Download App
100% PART 3
PART 3 PART 3 original

PART 3

Author: AVOX_VEN

© WebNovel

Chapter 1: KOCAK AGAINZ

Logo HaiBunda

video

search

search

HOME

REVIEW-PRODUKNEW

BUNDAPEDIA

REKOMENDASI-PRODUK

KEHAMILAN

MENYUSUI

PARENTING

NAMA BAYI

MOM'S LIFE

HAIBUNDA SQUAD

CERITA BUNDA

TRENDING

VIDEO

KOMIK BUNDA

INFOGRAFIS

FOTO

Home

Parenting

Aktivitas

PARENTING

20 Dongeng Sebelum Tidur Penuh Makna dan Mendidik

comment

facebook

twitter

telegram

whatsapp

Mutiara Putri | HaiBunda

Jumat, 28 Jul 2023 10:02 WIB

20 Dongeng Sebelum Tidur Penuh Makna dan Mendidik

Ilustrasi Membaca Dongeng Sebelum Tidur/Foto: iStock

Jakarta - Membacakan dongeng sebelum tidur adalah hal yang paling dinantikan oleh Si Kecil nih, Bunda. Bukan tanpa alasan, kisah yang Bunda ceritakan tak hanya menarik, tetapi juga memiliki pesan moral untuk Si Kecil.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa membacakan dongeng sebelum tidur bisa membuat Si Kecil belajar lebih banyak hal daripada apa yang mereka pikirkan. Pernyataan ini diungkapkan langsung oleh Kepala Institut Nasional Kesehatan Anak dan Perkembangan Manusia, Reid Lyon.

"Penelitian saraf menunjukkan ketika orang tua atau pengasuh berinteraksi dengan anak-anak secara verbal, termasuk membacakan untuk mereka, anak-anak akan belajar lebih banyak jika dibandingkan dengan yang kita pikirkan," katanya dikutip Resveralife.

Tak hanya itu, membacakan dongeng juga menjadi salah satu aktivitas yang bisa membangun kedekatan Bunda dan Si Kecil, lho. Sarah McGeown, Dosen Psikologi Perkembangan di Universitas Edinburg, membaca buku cerita dengan anak bisa menjadi aktivitas bonding yang menyenangkan.

Dongeng sebelum tidur penuh moral dan makna

Jangan bingung menentukan dongeng sebelum tidur penuh makna yang moral ya, Bunda. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya.

Baca Juga :

6 Dongeng Anak Sebelum Tidur yang Mendidik

1. Batu di Tepi Danau Laut Tawar

Hiduplah sepasang suami istri dengan anak perempuannya yang cantik jelita di Negeri Aceh. Selain cantik, ia juga rajin dan sangat menyayangi keluarganya.

Seorang pemuda tampan ingin meminang gadis itu. Ia berasal dari keluarga terhormat dan kaya raya di negeri seberang. Si gadis menerima pinangan si pemuda setelah keluarganya memberi restu. Pesta pernikahan pun dilangsungkan dengan amat meriah.

Setelah beberapa hari, pemuda itu hendak pulang ke kampung halaman. Ia mengajak istrinya. Hati sang istri amat berat meninggalkan keluarga dan desanya. Namun, ia harus mengikuti ajakan suami sebagai tanda bakti dan kesetiaan kepada suaminya.

"Anakku, tinggallah di negeri suamimu," pesan sang ayah. "Ingatlah, selama dalam perjalanan, jangan menoleh ke belakang. Jika melakukannya, kau akan menjadi batu!"

Si gadis dan suaminya pun meninggalkan desa. Mereka memulai perjalanan jauh menuju negeri di seberang lautan. Hingga tibalah mereka di Danau Laut Tawar. Mereka menaiki sebuah sampan dan menyeberangi danau itu.

Saat sampan mengarungi danau, si gadis mendengar suara ibunya. Suara itu terus memanggil-manggil namanya. Kejadian itu berlangsung lama. Akhirnya, si gadis lebih memilih menoleh. Petaka pun seketika terjadi. Sesaat setelah si gadis menolehkan wajahnya ke belakang, tubuhnya berubah menjadi batu.

Betapa sedih hati sang suami. Karena terlalu cinta, sang suami ingin selalu bersama istrinya. Ia lantas memohon kepada Tuhan agar dirinya berubah menjadi batu. Selesai memohon, tubuh si pemuda berubah menjadi batu. Sepasang batu itu berada di tepi Danau Laut Tawar.

Pesan moral: Dari kisah ini kita harus mematuhi nasihat orang tua dan hendaknya tidak mengingkari janji, Bunda.

Banner 20 Dongeng Anak

2. Dongeng Anak Si Kancil dan Siput

Pada suatu hari yang cerah, Kancil sedang berjalan dengan santai di pinggir sungai. Disana ia bertemu dengan Siput yang merangkak dengan lambat. Kancil lalu datang menghampiri Siput dengan langkah yang angkuh.

"Hai Siput," kata Kancil dengan sombong. "Apakah kamu berani adu cepat denganku?"

