Download App
14.28% Peaceful life
Peaceful life Peaceful life original

Peaceful life

Author: Unknown_maybe

© WebNovel

Chapter 1: Awal mula

Rumah Sakit sedang sibuk dengan pasien VIP mereka, karena sebentar lagi akan melahirkan. Semua perawat lalu lalang menyiapkan peralatan untuk persiapan melahirkan.

"Ayo cepat bawa pasien ke ruang bersalin!!" Pintah dokter.

"Suamiku!! Anak kita sudah mau keluar!!" Wanita merintih kesakitan. Ia merasa bahwa anaknya sudah ingin keluar.

"Tahanlah sayang. Dokter sudah mempersiapkan yang dibutuhkan untuk bersalin." Pria menggunakan setelan jas hitam berusaha menenangkan istrinya yang terus berteriak kesakitan.

"Akh!!!"

"Dokter!!! Cepat!!!"

"Tenanglah, Tuan. Persiapannya sudah selesai," Ujar dokter tersebut. "Anda tetap di sini menemani Nyonya." Dokter itu mulai melakukan bersalin. Pria itu terus berdoa untuk istrinya yang terus berteriak kesakitan.

Di sisi lain seorang pria menggunakan kaos merah dan jeans menunggu di depan sebuah kantor. Wanita yang tengah mengandung baru saja keluar dari kantor tersebut dan melambai-lambai pada pria itu. Berjalan beriringan dan saling tertawa. Sesekali pria tersebut berbicara pada bayi yang ada dalam kandungan wanita tersebut. Sejenak wanita itu terdiam dan pria itu menatap wanitanya.

"Ada apa sayang?" Tanya pria tersebut. Wanita itu membalas tatapannya.

"Sepertinya bahan makanan di rumah sudah mau habis. Apa kita akan belanja bulanan?" Ujar wanita cantik. Ia merangkul lengan suaminya.

"Benarkah? Kalau begitu harus kita beli bahan makanan sehat untuk calon anak kita." Pria itu mengelus perut istrinya dan tersenyum. "Kamu gak makan sembarang, kan?"

Wanita itu memukul pelan bahu suaminya. "Hush... Aku gak akan biarkan anak kita mudah sakit karena makan sembarang." Wanita itu tertawa pelan. Suaminya menuntun istrinya masuk ke dalam toko swalayan. Sang istri memilih banyak makanan sehat tanpa mikir total harga keseluruhan.

"Aku berdoa semoga anak kita nanti tidak punya hobi berbelanja seperti Ibunya." Pria itu menggeleng-geleng tidak percaya.

"Aku kan membeli makanan sehat~ bukan shopping baju." Ujar istrinya.

"Jangan banyak-banyak. Kita beli lagi saat aku sudah gajian ya." Pria itu menarik lembut istrinya.

"Aduh..." Istrinya cemberut.

"Jangan cemberut begi-" Seseorang mendorong mereka hingga terjatuh. Wanita merintih. Pria itu menyandung orang yang mendorong mereka dan menangkapnya.

"Apa-apaan kau!?" Beberapa barang terjatuh dari hoodie orang tersebut. "Kau mencuri!!"

Wanita kembali merintih dengan lebih keras. Pria itu menoleh ke arah istrinya dan melihat darah mengalir dari bawah kaki sang istri.

Orang yang tadi tertangkap berusaha melepaskan diri. Namun Suami memukul wajah orang tersebut sangat keras sampai pingsan dan menghampirinya istrinya.

"Ya Tuhan!! Ayo kita segera ke rumah sakit," Pria itu panik dengan istri dan bayi dalam kandungannya. "Tolong seseorang panggil ambulan." Ucap pria itu dengan suara yang bergetar.

Seorang pegawai toko menawarkan untuk naik mobil miliknya dan mengantar mereka ke rumah sakit terdekat. "Terima kasih banyak, Pak."

***

Mereka sudah sampai pada rumah sakit terdekat dan semua suster dan staf rumah sakit kewalahan. Malam ini mereka mendapati dua pasien yang akan melahirkan. Yang satu pasien VIP dan yang satu pasien dalam keadaan kritis, sudah banyak darah yang keluar dari pasien itu.

"Tolong selamatkan istri dan juga anak saya." Ucap pria dengan kaos merah.

"Tolong bertahanlah istriku." Ucap pria dengan setelah jas hitam.

"Oh Tuhan tolong selamatkan/ringankan sakit," Ucap dua suami sekaligus calon ayah. "Istri hamba." Bersamaan dalam ruangan yang berbeda.

***

Sudah 10 jam berlalu, suara tangis seorang bayi terdengar.

"Syukurlah... Bayinya sudah keluar dengan selamat, Dok." Ucap suster yang membawa bayi yang masih berlumuran darah. "Anak perempuan." Lanjutnya.

Semua yang ada di ruangan tersebut merasa bersyukur, semuanya sudah berusaha keras dan berhasil menyelamatkan istri beserta anaknya.

"Selamat Tuan Windiarto. Sekarang anda sudah menjadi seorang ayah." Ucap Dokter tersebut.

