bibir yang dimajukan.

"Kamu kenapa Na? Kok bete gitu?" tanya Kiki sembari duduk di kursinya. Namun, Nana tidak mengubrisnya dan mengacuhkannya. Kiki yang diacuhkan pun mengalihkan pandangannya ke arah Deni dengan sorot mata meminta penjelasan.

"Itu si Nana bete gara-gara hujatan fans lo," jelas Deni yang peka akan kode Kiki. Kiki kembali mengalihkah pandangannya ke arah Nana yang berada di sebelahnya. Sedangkan Deni, ia kembali berkutat dengan ponselnya menunggu pesanan mereka datang.

"Oh gitu, kamu gak usah bete gitu dong. Kamu tenang ya, kan ada aku. Jadi, kamu gak usah bete lagi sama fans-fans gaje itu. Sekarang, kamu senyum ya," ucap Kiki sembari meletakkan dagunya di antara ibu jari dan telunjuk kanannya. Berusaha membujuk Nana yang masih kesal dengannya. Nana melirik ke arah Kiki dan menghela napasnya perlahan.

"Iya iya, aku senyum." Nana pun mengangkat kedua sudut bibirnya singkat. Lantas, ia kembali memasang wajah datarnya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Mana coba?" tanya Kiki yang masih keukuh memandangi wajah cantik Nana. Nana kembali menghela napasnya dan kembali memandang iris indah milik Kiki.

"Nih," ucap Nana sembari tersenyum lebar. Kiki yang melihatnya pun ikut tersenyum lebar. Bahkan sangat manis hingga memperlihatkan lesung pipitnya dengan kedua mata yang menyipit.

"Nah gitu dong, kalo gini kan sahabatku." Kiki merangkul tubuh Nana dan menariknya ke dalam rengkuhannya.

"Ekhem, uhuk uhuk," sindir Deni yang melihat adegan kedua sahabat itu.

"Lo napa?" tanya Vino dengan nada ketus. Ia sendiri berada tepat di sebelah Deni.

"Itu loh itu, ehem." Deni melirik ke arah Nana dan Kiki. Memberikan kode kalo dunia ini bukan milik mereka berdua.

"Napa sih kalian? Gaje deh," sahut Kiki yang masih setia merengkuh tubuh Nana.

"Iya gaje banget," timpal Nana dengan wajah polosnya.

"Yah, gak peka. Kasihan tau yang jomlo. Matanya harus sakit," tambah Deni sembari memegang kedua matanya. Ia pun melirik keduanya lewat celah tangannya.

"Udah, mereka itu pada gak peka," lanjut Vino sembari memakan makanannya. Sedangkan Deni melirik keduanya sembari memakan baksonya.

"Udah udah, sekarang yang pesen sapa? Kapan kita makan?" tanya Kiki mengganti topik pembicaraan sembari melepas rangkulannya.

"Tenang Ki, kita sudah pesen kok. Paling bentar lagi juga datang," jawab Deni santai. "Nah itu dia, panjang umur deh," lanjut Deni ketika melihat Bu Yuyu-penjaga counter datang menghampiri mereka dengan membawa pesanan mereka. Bu Yuyu lantas meletakkan seluruh pesanan mereka dan pergi meninggalkan meja mereka.

"Yuk kita makan," ajak Kiki ketika makanan mereka sudah dihidangkan.

"Ayuk," jawab mereka serempak. Mereka pun menikmati makanan mereka masing-masing dengan menyisahkan dentingan sendok dan garpu yang mengisi keheningan di antara mereka.

Setelah makan, mereka berjalan beriringan menuju kelas XI IPA 1 dimana kelas mereka berada. Sesekali mereka disapa oleh kaum hawa yang bertemu dengannya.

"HAI KIKI, DENI, VINO."

mereka yang dipanggil pun menjawabnya dengan senyum tipis yang tercetak di wajahnya terkecuali Vino yang lebih memilih bermain ponsel dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya.

"Btw, kok lo diam aja sih Fa? Lo sakit?" tanya Nana yang melihat air muka Fafa yang tampak murung. Fafa yang sedari tadi menunduk pun mengangkat kepalanya ke arah Nana.

"Iya kamu bener, Na. Lo kok tumben diem terus," timpal Kiki yang berada di sebelah Nana. Kini, Fafa menoleh ke arah keduanya secara bergantian. Kiki menaikkan alis kanannya meminta jawaban.

"Eh, gue gak papa kok. Nanti yang ada gue ganggu kalian lagi."

"Alesan aja lo," ucap Nana tak terima sembari menyenggol lengan Fafa. Fafa yang disenggol pun hanya bisa pasrah. Ia sendiri terlihat murung. Karena, ia sedari tadi harus melihat adegan romantis antara temannya dengan Kiki.

"Ya, habis gimana lagi?"

"Udah udah, yuk buruan masuk," lerai Deni ketika mereka sudah tiba di depan pintu kelas. Deni masuk duluan ke dalam kelasnya.