Mendengar pertanyaan itu, Siput tentu saja terkejut. Ia merasa diejek oleh Kancil. Walaupun begitu, Siput menerima ajakan Kancil.

"Baiklah, Kancil," kata Siput yang menerima ajakan Kancil. "Aku terima ajakanmu. Tapi jangan malu ya, kalau nanti justru kamu yang sendiri yang kalah."

"Hahahaha," seketika Kancil tertawa mendengar ucapan Siput. "Mana mungkin kamu bisa mengalahkan aku, Siput? Kamu adalah hewan perangkak yang sangat lambat."

Mendengar hal itu, bukannya membatalkan ajakan Kancil, Siput justru makin menantang Kancil. "Baik, tentukan saja kapan kita akan berlomba!"

"Hari Minggu besok, di sini," kata Kancil. "Pasti akan ada yang melihatku memenangkan lomba. Catat itu." Kancil lalu bergegas pergi dengan tertawa.

Sambil menunggu hari perlombaan, Siput mengatur taktik agar Kancil bisa merasakan rasa angkuh dan sombongnya dengan kekalahan. Ia segera mengumpulkan semua siput yang ada di sekitar sungai. Mereka semua tentu saja ingin Kancil kalah.

"Hai teman-temanku, tentu saja kita berkumpul disini untuk membicarakan perlombaan dengan Kancil," kata Siput yang akan berlomba.

"Tapi bagaimana caranya? Kita memang sudah pasti kalah, karena kita merangkak dengan lambat," kata siput yang lain.

"Kita harus membagi tugas," kata Siput. "Kalian harus berpencar di setiap rerumputan di pinggir sungai, sampai garis finish. Nanti kalau dipanggil Kancil, kalian harus jawab."

"Ide yang cerdas! Kita akan menang!"

Akhirnya datang hari perlombaan. Semua siput sudah siap di posisinya masing-masing. Penonton bersorak sorai. Ada yang mendukung kancil, ada juga yang mendukung siput. Hingga bendera diangkat, tanda lomba dimulai.

Begitu lomba dimulai, Kancil berlari dengan sangat kencang. Semua tenaga ia kerahkan agar bisa memenangkan perlombaan itu. Tapi setelah berlari sekian kilometer, napasnya mulai terengah-engah dan memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon.

Namun ketika ia baru saja akan duduk, ia melihat Siput berjalan.

"Siput!" kata Kancil.

"Ya, aku di sini, Kancil," kata Siput yang berjalan di depan Kancil.

Kancil lalu berlari kencang meninggalkan siput itu. Dia mulai kehabisan tenaga ketika sampai di pohon besar yang rindang. Kancil kembali duduk untuk beristirahat. Tapi Siput datang melewatinya.

"Siput!" kata Kancil.

"Ya, aku di sini, Kancil," begitu seterusnya yang terjadi. Hingga Kancil kelelahan dan Siput memenangkan perlombaan.

Di garis finis, Kancil mengakui kekalahannya. Sementara, Siput yang memenangkan perlombaan hanya tersenyum tipis. Siput tidak merayakan kemenangan dengan berlebihan.

Pesan moral: Kita harus berani mengakui kekalahan ya.

3. Dongeng Sebelum Tidur: Batu Menangis

Ilustrasi Dongeng Pengantar TidurIlustrasi Dongeng Pengantar Tidur/ Foto: Tim HaiBunda

Alkisah, di sebuah desa terpencil hiduplah seorang janda tua dengan seorang putrinya yang cantik jelita bernama Darmi. Mereka tinggal di sebuah gubuk yang terletak di ujung desa.

Darmi memang cantik, parasnya indah menawan. Namun, tingkah lakunya sangatlah tidak cantik dan sifatnya sangatlah tidak menarik.

Setiap hari Darmi selalu bersolek di kamarnya. Ia tidak pernah mau membantu ibunya sedikit pun membereskan isi rumah. Kamarnya selalu berantakan. Darmi tidak peduli akan hal itu, ia hanya peduli pada wajahnya yang cantik jelita tiada terkira haruslah selalu tampil sempurna.

Ibunya Darmi yang sudah tua, setiap hari selalu bekerja keras demi mendapatkan uang. Apapun jenis pekerjaannya, selama itu halal, akan ia kerjakan. Semua itu ia lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan Darmi, anak semata wayangnya.

Ibunya Darmi juga kerap diperlakukan seperti pembantu. Setiap ditanya siapa yang berjalan di belakangmu, ia selalu menjawab bahwa ibunya adalah budaknya.

Mendengar hal itu terus menerus, Ibu Darmi merasa sakit hati hingga berdo'a. Secara perlahan Darmi berubah menjadi batu. Ia terus menangis dan memohon kepada ibunya. Namun, semua sudah terlambat. Kini tubuhnya berubah menjadi batu yang terus mengeluarkan air mata.

Pesan moral: Menyiratkan nasihat agar senantiasa hormat dan berbakti kepada orang tua. Dongeng tersebut dikutip dari buku yang berjudul Batu Menangis oleh Noor H. Dee.

