Yang benar adalah dia tidak suka melihat gadis menangis di depannya karena baginya itu sebuah kegagalan. Gadis itu menarik nafas dan berkata tanpa ragu dan malu.
"Aku di jebak oleh sainganku, dia memintaku untuk menemuinya di hotel tapi pas aku masuk ke kamar hotel, tiba-tiba ada seorang lelaki yang memelukku dari belakang dan entah dari mana seorang wartawan tiba-tiba muncul dan langsung mengambil gambar pas aku sedang di peluk, insiden itu membuat keluargaku murka dan aku tidak berani pulang ke rumah bahkan Ayahku mengirim pengawal untuk menjemputku tapi aku berusaha bersembunyi, kalau tidak , mungkin ayahku akan mencincang tubuhku". jelas gadis itu.
"Aku sudah menjelaskan pada pihak agensi tapi mereka malah tidak mempercayaiku, kata mereka aku ini adalah artis yang sudah tidak muda lagi yang terlibat skandal menjijikan dan terpaksa membatalkan kontrak ku karena takut nama perusahaan tercemar". Lanjut Gadis itu dengan berderai air mata.
"Sepertinya gadis ini jujur... dari nada bicaranya terdengar tulus apa aku harus membantunya?". Gumam Maheza.
"Kalau kamu merasa tidak adil, kenapa kamu tidak mencari solusinya dari pada menangis seperti ini tak ada gunanya kan?". Eza mencoba yang terbaik untuk berada di pihaknya.
"Aku ini artis tanpa koneksi jadi tidak ada yang bisa aku minta tolongin, pikiranku buntu jadi bagaimana aku bisa punya solusi?". jawabnya sambil cemberut. Eza menyipitkan alisnya dan ada senyum di sudut bibirnya, dia berkata dengan tenang. "Aku bisa membantumu, tapi kita jangan berbicara di mobil, bagaimana kalau kita cari tempat? Oh ya lupa nama kamu siapa?". tanya Eza.
Mata gadis itu bersinar cerah saat mendengar ada yang mau membantu tapi dia masih was was karena dia baru kenal lelaki ini.
"Dia mau membantuku? Apa dia akan minta syarat, jangan-jangan dia berfikir kalau aku ini artis panjat tidur beneran, jadi dia akan menjadikan itu syarat untuk membantuku". Batin gadis itu seraya menyeringai ke arah Eza.
Eza melirik ekspresi gadis itu yang tampak khawatir dia pun tersenyum dan menambahkan lagi. "Jangan Khawatir aku bukan orang jahat.. ".
"Mana ada orang jahat mau ngaku kalau dia jahat, Mmmm tapi biar aman aku ajak dia ke kos aja deh kan di sana ada Ana jadi dia bisa membantuku menilai seseorang dia kan cerdas". Sahut gadis itu dalam hati nya.
"Ok. Kalau memang kamu mau membantuku". ucap gadis itu sambil menjulurkan tangannya ke arah Eza yang sedang menyetir. "Namaku Dewi syarmila, panggil saja Mila, dan kita bicara di kos sahabatku".
Eza hanya mengangguk, setelah itu Mila memberikan alamat kepada Eza dan segera setelah itu mereka sampai di depan kos Ana.
"Assalamualaikum Ana.. ". Mila mengetuk pintu dan berteriak memanggil Ana. Dari dalam suara lembut Ana terdengar, "Waalaikumsalam, Mila itu kamu?".
"Iya, ayo buka pintunya!". sahut Mila.
Eza tertegun sejenak teringat Mila tadi menyebutkan nama Ana.
"Ana? apakah Ana yang dia maksud adalah Ana istri nya kak Alvin? aduh aku kan tidak tau wajahnya aku hanya tau tempat kerjanya". Batin Maheza.
Sesaat kemudian pintu terbuka dan Ana mempersilahkan Mila dan tamunya masuk, seketika itu Eza menatap ke arah Ana menyelidik.
"Penampilan gadis ini biasa saja, tidak ada yang spesial, sepertinya bukan dia deh, selera kak Alvin tidak mungkin biasa-biasa seperti ini". lanjut Eza dengan gumaman nya.
Mereka berdua duduk di ruang tamu, dan Ana ikut bergabung setelah kembali dari dapur menyiapkan minuman.
"Sekarang katakan padaku, bagaimana kamu bisa membantuku?". kata Mila sambil memperbaiki duduknya. Ana tampak heran namun tetap menjadi pendengar yang baik.
"Aku bisa membantumu namun sebelum itu kamu harus bergabung dengan Star Entertainment". ucap Maheza lagi sambil tersenyum ke arah Mila.
Mendengar nama Star Entertainment mata Mila melotot seolah akan melompat dari tempatnya, bagaimana tidak, banyak artis yang bermimpi bisa masuk Star Entertainment tapi itu sangat sulit, sampai sejauh ini Star Entertainment tetap merajai dunia hiburan bahkan SM entertainment tempatnya bernaung dulu tidak ada apa-apanya dibanding Star Entertainment.
Eza duduk dengan elegan di sofa, tatapan nya lembut dan ada senyum di sudut bibirnya aura ketampanannya memancar.
"Kenapa kamu diam, apakah kamu tidak tertarik?". tanya Eza dengan heran.
Ana tidak bisa membantu karena sejujurnya dia tidak terlalu tahu tentang dunia hiburan meskipun sahabatnya sudah bertahun-tahun hidup di lingkaran itu, meski punya apartemen mewah tapi sahabatnya lebih memilih tinggal dengan nya di kos yang tidak terlalu besar sebab Ana juga tidak mau diajak tinggal di Apartemennya.
Mila tersadar dari keterkejutannya. "Ha ha h, kamu bercanda kan? karena setauku bos Star Entertainment itu sombong dan sangat ketat memilih para artisnya".
Eza tersenyum tanpa menjawab Mila, dia malah membuat sebuah panggilan, Ana dan Mila heran dengan tingkahnya.
"Bawa sebuah kontrak ke jalan merpati utara blok D nomor 19, kamu hanya punya waktu 15 menit untuk sampai!". Secara garis besar Eza dan Alvin memiliki cara yang sama dalam memimpin.
"Siap Pak".
Mila dan Ana saling pandang.
"Kontrak? dia tidak bercanda kan? apa ini mimpi?". Batin Mila dengan ekspresi tidak percaya.
"Mmm silahkan diminum dulu airnya kalau gitu". ucap Ana basa basi.
Eza tersenyum dan menyesap minumannya. 15 menit kemudian suara langkah kaki memasuki ruang tamu.
"Bos, ini kontrak yang bos minta semuanya lengkap". kata lelaki itu.
Eza mengambil kontrak itu dan menyerahkannya ke Mila, setelah Mila memeriksanya dia benar-benar terkejut dan melihat nama presiden direktur yang tertera di kontrak tidak seperti nama bos yang dia ketahui.
"Siapa namamu?". tanya Mila.
Dengan senyum Eza menjawab"Maheza Chayton yang artinya Elang yang berkuasa".
"Kamu bos Star Entertainment yang sekarang?". lanjut Mila tidak percaya.