"Oke," jawab mereka serempak terkecuali Vino yang dilanjutkan dengan memasuki kelas. Mereka langsung menempatkan diri mereka masing-masing di bangkunya. Tak lama, guru yang mengajar kelas mereka datang dan seketika kelas menjadi hening.

~~~

Kring ....

Bel pulang yang ditunggu-tunggu pun akhirnya berbunyi. Seluruh siswa siswi keluar dari kelasnya masing-masing dan berjalan berhamburan menuju parkiran sekolah atau gerbang.

Nana yang sedang asyik berjalan di koridor bersama Fafa pun seketika terganggu. Ponsel yang berada di saku roknya bergetar yang menandakan ada pesan masuk. Tanpa basa basi lagi, Nana merogoh sakunya dan menyalakan ponselnya. Terlihat beberapa nofikasi WhatsApp dari Kiki sahabatnya masuk ke ponselnya. Ia segera membukanya dan membacanya.

KIKI JELEX MY BEST FRIEND😝

Online

Na

Buruan sudah aku tungguin nih

Iya iya

Sabar kalik

Nana mematikan ponselnya dan memasukkannya kembali ke saku roknya. Ia beralih menatap Fafa yang sedari tadi terdiam dengan tangan yang memegang ponsel merk ternamanya.

"Fa, gue balik dulu ya. Sudah ditunggu Kiki nih." pamit Nana ke Fafa yang masih berkutat dengan ponselnya. Fafa yang diajak mengobrol pun menoleh.

"Oke, no problem. Bye." Fafa melambaikan tangannya ke arah Nana yang sudah berlari menuju parkiran sekolah.

"Bye too." Nana berteriak sembari berlari dengan langkah yang tergesa-gesa.

~~~

Sesampainya di parkiran, Nana melihat Kiki yang sudah menunggu dengan air muka betenya. Yang menandakan bahwa ia siap untuk mengomeli dirinya. Dan benar saja, dia pun mulai mengoceh ketika dirinya sudah sampai di hadapannya.

"Kok kamu lama sih?" kesal Kiki sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Ia mendudukkan dirinya di kap mobil.

"Ya elah Ki, ini termasuk bentar tau. Lagian lamaan kamu, masa sampai sekolah lima menit sebelum bel," sungut Nana. Ia memalingkan wajahnya kesal.

"Iya iya sorry, habis aku di rumah sendirian."

"Emang Tante Wina dan Om Bramasta kemana?"

"Tau tuh, mana Kak Gibran masuk pagi lagi."

"Ya udah, yuk pulang."

"Yuk." Kiki berdiri dari duduknya dan berjalan masuk yang disusul oleh Nana. Mereka memasuki mobil dan duduk di tempatnya masing-masing. Kiki dengan kursi kemudinya dan Nana dengan kursi penumpangnya yang berada di sebelah kursi pengemudi.

Mobil navy mewah milik Kiki pun melaju keluar dari area sekolah menuju tempat tongkrongan anak muda zaman sekarang. Ya, mana lagi kalau bukan Kafe.

Setelah menempuh perjalanan tiga puluh menit, mobil Kiki memasuki area Kafe ternama di daerah Ibu Kota itu. Kemudian, mobil Kiki parkir dengan mulus di parkiran yang sudah disediakan. Kiki menarik rem tangan dan mematikan mesinnya.

"Ngapain ke sini?" tanya Nana heran ketika mereka masih terdiam di dalam mobil. Kiki menoleh ke arahnya. Ia tersenyum miring dan menaikkan alis kanannya.

"Ya elah, kamu kayak gak kenal aku aja. Biasalah, aku kan laper," ucap Kiki mengelus-elus perutnya sembari memasang wajah memelas .

"Hmm, kebiasaan." Nana turun dari mobil yang disusul oleh Kiki. Mereka jalan beriringan memasuki Kafe.

"Btw, hari ini kan giliran kamu yang nraktir," ucap Kiki sembari menaik turunkan alisnya. Mereka masih melangkah masuk ke dalam Kafe.

"What? Aku?" Nana memberhentikan langkahnya sembari menunjuk dirinya dengan memasang air muka terkejut.

"Iya, kemarin habis pulang sekolah kan aku sudah nraktir kamu bakso dan es jeruk," jawab Kiki polos. Ia sendiri sedang berusaha mengingatkan kejadian kemarin kepada sahabatnya itu.

"Masa sih?" Nana meletakkan tangan kanannya di dagu dan tampak berpikir.

"Udah, kamu gak usah nghindar deh," jawab Kiki sembari merogoh sakunya. Ia mengambil secarik kertas dan memberikannya kepada Nana.

"Nih, struknya yang kemarin. Jadi, hari ini giliran kamu."

"Iya deh iya, sudah sana buruan pesen. Entar aku yang traktir."