4. Bawang Merah dan Bawang Putih

Dahulu kala, hiduplah Bawang Putih dan saudara tirinya, Bawang Merah. Ibu Bawang Putih meninggal ketika ia masih bayi. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan memiliki anak bernama Bawang Merah.

Tak berselang lama, ayahnya pun meninggal. Setelah itu, kehidupan Bawang Putih amat menyedihkan. Kesehariannya, Bawang Putih selalu diminta untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah termasuk mencuci baju.

Suatu hari ketika sedang mencuci, baju ibu tiri Bawang Putih hanyut. Bawang Putih pun bingung sampai akhirnya bertemu dengan seorang nenek yang mengatakan kalau ia menyimpan baju yang hanyut itu dan akan mengembalikannya dengan satu syarat. Bawang Putih harus membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Bawang Putih pun menuruti.

Setelah selesai, nenek itu mengembalikan baju ibu tirinya. Nenek itu juga memberinya hadiah. Bawang Putih harus memilih salah satu labu untuk dibawa pulang, ada labu besar dan labu kecil. Bawang Putih memilih yang kecil. Sesampainya di rumah alangkah terkejutnya ia beserta ibu dan saudara tirinya, ternyata labu itu berisi banyak perhiasan.

Keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang sama seperti Bawang Putih. Ia pura-pura menghanyutkan pakaiannya. Kemudian, memilih labu yang besar. Ketika dibuka labu itu malah berisi ular.

Bawang Merah dan ibunya pun merasa itu adalah bentuk teguran dari Tuhan untuk mereka karena sudah memperlakukan Bawang Putih layaknya seorang pembantu. Mereka menyadari semua kesalahannya selama ini pada Bawang Putih dan meminta maaf.

Pesan moral: Tidak boleh berperilaku buruk terhadap orang lain dan memiliki sifat serakah.

5. Cerita Dongeng Petani Serakah

Pak Petani selalu ingin mendapatkan banyak uang. Pada musim semi, ia berseru kepada Tuhan, "Jika hari cerah, aku akan menuai gandumku."

Pada hari berikutnya, matahari bersinar cerah. Pak Petani pun menuai sebagian gandumnya. Setelah itu, ia berseru kepada Tuhan lagi, "Seandainya hari ini hujan, pasti baik untuk gandumku yang lain."

Esok harinya turun hujan. Pak Petani berkata, "Jika hujannya lebih lebat, gandumku pasti lebih cepat tumbuh". Pada hari berikutnya hujan kembali turun.

Musim panas tiba, Pak Petani memanen gandum dan menumpuknya menjadi satu di ladang. Selesai bekerja, Pak Petani berkata, "Tuhan, seandainya Kau memberi lebih banyak hujan pasti hasil panenku jauh lebih besar dari ini."

Musim panas masih berlangsung. Pak Petani ingin segera menanam gandum. Ia berseru dengan kesal, "Mengapa Engkau tidak memberiku lebih banyak hujan, Tuhan? Berilah hujan sehingga aku bisa menanam gandum dan memanennya!"

Tuhan kemudian menurunkan hujan yang sangat lebat hingga berhari-hari. Banjir melanda ladang Pak Petani. Seluruh gandum Pak Petani hanyut terbawa air.

Pesan moral: Selalu bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Tuhan. Nikmatilah apa yang ada.

6. Timun Emas

Ilustrasi Dongeng Pengantar TidurIlustrasi Dongeng Pengantar Tidur/Foto: Tim HaiBunda

Mbok Sirni tinggal sebatang kara. Suaminya sudah lama meninggal dan ia tidak dikarunia seorang anak pun. Kesehariannya, Mbok Sirni bertani sayur-sayuran di sekitar rumah. Kemudian menjualnya ke pasar.

Setiap hari Mbok Sirni selalu memohon kepada Tuhan agar dikaruniai seorang anak. Suatu hari, saat sedang berdo'a tiba-tiba datang raksasa bermuka hijau bernama Buto Ijo.

"Aku bisa memberimu anak, tapi dengan satu syarat. Setelah berusia enam tahun, anak itu harus kamu berikan lagi kepadaku," kata Buto Ijo.

Tanpa pikir panjang, Mbok Sirni pun menyetujuinya. Buto Ijo memberikan bibit timun untuk ditanam. Katanya salah satu dari timun itu nanti ada timun paling besar berwarna emas. Timun itulah yang berisi bayi.

Benar saja, dua minggu setelah bibit timun ditanam, Mbok Sirni menemukan timun yang paling besar diantara timun lainnya dan berwarna emas. Ketika dibelah, berisi bayi perempuan yang kemudian diberi nama Timun Emas oleh Mbok Sirni.

Beberapa tahun berlalu, Timun Emas dan Mbok Sirni selalu bersama sampai tiba saatnya Buto Ijo datang untuk mengambil Timun Emas. Mbok Sirni sangat menyayangi Timun Emas lalu ia berdo'a agar selalu bersama. Kemudian datanglah seorang petapa yang memberinya bungkusan kecil berisi biji mentimun, jarum, garam, dan terasi.