"Terima kasih banyak, Dok." Ucap pria menggunakan jas hitam yang dipanggil Windiarto.

Dokter tersebut mengalihkan pandangannya ke arah Nyonya yang terbaring lemas selesai waktu bersalin yang panjang. "Selamat Nyonya. Anda sekarang sudah menjadi seorang Ibu."

"Terima kasih banyak Dokter." Ucap Wanita itu dengan lemas.

di sisi lain, suara tangis bayi terdengar. Pria dengan kaos merah berdiri saat melihat dokter keluar dari ruangan.

"Bagaimana keadaannya, dok?" Tanya pria itu dengan gelisah.

"Bayi nya berhasil lahir dengan selamat dan dia perempuan." Ucap dokter. Pria itu menarik napas lega, karena bayi nya lahir dengan selamat. Namun wajah dokter justru tidak terlihat lega.

"Ada apa dokter? Ba-bagaimana istri saya?" Tanyanya lagi. Saat melihat raut wajah dokter, ia mulai khawatir.

Dokter tersebut menarik napasnya, bersiap untuk hal yang harus ia katakan. "Namun Istri anda tidak dapat kami selamatkan."

Seperti ada yang menusuk jantung pria itu. Wajahnya terlihat lesu tidak bersemangat. Ada yang menghantam kepalanya saat mendengar kenyataan bahwa istrinya tidak bisa di selamatkan.

"Maafkan kami. Tapi kami tidak bisa menyelamatkan nyawa istri anda. sepertinya beliau sudah kehilangan banyak darah saat dalam perjalanan kemari." Dokter itu pamit dan kembali masuk ke dalam ruangan.

Pria itu duduk di kursi dengan lemas. "Saya ikut berduka atas meninggalnya istri anda." Ucap pegawai yang mengantar mereka ke rumah sakit.

"Iya. Terima kasih sudah mengantar kami ke sini. Jika anda tidak membantu kami," Pria itu menutup wajahnya, Berusaha menahan tangis. "Mungkin saya akan kehilangan istri dan anak saya."

Di saat sebuah keluarga berbahagia dengan kelahiran seorang bayi perempuan. Justru di satu sisi sebuah keluarga harus berduka karena kehilangan seorang istri sekaligus calon ibu. Namun mereka tidak punya kekuatan untuk melawan takdir. Mereka tetap harus menjalani hidup dengan pasrah.

09:00 pagi

"Analise," Ucap wanita yang masih terbaring di kasur rumah sakit. "Semoga ia bisa tumbuh menjadi gadis cantik yang baik."

"Itu nama yang indah, istriku." Sahut Pak Windiarto. "Ia akan menjadi cantik seperti ibunya." Ponsel di saku celana Pak Windiarto berdering.

"Ah... Maaf ya, istriku. Aku harus mengangkat panggilan dari manajer di perusahaan." Pak Windiarto pergi keluar dan mengangkat panggilan tersebut.

Seorang suster menghampiri dengan membawa bayi perempuan.

"Pak Windiarto." Panggil suster tersebut.

"Ya, Sus?" Ucap Pak Windiarto bersamaan dengan pria asing yang tidak ia kenal. Pak Windiarto menoleh pada pria asing yang berbarengan berucap dengannya.

"Emm... Narendra Windiarto." Lanjut suster tersebut.

"Ah... Iya, saya." Pria itu menghampiri suster tersebut dan menggendong anak perempuannya. Dengan berlinang air mata, pria tersebut mengatakan akan merawat anaknya dengan penuh kasih sayang.

Pak Windiarto menutup ponselnya dan menghampiri pria tersebut.

"Anak anda sangat manis, Pak." Ujar Pak Windiarto.

"Terima kasih, Pak." Jawab Pria tersebut. "Saya berharap ia bisa tumbuh tanpa merasa kekurangan akan cinta ibu" Ucap harapan pria tersebut.

Sejenak Pak Windiarto merasa sedikit tidak enak hati, namun ia tetap menanyakan hal itu.

"Apa yang terjadi dengan istri anda?" Tanya Pak Windiarto.

"Istri saya... Kehilangan nyawanya saat melahirkannya." Suara sedih membuat dada Pak Windiarto sesak.

"Ohh... Maafkan saya, Pak. Saya tidak bermaksud menyinggung."

"Tidak apa-apa. Itu sudah kehendak Tuhan. Kita hanya bisa pasrah."

"Pak Narendra." Suster itu meminta pria tersebut yang sepertinya namanya juga sama dengan Pak Windiarto.

"Ah... Pak. Jika boleh berkenan. Bolehkah saya tahu nama putri bapak?" Tanya Pak Windiarto.

"Lunar," Jawabnya. "Saya ingin menamainya Lunar."

Pak Windiarto mengulurkan tangannya, dan ingin berkenalan dengan pria tersebut.

"Windiarto Mahendrata."

"Windiarto Narendra." Pria itu meraih tangan Pak Windiarto dan saling berkenalan.

Perkenalan antara sesama calon seorang ayah.

Sebuah harapan kecil muncul di benak Pak Windiarto.

_Semoga pria ini dan anaknya hidup bahagia, tanpa sosok seorang istri dan ibu_


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login