"Nah gitu dong."

~~~

Setelah mereka memesan makanan, mereka pun menunggu. Tak lama, pesanan meraka datang. Mereka langsung menyantapnya dengan lahap tanpa tersisa sedikit pun. Nana langsung melenggang pergi menuju kasir dan membayar pesanan mereka. Tak lupa, ia meminta struk sebagai bukti untuk ia tunjukkan ke Kiki besok.

"Yuk Ki, pulang," ajak Nana yang kembali dari kasir.

"Ayuk." Kiki berdiri dari kursi dan mereka pun berjalan menuju parkiran.

Di sepanjang perjalanan, mereka pun asyik bercanda ria hingga mobil Kiki sampai di rumah Nana.

"Mampir dulu, Ki," tawar Nana ketika berada di pintu Kiki.

"Gak usah, aku langsung balik aja. Bye."

"Asalamualaikum Ki," gemas Nana.

"Waalaikumsalam Na."

Tanpa basa basi lagi, Kiki melajukan mobilnya menuju rumahnya yang tak jauh dari rumah Nana.

~~~

Malamnya ....

"Den, makan dulu," ajak Bi Harni sembari mengetuk kamar Kiki.

"Iya Bi, bentar," teriak Kiki yang berada di dalam kamarnya.

Tak lama, pintu pun terbuka dan menampakkan wajah tampannya Kiki.

"Bunda sama Papa masih pergi?" tanya Kiki dengan raut wajah penuh tanda tanya.

"Iya Den, Tuan sama Nyonya pergi keluar kota sejak tadi pagi. Katanya sih mereka pulangnya dua hari lagi."

"Oh gitu, kalo gitu Kiki ijin keluar ya. Dan bilangin ke Kak Gibran kalo kakak gak usah khawatir sama Kiki."

"Tapi Den, makanannya?"

"Mm, Bibi tolong bungkusin ya. Oh iya Bi, 2 porsi ya." Kiki menunjukkan jarinya membentuk angka 2.

"Oke, Den," jawab Bi Harni yang dilanjut dengan berjalan turun menuju dapur. Sementara Kiki, ia memasukkan baju, seragam, dan buku sekolahnya ke dalam tas. Ia bersiap diri untuk pergi ke suatu tempat yang tidak bakal membuatnya sepi dan sendiri.

Setelah bersiap, ia menuruni tangga dan mengambil kotak bekal yang telah disiapkan Bi Harni. Bi Harni pun mengikuti Kiki keluar dari rumah.

"Kalo gitu, Kiki pergi dulu ya Bi, Asalamualaikum," pamit Kiki ketika membuka kaca mobilnya.

"Waalaikumsalam, hati-hati, Den." Bi Harni melambaikan tangannya.

"Iya, Bi." Kiki langsung menancapkan gas mobilnya menuju sebuah rumah.

Tak membutuhkan waktu lama, ia pun sampai di rumah Nana. Apa? Rumah Nana? Iya, rumah Nana. Bagi Nana dan keluarganya, Kiki datang ke rumahnya itu sudah hal biasa. Karna orang tuanya Nana sendiri sudah menganggap Kiki seperti anaknya. Tak heran, ia menyiapkan kamar khusus buat Kiki. Sehingga Kiki dapat menginap kapan pun ia mau. Kiki pun dengan sigap merogoh sakunya dan langsung menelpon Nana.

"Hai Na."

"Asalamualaikum Ki, salam napa? Kebiasaan banget."

"Iya, Waalaikumsalam. Aku sudah sampe rumahmu nih."

"Beneran?"

"Hm, kalo gak percaya lihat aja dari balkon." Nana mengikuti perintah Kiki. Dan benar saja, tampak sesosok cowok yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.

"Oh oke, aku turun. Bentar ya."

"Iya buruan." setelah mengakhiri panggilan, pintu pun terbuka dan tampaklah seorang perempuan dengan jilbabnya.

"Kamu kenapa kesini?"

"Mm, nanti aku ceritain. Ini aku gak diajak masuk nih?"

"Oh iya, ayuk masuk Ki." Nana membuka pintunya lebar-lebar dan mempersilakan Kiki masuk.

"Nah gitu dong." Kiki masuk ke dalam rumah dengan langkah santai sembari memakai tas di sebelah pundak kanannya.

Tanpa basa basi lagi, mereka pun menaiki tangga dan berjalan menuju balkon yang berada di kamar Nana. Di balkon, mereka menikmati kesejukan malam serta keindahannya.

"Oke, sekarang kamu cerita. Kamu kenapa? Sampe kamu datang ke sini," tanya Nana ketika mereka sudah berada di pinggir balkon.

"Mm, orang tuaku pergi. Jadi, aku kesini deh, kalo disini kan ada kamu."

"Emang ortumu kemana? Kalo Kak Gibran?"

"Ortuku ke luar kota, Kak Gibran mah sibuk. Entar aku gak diperhatiin lagi."

"Oh, jadi sahabatku ini kesepian dan minta diperhatiin?"

"Tul tuh, aku beruntung deh punya sahabat pengertian kayak kamu." Kiki meletakkan tangan kanannya di dagunya dan memandang langit malam.

"Terus kamu mau ngapaian sama tas itu?" Tunjuk Nana ke arah tas Kiki yang berada di dalam kamar Nana.

~~~


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login