Ketika Buto Ijo mengejar Timun Emas, satu persatu bungkusan tersebut ditabur hingga menghalangi langkah Buto Ijo. Bungkusan terakhir berisi terasi yang ditabur ke arah Buto Ijo berubah menjadi lumpur panas hingga Buto Ijo meninggal.

Timun Emas pun terbebas dari Buto Ijo. Ia kembali ke rumah dan hidup bahagia kembali bersama Mbok Sirni.

Cerita ini dikutip dari buku berjudul Kumpulan Cerita Rakyat #1 oleh Ali Muakhir.

Pesan moral: Tidak boleh berniat jahat terhadap orang lain karena hal itu akan berbalik kepada diri sendiri.

7. Burung Bangau yang Angkuh

Seekor bangau berjalan dengan langkah yang anggun di sepanjang sebuah sungai kecil, matanya menatap air sungai yang jernih, leher dan paruhnya yang panjang siap untuk menangkap mangsa di air sebagai sarapan paginya.

Saat itu, sungai dipenuhi dengan ikan-ikan yang berenang, tetapi sang Bangau merasa sedikit angkuh di pagi hari itu.

"Saya tak mau makan ikan-ikan yang kecil," katanya kepada diri sendiri. "Ikan yang kecil tidak pantas dimakan oleh bangau yang anggun seperti saya."

Sekarang, seekor ikan yang sedikit lebih besar dari ikan lain, lewat di dekatnya.

"Tidak," kata sang Bangau. "Saya tidak akan merepotkan diri saya untuk membuka paruh dan memakan ikan sebesar itu!"

Saat matahari mulai meninggi, ikan-ikan yang berada pada air yang dangkal dekat pinggiran sungai, akhirnya berenang pindah ke tengah sungai yang lebih dalam dan dingin. Sang Bangau yang tidak melihat ikan lagi, terpaksa harus puas dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai.

Pesan moral: Cerita ini mengajarkan anak untuk tidak bersikap angkuh, Bunda. Karena sifat ini hanya akan merugikan, baik orang lain maupun pada diri sendiri.

8. Dongeng Anak Beruang dan Lebah

Suatu hari, seekor beruang tengah menjelajahi hutan untuk mencari buah-buahan. Di tengah pencarian, ia menemukan pohon tumbang di mana terdapat sarang tempat lebah menyimpan madu.

Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di sekitar pohon tumbang tersebut untuk mencari tahu apakah lebah-lebah sedang berada dalam sarang tersebut. Tepat pada saat itu, sekumpulan kecil lebah terbang pulang dengan membawa banyak madu.

Lebah-lebah yang pulang tersebut, tahu akan maksud sang Beruang dan mulai terbang mendekati sang Beruang, menyengatnya dengan tajam lalu lari bersembunyi ke dalam lubang batang pohon.

Seketika Beruang tersebut menjadi sangat marah, loncat ke atas batang yang tumbang tersebut dan dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah. Tetapi hal ini malah membuat seluruh kawanan lebah yg berada dalam sarang, keluar dan menyerang sang Beruang.

Beruang yang malang itu akhirnya lari terbirit-birit dan hanya dapat menyelamatkan dirinya dengan cara menyelam ke dalam air sungai.

Pesan moral: Hal yang dapat dipelajari dari kisah beruang dan lebah ini adalah lebih bijaksana untuk menahan diri ketimbang menambah masalah karena melampiaskan emosi.

9. Angsa dan Telur Emas

Suatu hari, seorang petani membawa seekor angsa pulang ke rumahnya. Esoknya, angsa itu mengeluarkan telur emas.

"Angsa ajaib," kata petani. la segera membawa telur emas itu ke pedagang emas di pasar untuk mengetahui apakah telur tersebut benar-benar emas.

"Ini emas murni," kata pedagang emas. Pedagang tersebut membelinya dengan uang yang banyak. Sejak saat itu, angsa setiap hari mengeluarkan telur emas. Kini, petani telah memiliki selusin telur emas. Namun, petani itu masih belum puas.

"Aku akan kaya raya. Tapi, aku ingin angsa mengeluarkan lebih banyak telur emas setiap hari agar aku cepat kaya," kata petani.

Setelah angsa mengeluarkan telur emas yang banyak dalam sehari, petani masih belum puas juga.

"Angsa itu mengeluarkan banyak telur emas. Aku tidak akan menunggu besok. Aku ingin cepat kaya. Aku akan menyembelih angsa itu dan mengambil seluruh emas dalam tubuhnya," pikir petani.

Petani itu akhirnya menyembelih angsa, namun betapa kagetnya dia. Alih-alih menemukan banyak telur emas, justru dia tidak menemukan satupun di dalam tubuh angsa.

Kini, petani hanya bisa menyesal. Karena serakah, dia telah menyembelih angsa. Andai saja tidak menyembelih angsa itu, pasti masih bisa mendapatkan telur emas. Itulah akibat dari keserakahan.

Pesan moral: Cerita ini mengajari anak untuk tidak menjadi orang yang serakah, Bunda. Untuk meraih kesuksesan, diperlukan kerja keras dan kesabaran. Orang yang serakah dan tidak sabar hanya akan mendapat kerugian.

10. Legenda Pulau Kapal

Di Kepulauan Bangka Belitung hiduplah keluarga yang sangat miskin. Walau sudah bekerja keras, nasib mereka tetap tidak bertambah baik. Suatu hari, sang ayah menemukan sebatang tongkat berhias permata yang sangat mahal.

Lalu dibawa pulang, ditunjukkan pada istri dan anak laki-lakinya. Mereka sepakat untuk menjual tongkat tersebut, nanti uang itu akan digunakan untuk modal usaha.

Berangkatlah sang anak ke seberang pulau. Setelah tongkat itu terjual, sang anak mendapatkan beratus-ratus keping emas. Bukannya pulang ke rumah, ia malah pergi berlayar untuk berdagang. Kedua orang tuanya terus menunggu dan mengira kalau putra mereka sudah tewas.

Beberapa tahun berlalu, datanglah kapal mewah milik saudagar kaya bersama 15 orang istrinya. Sang anak pun menghampiri kedua orang tuanya sembari memberikan sekantung uang, tetapi salah satu istrinya merasa tidak senang.

Ketika ditanya siapa kedua orang itu, ia menjawab mereka adalah pengemis. Jawaban ini terdengar oleh kedua orang tuanya.

Terjadilah badai, kapal yang ditumpangi sang anak dan para istrinya pun karam. Bangkai kapal yang mewah menjelma menjadi sebuah pulau. Konon sang saudagar bersama para istrinya menjelma menjadi monyet penunggu pulau yang diberi nama Pulau Kapal tersebut.

Pesan moral: Tidak boleh menyakiti hati kedua orang tua. Cerita ini berasal dari Bangka Belitung.

Ilustrasi dongeng anak atau membaca bukuIlustrasi Bunda dan anak membaca dongeng/Foto: Getty Images/iStockphoto/Choreograph

11. Asal Usul Danau Maninjau

Di kaki Gunung Tinjau, hidup sepuluh orang bersaudara yang disebut dengan Bujang Sembilan. Si sulung bernama Kukuban dan si bungsu bernama Sani. Mereka memiliki paman bernama Datuk Limbatang. Datuk Limbatang memiliki putra bernama Giran. Sani dan Giran saling menaruh hati.

Saat musim panen, diadakanlah adu silat. Giran dan Kukuban pun bertanding, mereka sama kuatnya. Namun Kukuban kalah dan merasa dendam kepada Giran.

Beberapa hari kemudian, Datuk Limbatang datang meminang Sani untuk Giran tapi Kukuban menolaknya. Sani dan Giran pun bersedih, mereka bertemu di sebuah ladang untuk mencari solusi. Sepotong ranting berduri tersangkut pada sarung Sani hingga melukai pahanya.

Giran berniat mengobati luka itu dengan ramuan. Tiba-tiba warga datang menuduh mereka telah melakukan perbuatan terlarang sehingga harus dihukum. Betapapun Giran dan Sani mencoba membela diri, warga tidak menghiraukannya.

Sebelum dihukum, Giran berdoa kalau mereka bersalah, ia rela tubuhnya hancur di dalam kawah gunung. Tetapi jika tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi ikan.

Setelah Giran dan Sani melompat ke kawah, gunung itu pun meletus. Bujang Sembilan pun menjelma menjadi ikan. Letusan gunung Tinjau itu membentuk kawah luas yang berubah menjadi danau yang diberi nama Danau Maninjau.

Pesan moral: Dari cerita ini tersirat pesan moral bahwa tidak baik menyimpan dendam dan prasangka buruk terhadap orang lain. Cerita ini berasal dari Sumatera Barat.

11. Kota Pandora

Suatu ketika, Zeus, raja para dewa, menyuruh Hephaestus membuatkan seorang putri. Lalu, Hephaestus menciptakan seorang perempuan dari tanah liat.

Perempuan itu diberi nama Pandora. Zeus mengirim Pandora turun ke bumi dan menikahkannya dengan Epimetheus. Zeus melakukan semua ini untuk balas dendam kepada Promotheus. Promotheus telah memberikan api kepada manusia tanpa izin Zeus.

Zeus memberikan sebuah kotak yang dikunci kepada Pandora dan memintanya berjanji untuk tidak membuka kotak itu. Ia juga memberikan kunci kotak itu kepada Epimetheus dengan pesan yang sama. Zeus yakin bahwa Epimetheus dan Prometheus tidak akan membuka kotak itu.

Pandora penasaran, ia ingin tahu apa yang ada di dalam kotak yang terkunci rapat itu. Ia meminta kunci kepada suaminya, namun Epimetheus tidak memberikannya.

Pandora terdiam, Namun, rasa ingin tahunyaa tidak bissa dibendung. Ketika Epimetheus tidur lelap, Pandora mengambil kunci dan membuka kotak itu. Dari dalam kotak keluarlah segala macam penyakit, iri hati, kebencian, kejahatan, dan semua hal yang buruk itu telah terbang ke dunia.

Epimetheus terbangun oleh tangisan Pandora. Pandora menceritakan apa yang terjadi. "Aku tidak dapat menangkap mereka. Lihatlah kotak ini sekarang kosong."

Pandora membuka kotak dan menunjukkannya kepada suaminya. Seekor kumbang kecil terbang keluar sebelum Pandora sempat menutup kota itu kembaali.

Kumbang kecil itu terbang mengelilingin Pandora. "Aku adalah harapan," kata kumbang itu.

"Aku berterima kasih kepadamu karena telah membebaskanku. Aku akan turun ke bumi menyertai mereka." Kumbang kecil itu pun melesat turun ke bumi.

Pesan moral: Meskipun di dunia disertai oleh iri hati, kejahatan, dan kebencian, tetap ada harapan bersama mereka, Bunda.

12. Kucing Hitam

Kucing Hitam mempunyai anak berwarna kuning, tetapi anaknya kesal karena mempunyai induk yang jelek dan hitam. Ia pun berpikir untuk mengganti ibunya dan mencari yang lebih hebat.

Keluarlah ia dari kandangnya, melihat matahari yang cantik dan bersinar. Ia berfikir bahwa matahari cocok untuk menjadi ibunya, lalu bertanya kepada matahari, "Wahai Matahari maukah kau menjadi ibuku?"

Lalu Matahari berkata, "Jangan. Kalau datang awan, nanti ditutupnya aku, maka hilang cahayaku."

Lalu Kucing Kuning bertanya kepada awan, "Wahai Awan maukah kau menjadi ibuku?"

Awan berkata, "Jangan. Nanti datang angin itu, diembuskannya aku, maka aku akan terbang ke mana-mana sampai tidak kelihatan."

Ia bertanya pada Angin, "Angin maukah kau menjadi ibuku?" Angin berkata, "Jangan, kami tidak akan bisa lewat kalau ada gunung itu."

Gunung berkata, "Jangan, nanti datang tikus itu dilubanginya aku, maka aku akan hancur." Lalu ia bertanya pada Tikus, "Tikus maukah kau menjadi ibuku?"

Tikus berkata, "Jangan, nanti datang Kucing Hitam itu, dimakannya aku dan anak-anakku." Kemudian Kucing Kuning pun berpikir dan merasa bahwa ibunya lebih hebat dari yang lain dan tidak ada yang bisa menggantikan ibunya.

Pesan moral: Cerita ini dapat mengingatkan Si Kecil pentingnya rasa syukur atas segala sesuatu yang dimilikinya, Bunda.

13. Gadis Kecil Penjual Korek Api

Gadis kecil ini bernama Meri. Meri sangat sedih ketika neneknya meninggal. Akhirnya, ia hanya hidup dengan ayahnya.

Tapi ayah Meri sangat malas tidak mau bekerja, sehingga membuat mereka tidak punya cukup uang untuk membeli bahan makanan. Akhirnya, saat musim dingin tiba Meri keluar rumah dan menjual korek api.

Meri tidak pantang menyerah, walaupun kedinginan dan bajunya tidak tebal. Sudah beberapa hari korek apinya belum ada yang terjual. Hari semakin malam dan ia duduk di depan toko sambil menahan dingin dan lapar.

Akhirnya, ia menyalakan korek api untuk menghangatkan tangan sampai korek api itu habis dan Meri pingsan karena kedinginan. Esoknya warga menemukan Meri pingsan dan menyesal tidak membeli korek api Meri.

Pesan moral: Betapa pentingnya saling menolong. Jika mampu, sudah sepatutnya kita menolong tetangga, teman, dan orang-orang di sekitar.

14. Si Kera dan Pohon Pisang

Pada suatu hari, Kera dan Kura-kura sepakat untuk menanam pohon pisang. Lalu, mereka pergi ke pinggir sungai dan menemukan sebatang pohon pisang yang hanyut di sungai.

Setelah mendapatkannya, mereka langsung membagi dua pohon pisang tersebut untuk ditanam di rumah masing-masing. Kera mengambil bagian ujung, sedangkan Kura-kura diberi bagian pangkal pohon.

Seiring dengan berjalannya waktu, pohon pisang yang ditanam oleh Kura-kura telah tumbuh tinggi dan berbuah lebat. Sementara itu, pohon pisang yang ditanam oleh Si Kera tidak tumbuh.

Saat Kera berkunjung ke rumah Kura-Kura untuk melihat pohon pisangnya, Kura-kura meminta tolong Kera untuk mengambil buah pisangnya. Namun, sangat disayangkan, Kera dengan serakah memakan banyak buah pisang Kura-kura sendirian dan akhirnya sakit perut.

Setelah kejadian tersebut, Kera merasa bersalah dan meminta maaf kepada Kura-kura. Walaupun pernah disakiti, Kura-kura tetap memaafkannya dan tetap menjadi sahabat Si Kera.

Selain selalu berbagi dan tidak serakah, dongeng ini juga mengajarkan anak untuk memaafkan.

15. Putra Mahkota Amat Mude

Dahulu di Negeri Alas, hidup raja yang arif dan bijaksana bersama permaisuri dan anaknya bernama Amat Mude. Belum setahun umur Amat Mude, sang raja wafat. Lalu digantikan oleh Pakcik Amat Mude yaitu Raja Muda. Tanpa disangka, Raja Muda malah menyingkirkan Amat Mude dan ibunya ke hutan.

Hari berlalu, Amat Mude beranjak dewasa. Ia memancing ikan di sungai kemudian dijual kepada sahabat ayahnya yang merupakan saudagar kaya. Ternyata ketika ikan-ikan tersebut dipotong, di dalamnya terdapat emas murni.

Amat Mude dan ibunya pun menjadi orang kaya berkat telur ikan emas itu. Cerita ini pun sampai ke telinga Raja Muda. Ia memerintahkan Amat Mude memetik kelapa gading untuk mengobati penyakit istri Raja Muda. Konon kelapa gading tersebut terletak di sebuah pulau yang dihuni binatang buas.

Dengan ketulusan hatinya, Amat Mude tetap pergi untuk memetik kelapa gading tersebut. Saat tiba dipinggir pantai, ia bertemu dengan ikan besar, Raja Buaya, dan seekor Naga besar. Singkat cerita, Amat Mude pun menemukan kelapa gading itu dibantu oleh ikan besar, Raja Buaya, dan Naga.

Saat memetik kelapa gading itu tiba-tiba terdengar suara perempuan. "Siapa pun yang berhasil memetik buah kelapa gading, dia akan menjadi suamiku," kata perempuan bernama Putri Niwer Gading yang cantik jelita. Amat Mude pun menikah dengan Putri Niwer Gading.

Akhirnya mereka kembali ke istana dan Amat Mude dinobatkan menjadi Raja Negeri Alas atas perintah Raja Muda.

Pesan moral: Cerita rakyat untuk dibacakan sebelum tidur ini mengajarkan kalau menolong orang harus diiringi ketulusan hati. Meskipun diperlakukan buruk tetap bersabar dan selalu berusaha berbuat baik.

16. Si Kancil Mencuri Mentimun

Suatu hari Kancil jalan-jalan ke ladang mentimun milik manusia. Lalu Kancil tergiur untuk mengambil dan memakannya. Lalu ia terus memakan mentimun sampai kenyang.

Sore harinya, Pak Tani pemilik ladang datang ke ladang dan sangat marah melihat timun-timunnya telah habis dan ladangnya berantakan. Esoknya Kancil datang lagi ke ladang untuk meminta maaf dan berusaha menyentuh kaki Pak Tani.

Ternyata yang disentuhnya bukanlah Pak Tani melainkan orang-orangan sawah yang sudah dilumuri oleh getah pohon, sehingga membuat Kancil terperangkap dan tidak bisa berjalan.

Saat Pak Tani datang, Pak Tani langsung menangkap Kancil dan membawa Kancil pulang ke rumah dan mengurungnya dengan rasa marah.

Pesan moral: Nasihat dari cerita ini untuk Si Kecil adalah jangan mengambil milik orang lain tanpa izin, sebab itu merupakan perbuatan mencuri dan akan membuat orang yang dicuri marah.

17. Asal Usul Padi

Di Tanah Karo, Sumatera Utara terjadi kemarau panjang. Beru Dayang seorang anak laki-laki yang sudah yatim meninggal karena kelaparan. Sang ibu pun bersedih sampai memutuskan terjun ke sungai yang dalam.

Beberapa bulan berlalu, musim kemarau belum juga berakhir. Tiba-tiba seorang anak kecil menemukan buah berbentuk bulat sebesar labu. Tidak ada satu orang pun yang mengenali buah itu bahkan raja pun demikian.

Saat seluruh penduduk berkumpul, tiba-tiba terdengar suara dari angkasa bahwa buah itu adalah jelmaan dari si Beru Dayang. Suara itu memerintahkan para penduduk untuk menanam buah tersebut agar tidak lagi ada yang kelaparan. Ia juga meminta dipertemukan dengan ibunya yang menjelma menjadi ikan.

Raja pun memerintahkan penduduk desa menanam buah tersebut dan memanennya setelah tiga bulan. Buah itu kemudian dijemur, ditumbuk, dan dimasak. Rupanya buah itu adalah padi. Untuk mempertemukan si Beru Dayang dengan ibunya, masyarakat Tanah Karo menyantap makanan bersama ikan.

Pesan moral: Penting bekerja sama dalam mengatasi masalah. Cerita ini berasal dari Sumatera Utara.

18. Asal Mula Telaga Warna

Ilustrasi Dongeng Pengantar TidurIlustrasi Dongeng Pengantar Tidur/Foto: Tim HaiBunda

Dahulu kala ada seorang Raja dan Permaisurinya yang mendambakan kehadiran seorang buah hati. Mereka sudah bertahun-tahun menunggu. Hingga akhirnya, Raja memutuskan untuk bertapa di hutan. Di sana Raja terus berdoa dan memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk segera dikaruniai seorang anak.

Tak lama setelah itu doa sang Raja pun terkabul. Permaisuri hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik jelita. Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Seluruh rakyat juga bersuka cita menyambut kelahiran Putri Raja.

Sang Putri hidup dalam kemewahan dan sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Apapun yang ia mau harus selalu dituruti. Oleh karena itu ia tumbuh menjadi gadis yang sombong dan angkuh.

Suatu hari menjelang tahun sang Putri yang ketujuh belas, Raja pergi berkelana ke penjuru negeri demi mencari kado istimewa untuk anak gadisnya itu.

Di sebuah desa ia bertemu seorang pengrajin tua. Raja membeli sesuatu paling berharga dari pengrajin tersebut.

"Ini adalah sebuah kalung istimewa, terbuat dari untaian permata berwarna-warni. Tak pernah kulepaskan kepada siapapun kecuali Yang Mulia," ujarnya sembari terbatuk-batuk.

"Terima kasih, Pak Tua. Anakku pasti senang sekali dengan hadiah indah ini," ucap sang Raja penuh haru.

Tepat di hari ulang tahun sang Putri, semua rakyat berkumpul dan berpesta di istana. Raja dan Permaisuri telah menyiapkan hadiah kalung permata warna-warni.

"Anakku, ini hadiah untukmu. Lihat, indah sekali, bukan? Kamu pasti menyukainya," kata Raja.

Raja bersiap mengalungkan kalung itu ke leher putrinya. Sungguh di luar dugaan, Putri menolak mengenakan kalung itu.

"Hadiah apa ini? Jelek sekali," tolak Putri dengan kasar.

Raja dan Permaisuri terkejut dengan sikap putrinya, namun mereka berusaha membujuknya.

"Tidak! Aku tidak suka kalung ini, Ayah! Jelek sekali dan terlihat murah," teriaknya sambil melempar kalung itu ke lantai hingga permatanya tercerai-berai.

Raja dan Permaisuri sangat sedih. Tiba-tiba Permaisuri menangis terisak. Perlahan tangisan Permaisuri semakin menjadi dan menyayat hati.

Seluruh rakyat yang hadir turut menangis. Mereka sedih dan kecewa melihat tingkah laku Putri yang mereka sayangi.

Tidak disangka, air mata yang tumpah ke lantai berubah menjadi aliran air. Air tersebut menghanyutkan permata-permata yang berserakan hingga membentuk sebuah danau. Anehnya, air danau berwarna-warni seperti warna permata kalung yang dibuang sang Putri. Kini danau itu dikenal dengan nama Telaga Warna.

19. Dongeng Anak Kancil dan Buaya

Ilustrasi Dongeng Pengantar TidurIlustrasi Dongeng Pengantar Tidur/ Foto: Tim HaiBunda

Suatu hari, ada Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Karena makanan di sekitar kediamannya telah berkurang, Kancil pun pergi untuk mencari di luar kawasannya.

Saat dihadapkan dengan sungai yang harus disebranginya, Kancil mendapati banyak sekali buaya yang sedang kelaparan. Saat mendekati tepi sungai, ia pun memerintahkan kepada Buaya untuk memanggil kawanannya sebab Raja Hutan akan memberi mereka makan.

Kawanan Buaya itu pun diminta berbaris ke permukaan karena jumlah mereka hendak dihitung Kancil. Buaya pun menuruti perintah Kancil. Tapi ternyata itu hanyalah tipu daya Kancil agar ia dapat menyebrangi sungai tanpa cengkraman para Buaya.

Pesan moral: Cerita yang sudah tidak asing ini mengajarkan bahwa kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan.

20. Kisah Terjadinya Danau Toba

Hiduplah seorang pemuda di suatu desa dekat danau. Pemuda itu selalu menangkap ikan dengan bubu (pukat). Suatu hari ia mendapatkan ikan yang sangat besar. Ikan itu dapat berbicara dan memintanya untuk membawa pulang dengan perjanjian yang harus disepakati.

Pemuda itu harus berjanji tidak akan memberitahu siapa pun mengenai asal usul ikan tersebut. Setelah si pemuda menyepakatinya, ikan tersebut berubah menjadi gadis yang cantik. Mereka pun menikah.

Seiring berjalannya waktu mereka memiliki dua orang anak. Setelah anak pertama beranjak remaja, ia ditugaskan mengantar nasi dan air tajin kepada ayahnya di ladang. Satu waktu, si istri tidak menyediakan air tajin seperti biasanya.

Suaminya merasa kesal dan berucap kalau istrinya adalah seekor ikan. Si suami telah melanggar janjinya. Istrinya meninggalkan mereka. Terjadi hujan deras sampai kampung tersebut dilanda banjir. Seluruh penduduk kampung tenggelam termasuk si suami beserta dua anaknya. Genangan air itu menjadi besar dan disebut dengan Danau Toba.

Pesan moral: Dapat dijadikan pembelajaran ialah pentingnya menepati janji. Cerita Danau Toba ini berasal dari Sumatera Utara.

Bagaimana, Bunda? Deretan dongeng di atas sangat menarik untuk dibacakan, bukan? Jangan lupa bacakan kisahnya yang penuh dengan moral dongeng dan makna kepada buah hati!


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login